Minggu, 12 Oktober 2008

BELAJAR DARI MASA LALU

Senin, 6 Oktober 2008

Bacaan: I Kor 10:3-5


10:3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama
10:4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
10:5 Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.


Meskipun nenek moyang bangsa Israel telah dibaptis menjadi pengikut Musa, makan makanan dan minum minuman rohani yang sama, dari batu karang rohani yang sama, hal itu tidak menjamin bahwa mereka semua berkenan di hadapan Allah. Mengapa demikian? Karena dari antara nenek moyang bangsa Israel tersebut, terdapat sejumlah besar orang yang tidak berkenan di hadapan Allah yang melakukan hal-hal yang jahat, menyembah berhala, mencobai Allah, melakukan percabulan dan bersungut-sungut.


Melalui gambaran tersebut, Paulus mengambil suatu pelajaran dan kesimpulan bahwa orang-orang Kristen yang meskipun telah dipilih oleh Allah, dan telah menikmati berkat-berkat rohani dari Allah, dapat berhenti atau gagal di tengah jalan karena dosa-dosa yang mereka perbuat.


Timbul pertanyaan, bukankah Allah adalah pribadi yang Maha Kasih, Pengampun dan Penyayang? Apakah atau mengapa ia tidak dapat mengampuni mereka yang melakukan kesalahan? Bukankah Yesus Kristus telah mati di atas kayu salib untuk mengampuni dosa-dosa manusia?


Sepertinya Paulus tidak mau berspekulasi dengan semua itu. Ia mengambil kisah nyata tentang nenek moyang Israel di zaman Perjanjian Lama sebagai dasar atau alasan untuk menjaga diri dari dosa, dan sungguh-sungguh menjaga keselamatan yang dianugerahkan kepadanya oleh Dia.

Paulus tidak mau menyalahgunakan kasih dan pengampunan Allah untuk melakukan dosa dengan sesuka hati dan terus menerus. Karena jika demikian, maka orang yang seperti itu mungkin bukan saja tidak mengerti akan kasih dan pengampunan Allah, tetapi mungkin sedang mencobai Allah, atau mungkin pula sedang menyalahgunakan kasih dan kebaikan Allah.

Jika demikian, semestinya kasih dan kebaikan Allah menjadi semangat dan pendorong bagi orang Kristen untuk hidup benar dan bertumbuh di dalam Dia, bukan malah menjadi orang yang lebih buruk atau semakin banyak melakukan dosa dan kejahatan.


Jadi, keberadaan kasih karunia Allah di dalam diri seseorang tercermin dari bagaimana respon yang terpancar dari dalam diri orang tersebut. Jika respon orang tersebut benar, maka benarlah ada terdapat kasih karunia di dalam diri orang tersebut. Jika tidak, maka patut untuk dipertanyakan apakah orang tersebut telah mengerti akan kasih karunia Allah terhadap dirinya.


Doa:

Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjaga diri dan keselamatan dari Engkau, dan tidak menyalahgunakan kasih karunia dari Mu. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Tidak ada komentar: