Minggu, 12 Oktober 2008

HAK DAN PRIVILEGE PEMIMPIN

Kamis, 25 September 2008

Bacaan: I Kor 9:1-3


9:1 Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan?
9:2 Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah materai dari kerasulanku.
9:3 Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku.


Melalui ayat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Paulus mendapat kritik dari anggota Jemaat Korintus. Tetapi, sepanjang ayat 1 – 3, tidak disebutkan apa atau seperti apa kritikan Jemaat tersebut kepadanya. Kecuali pembelaan Paulus dengan cara mengingatkan jemaat tentang siapa dirinya dan apa yang telah ia lakukan kepada jemaat Korintus. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah rasul yang dipilih Kristus di dalam perjalanan ke Damsyik. Dan ia adalah pendiri jemaat Korintus.


Secara implisit, dapat ditemukan bahwa anggota Jemaat Korintus secara langsung atau tidak sedang mempertanyakan tentang siapa dirinya, tentang kerasulannya, tentang jasa-jasa atau apa yang telah ia lakukan, dan hak atau privilege – nya di dalam/ terhadap jemaat Korintus.

Ada terdapat 2 (dua) ekstrim tentang pemimpin rohani di zaman modern. Ekstrim pertama, yaitu pemimpin rohani yang terkesan seperti seorang bos, kaya raya, menguasai keuangan gereja, mempunyai hak atau privilege dalam berbagai hal, bahkan hampir semua hal di dalam/ terhadap jemaat. Sedangkan ekstrim kedua, yaitu pemimpin rohani yang terkesan tidak berdaya di dalam/ terhadap jemaat, bahkan hampir-hampir tidak mempunyai hak atau privilege sama sekali. Mengemis, mengikuti apa saja kata anggota atau majelis yang dominan di dalam jemaat. Dan gambaran yang lebih buruk lagi, ia hanya seperti boneka atau pajangan gereja.

Jemaat atau gereja yang benar harus menolak kedua ekstrim tersebut. Karena baik ekstrim pertama maupun ekstrim kedua tidak sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai alkitab. Setiap pemimpin Kristen memperoleh otoritas dari Allah, tetapi tidak berarti bahwa mereka semena-mena terhadap jemaat (lih Ibr 13:… taatilah para pemimpinmu; Surat Petrus:...jangan dengan paksa; Injil Sinopsis: pemimpin menjadi pelayan). Seorang pemimpin Kristen tidak boleh memaksakan kehendak, tetapi meminta dengan hormat dan penuh kasih. Perhatikan cara Paulus meminta Filemon untuk menerima Origenes kembali (band. Filemon).

Terlepas dari benar atau tidak-nya kritik yang dilontarkan anggota jemaat, setiap pemimpin harus menyadari bahwa mereka tidak akan lepas dari kritik. Bahkan rasul sekalipun pernah mengalaminya. Seorang pemimpin rohani semestinya tidak perlu terkejut, sedih, kecewa, atau menjadi reaktif ketika dikritik oleh anggota jemaat. Sebaliknya, sangat baik bagi seorang pemimpin untuk menerima kritikan jemaat ketika ia mulai bergeser ke ekstrim pertama. Atau, tidak menjadi minder, merasa bersalah atau ketakutan ketika diperlakukan seperti ekstrim kedua, yakni seolah-olah tidak mempunyai hak atau privilege sama sekali. Padahal, seorang pemimpin rohani bahkan berhak mengusir anggota jemaat yang tidak mau bertobat, membawa pengaruh yang buruk, yang mengancam atau membahayakan jemaat.

Doa:

Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjadi cermat dan jeli melihat hak dan privilege seorang pemimpin rohani, dan dapat menggunakan hak dan privilege tersebut dengan baik dan benar sesuai kehendak Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Tidak ada komentar: