Selasa, 30 Juni 2009

Kepada Pembaca dan Partner NMQT

Pembaca dan Partner NMQT yang terkasih,

Melalui surat ini, kami ingin menyapa Anda untuk berterima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan Anda selama ini kepada NMQT - baik secara moral, spiritual maupun finansial. Berkat Anda semua, maka NMQT dapat tetap terus setia melayani sejak satu tahun yang lalu hingga saat ini.

Dan kami bertekad untuk tetap terus setia menyampaikan firman-Nya karena kami menyadari betapa NMQT dapat bermanfaat bagi kerohanian dan juga menyemangati banyak orang. Sebagaimana tanggapan-tanggapan positif yang telah kami terima dari dalam maupun dari luar negeri. Baik secara lisan maupun secara tertulis.

Pembaca dan Partner NMQT yang terkasih
, kami menyakini bahwa firman Tuhan-lah yang telah menggugah Anda melalui NMQT bukan hal-hal lain yang ada di sana. Karena kami sendiri berupaya sedapat mungkin menyampaikan-Nya sesederhana dan sejelas mungkin. Sehingga, pesan firman Tuhan dapat disampaikan kepada siapa saja dengan sebenar-benarnya dan semurni-murninya.

Karena kami pun percaya bahwa firman Tuhan adalah yang utama, vital dan mutlak demi perubahan, pertobatan dan pertumbuhan kerohanian Kristen. Sedangkan yang lain selain itu hanyalah faktor pendukung atau faktor pelengkap saja.

Atas dasar tersebut, NMQT mempunyai visi dan komitmen jangka panjang yaitu untuk menyampaikan firman yang sebenar-benarnya, semurni-murninya, sejelas-jelasnya dan seluas-luasnya bagi kemuliaan Tuhan.

Oleh karena itu, melalui surat ini, kami ingin mengajak Anda untuk turut berpartisipasi mendukung pelayanan NMQT.

Ada 3 (tiga) cara yang dapat Anda lakukan untuk mendukung pelayanan ini. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengirimkan tanggapan Anda terhadap NMQT ke letters.berean@gmail.com tentang apa yang Anda pelajari, yang membantu, menyemangati atau yang mengubahkan Anda secara pribadi.

2. Meng-informasi-kan kepada teman-teman, sahabat atau keluarga Anda tentang NMQT atau tentang pesan-pesan atau pelajaran-pelajaran nya yang ber-manfaat bagi Anda.

3. Men-support NMQT secara finansial melalui nomor rekening:
BCA 288 300 5031
a/ n Yayasan Gema Kristus Damai Indonesia.

Sebagai informasi bagi Anda, buku NMQT kini sedang dalam proses pengerjaan. Kami berharap dapat menyelesaikannya dalam waktu dekat dan menyusulnya dengan edisi-edisi selanjutnya kemudian secara kontinu di masa yang akan datang.

Pembaca dan Partner NMQT yang terkasih, percayalah, bahwa kami tidak bertujuan untuk meraup keuntungan materi sebesar-besarnya melalui pelayanan ini melainkan perluasan dan pelebaran jangkauan yang lebih jauh dan besar sehingga dapat menyampaikan pesan firman-Nya. Dan itu semua hanya demi kemuliaan-Nya semata-mata.

Demikian surat ini, atas perhatian dan kerjasamanya (sekali lagi) kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.


Dari Saudara dan Partner Anda di dalam Kristus,



Naek

SEKTE-SEKTE DI DUNIA KRISTEN (Bagian 4)

Amsal 3:5 menyatakan “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”

Jika Mormon menjadi salah karena tambahan kitab nya yang lain, Science of The Mind menjadi salah karena tidak membiarkan Alkitab berbicara. Kelompok tersebut tampaknya sudah mempunyai ide atau konsep relijius sebelum mengadakan pembacaan Alkitab. Dengan demikian, mereka menolak pengajaran Alkitab yang sesungguhnya. Sebaliknya, mengutip ayat-ayat yang disukai, yang cocok dan yang dapat mendukung ide atau pemikiran mereka saja.

Science of The Mind tidak mengerti dan percaya akan ilham Allah terhadap tulisan-tulisan Kitab Suci. Bahwa Allah-lah yang mengilhami, Roh Kudus yang mendorong, para rasul dan para nabi yang mengatakan dan menuliskannya. Allah menyentuh bibir Yesaya. Ia juga menjamah mulut nabi Yeremia. Suatu pertanda bahwa Allah serius dengan setiap kata. Ia bukan hanya memberikan ide atau konsep relijius tanpa kata-kata, karena jika demikian, maka setiap kata di Alkitab patut diabaikan. Sebagai gantinya, manusia dapat menyatakan sejumlah point yang dianggap penting saja. Setelahnya, tidak perlu pembacaan, pendalaman, atau penyelidikan Alkitab lebih lanjut. Sikap semacam ini sangat berbeda dengan sikap orang Berea yang teliti yang dinilai Alkitab sebagi orang-orang yang lebih baik hatinya (band. Kis 17:11).

Menurut penilaian saya, Science of The Mind adalah ‘pencuri’ nilai-nilai Alkitab. Mereka mengambil nilai-nilai tertentu demi kepentingan hidup di dunia. Sehingga dengan demikian mereka dapat mempunyai kehidupan yang sukses dan bahagia. Tidak perlu percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, apalagi percaya bahwa Ia adalah satu dari tiga pribadi Allah. Cukup percaya bahwa Yesus adalah guru yang hebat.

Science of the Mind sesungguhnya adalah ajaran yang sangat berbahaya meskipun tampaknya indah dan mempesona. Mengapa saya katakan demikian? Karena, ajaran tersebut mengeliminasi sikap “takut akan Tuhan”, demikian juga “takut akan penghakiman-Nya”. Science of the Mind mengabaikan tanda-tanda bahaya, alarm atau rambu-rambu yang semestinya diperhatikan dengan serius dan hati-hati. Akibatnya, orang-orang semacam itu menghadapi bahaya maut dengan sikap santai dan tidak mau tahu.

Secara ringkas, ada terdapat 6 (enam) hal penting yang mengalami degradasi, tereleminasi atau terabaikan oleh Science of the Mind:
1. Science of the Mind mengeliminasi “takut akan Tuhan”
2. Science of the Mind mengeliminasi pengharapan orang Kristen terhadap Surga.
3. Science of the Mind men-down grade posisi Yesus Kristus, dari Tuhan dan Juruselamat menjadi guru yang hebat.
4. Science of the Mind tidak percaya dengan adanya dosa dan iblis. Dengan demikian mereka men-down grade seruan pertobatan, peringatan (warning), nasihat-nasihat Alkitab yang lebih serius intensitasnya.
5. Science of the Mind merasionalisasi tulisan-tulisan Alkitab secara ekstrim.
6. Science of the Mind mengeliminasi cara atau kehendak Allah dengan “how to think”.

Dengan berpikir seperti Science of the Mind, sesungguhnya, seseorang secara sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung, sedang menganggap atau menilai tokoh-tokoh Alkitab sebagai orang-orang yang bodoh. Bahwa para nabi, para rasul, orang-orang yang taat dan setia kepada Allah di zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sesungguhnya sia-sia saja menghadapi banyak tantangan, ancaman atau bahaya. Karena, menurut Science of the Mind eksistensi dosa, iblis, sorga, dan neraka itu tidak real atau tidak ada. Artinya, para nabi, para rasul, termasuk Kristus seolah-olah sedang menjalani ilusi, kebohongan atau kehidupan yang tidak nyata.

Sangat jelas bahwa Science of the Mind salah dalam kesimpulan-kesimpulannya. Karena, mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus adalah nyata. Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke sorga adalah nyata. Orang-orang yang mendengarkan dan menyaksikan-Nya bergetar, kagum, terharu, berteriak, melompat, memuji, menyembah, takut, segan, hormat, bahkan tak dapat berkata-kata.

Satu pesan penting dari Alkitab bagi Science of the Mind atau terhadap orang-orang yang berpikir serupa adalah “takut akan Tuhan karena itu adalah permulaan pengetahuan”. Tanpa sikap tersebut, manusia tidak akan pernah tahu dan mengerti bahwa Tuhan yang punya kuasa dan otoritas sedang menyampaikan pesan yang sungguh dan serius, yang harus diperhatikan, didengarkan dengan hati-hati, dengan sikap yang hormat, takut dan gentar. Dengan demikian, seseorang akan patuh, tunduk, taat, dan setia kepada Tuhan, jauh dari rasionalisme yang sombong, menyepelekan, dan anggap enteng.


RELATED LINKS:
http://en.wikipedia.org/wiki/Religious_Science
http://www.religiousscience.org/ucrs_site/our_founder/first_religious.html
http://www.religiousscience.org/ucrs_site/philosophy/faq.html



Copyright (c) 2009 by Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Senin, 29 Juni 2009

ANDAI AKU ADALAH TUHAN


Andai aku adalah Tuhan
Aku mau manusia takut kepadaku
Aku mau mereka tunduk dan patuh
Jangan sekali-kali mereka tidak hormat
Atau menganggapku remeh

Andai aku adalah Tuhan
Aku mau manusia mendengarkanku
Bukan sambil lalu atau sekedarnya
Aku mau mereka menganggapku penting
Mereka harus berhati-hati dan meneliti perkataanku

Andai aku adalah Tuhan
Aku mau melakukan apa saja yang kuinginkan
Jangan seorangpun mencoba setara mengimbangiku
Aku tak sudi di-interfensi, dihalang-halangi, apalagi dilarang
Jangan seorangpun mengkritisi aku, membantah apalagi menentangku

Andai aku adalah Tuhan
Aku mau menjadi paling berkuasa, mutlak dan absolut
Jangan seorangpun merendahkan atau meremehkanku

Andai aku adalah Tuhan
Aku mau manusia memuja muji diriku
Setidaknya mereka harus bangga terhadapku
Jika tidak…aku anggap mereka kurang ajar dan tak tau diri

Tetapi aneh…aku tak pernah berpikir untuk menjadi Juruselamat
Baru saja aku coba memikirkannya spontan aku merespon - “mana bisa?”
Mana bisa aku merendahkan diriku dan menjadi korban
Mana sudi aku ditolak dan tidak didengarkan
Mana rela aku dihina apalagi dianiaya

Dalam sejumlah hal aku mungkin persis seperti Tuhan
Tetapi tidak seperti Juruselamat
Aku tidak mengasihi …aku tidak rendahhati…
Aku egois….aku sombong…
Aku manusia berdosa
Yesus saja…Yesus saja yang sanggup menjadi Juruselamat

Hm…bukankah tampaknya lebih sulit menjadi Juruselamat ketimbang Tuhan?
Jika Yesus sanggup menjadi Juruselamat
Lantas…mengapa manusia sukar menerima-Nya sebagai Tuhan?
Hm…aku mengerti sekarang…
Tidak hanya manusia…iblis pun ingin menjadi Tuhan

Andai aku menjadi Tuhan,
maka mungkin aku menjadi mahluk paling berbahaya di dunia



Oleh Naek dalam perenungan akan Kristus

Minggu, 28 Juni 2009

SEKTE-SEKTE DI DUNIA KRISTEN (Bagian 3)

Bacaan: Galatia 1:8

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.

Di manakah letak kesalahan ajaran Mormon yang paling utama? Kesalahannya terletak pada kepercayaannya kepada kitab yang lain selain Alkitab. Jika pesan kitab Mormon adalah satu, sama dan tidak bertolak belakang dengan Alkitab, mungkin tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi jika tidak, maka pesan Tuhan akan mengalami distorsi. Sebaliknya, akan terjadi pesan yang bertolak belakang, yang aneh bahkan membingungkan. Padahal, pesan Alkitab adalah satu, singkron, terpadu, dan tidak bertolak belakang. Tulisan-tulisan nya pun saling mendukung, melengkapi dan dapat memperjelas antara satu terhadap yang lain. Sedangkan kitab atau ajaran Mormon mengandung pesan yang lain yang berbeda dibandingkan dengan Alkitab. Itulah yang menyebabkan mengapa Mormon tidak dapat disebut sebagai ajaran Kristen yang benar dan sehat.

Ditinjau dari penulisnya, Joseph Smith bukanlah rasul atau nabi, atau pun rekan kerja yang menjadi saksi mata dari pekerjaan, pelayanan, kuasa, mujizat, dan pemberitaan firman di zaman para rasul. Ia bukan seperti Matius, Yohanes, Paulus, Yakobus, Petrus, atau murid Kristus yang lain seperti Markus, Lukas, atau yang lain di abad pertama yang mempunyai otoritas sebagai penulis Kitab Suci.

Ditinjau dari waktu penulisannya, tulisan Kitab Mormon yang diterbitkan oleh Joseph Smith ditulis setelah pesan Tuhan selesai dinyatakan dan dituliskan secara utuh, lengkap dan final (1 Kor 13:9-10).

Dari kesalahan-kesalahan ini, maka timbul rentetan kesalahan lainnya. Penganut Mormon percaya kepada Tuhan yang mengalami progress (gradually acquired) dalam diri atau pribadi-Nya. Kepercayaan ini jelas berbeda dengan tulisan-tulisan di dalam Alkitab. Alkitab menyebutkan di Kitab Ibrani bahwa Allah tidak berubah. Ia sama dari dulu, sekarang dan yang akan datang. Di samping itu, dengan bersikap demikian, berarti Mormon menjengkali Tuhan. Padahal, tulisan-tulisan Alkitab jelas menyatakan bahwa Tuhan tidak terjangkau oleh manusia. Ia tidak terselami. Hikmat-Nya, kuasa-Nya, kasih-Nya, kebijaksanaan-Nya, kualitas karakter atau pribadi-Nya. Bukan karena Ia sengaja menutup-nutupi-Nya tetapi karena keterbatasan manusia sehingga Ia harus berinisiatif menyatakan diri-Nya kepada manusia.

Di kitab-kitab yang lain, keterbatasan manusia terhadap Tuhan digambarkan jelas melalui kisah tentang Ayub , Yunus, dan lain-lain.

Mormon percaya bahwa manusia adalah roh sebelum ia lahir (spirit beings) dan mempunyai tubuh. Ia juga mempunyai potensi mempunyai anak-anak roh (spirit children) setelah kehidupan di dunia nanti. Ajaran atau pernyataan ini jelas tidak ada di dalam Kitab Suci.

Kesalahan yang lain adalah tentang Yesus bahwa Ia dan iblis adalah sama-sama anak Tuhan dan saudara secara roh. Bedanya, keduanya mempunyai pikiran atau rencana yang tidak sama. Yesus dan Bapa mempunyai rencana yang sama yaitu menyelamatkan manusia, sedangkan iblis mempunyai rencana yang lain.

Demikian pula mengenai keselamatan, Mormon mengupayakan keselamatan dengan usaha, kerja, kekuatan dan kemampuan diri sendiri.

Mengenai penghakiman, Mormon pun menyatakan hal yang berbeda dengan Alkitab yaitu bahwa hukuman terhadap orang yang jahat bersifat sementara. Yesus akan menyediakan tiga level kerajaan pada akhirnya, bukan sorga atau pun neraka seperti yang dipercaya oleh orang-orang Kristen pada umumnya.

Jadi jelas bahwa meskipun Mormon menyatakan bahwa mereka percaya kepada Alkitab tetapi sesungguhnya ajaran-ajaran atau pesan-pesannya sangat berbeda dan bertolak belakang. Tampaknya, penganut Mormon lebih percaya kepada Kitab Mormon dan Joseph Smith lebih daripada Alkitab.

Padahal rasul Paulus pernah berkata demikian:

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia (Galatia 1:8)

Rasul Paulus menerima Injil dari Yesus Kristus bukan dari malaikat (band. Galatia 1:12).

Mungkin, Joseph Smith lupa atau tidak tahu tentang ayat ini sehingga ia lebih percaya kepada malaikat yang menyampaikan injil yang berbeda dari injil yang telah dipercayakan Tuhan kepada rasul-rasul (1 Tes 2:2-4). Tidak heran pula mengapa Joseph Smith tidak mengalami transformasi hidup dari kehidupan 'mistis' dan problema karakter dan kepribadiannya.


RELATED LINKS:
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Church_of_Jesus_Christ_of_Latter-day_Saints
http://en.wikipedia.org/wiki/Book_of_Mormon
http://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Smith

Senin, 22 Juni 2009

SEKTE-SEKTE DI DUNIA KRISTEN (Bagian 2)

Bacaan: Fil 2:6-11

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa


Berbeda halnya dengan kaum restorasionis Church of Christ yang menganut prinsip katakan seperti Alkitab katakan dan sebutkan seperti alkitab sebutkan. Kaum restorasionis Church of Christ mengambil sikap diam jika alkitab tidak berbicara tentang sesuatu seperti istilah trinitas atau tritunggal. Demikian pula mereka tidak akan diam jika alkitab berbicara. Dalam konteks trinitas atau ketritunggalan Allah, Church of Christ tidak menerima sebutan trinitas atau tritunggal sebagai istilah yang digenggam erat atau dipertahankan, karena istilah tersebut dianggap bukan istilah yang terdapat di Alkitab. Meskipun, ide tentang trinitas atau ketritunggalan Allah sesungguhnya sangat jelas dan kuat di dalam diri kaum restorasionis Church of Christ. Kebijaksanaan ini sepertinya mungkin dapat membantu meminimalisir konflik atau pertikaian yang alot dan berkepanjangan antar kaum Trinitarian dan Saksi Yehuwa.


Sebagai orang Kristen tentu saja saya mempunyai keyakinan secara pribadi. Tanpa bermaksud mengadakan debat kusir, saya percaya bahwa Saksi Yehuwa setengah benar tentang Yesus Kristus. Bagi saya, Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Ia adalah satu dari tiga pribadi Allah. Alkitab sangat konsisten dengan hal ini. Sejak awal, tercatat di kitab Kejadian, Allah menyebut diri-Nya dengan KITA.


Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian 1:26)


Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." (Kejadian 3:22)


Di Kitab Yesaya, Mesias yaitu Yesus pun disebut sebagai Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal.


Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yesaya 9:5)


Kalaupun Saksi Yehuwa merasa berhasil membongkar-bongkar kemanusiaan Yesus, itu pun sesungguhnya bukanlah serangan pukulan tinju yang cukup kuat. Ia tidak berhasil 'memojokkan' Kristus sampai di sudut ring, apalagi meng-'KO'-kannya. Mengapa? Karena jelas, alkitab menyatakan bahwa Yesus setara dengan Allah. Tetapi, Ia mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dengan kata lain, Yesus adalah benar manusia 100% tetapi juga 100% Tuhan.


yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Fil 2:6-7)


Yesus sudah ada sebelum Abraham. Ia adalah Alpha dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Lebih dalam lagi Ia adalah the I AM sebutan yang familiar di telinga Yahudi teristimewa bagi nabi Musa. Sebutan I AM merujuk atau mengacu kepada TUHAN.


Jesus said unto them, Verily, verily, I say unto you, Before Abraham was, I am. (John 8:58)

And God said unto Moses, I AM THAT I AM: and he said, Thus shalt thou say unto the children of Israel, I AM hath sent me unto you. (Genesis 3:14)


Sebutan I AM oleh Yesus bukanlah sebutan biasa, terbukti saat Ia menyebutkannya, Yudas dan tentara Roma terjatuh ke tanah ketika ingin menangkap-Nya. Ini semakin menunjukkan bahwa Yesus adalah I AM, satu dari pribadi Tuhan yang menyebut diri-Nya dengan KITA di Kitab Kejadian.


As soon then as he had said unto them, I am he, they went backward, and fell to the ground. (John 18:6)


Sekali lagi, Alkitab sangat konsisten tentang Yesus. Sesuai surat Filipi, Yesus setara dengan Allah, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Kemudian, di Injil Yohanes, Yesus menyatakan bahwa Ia sudah memiliki kemuliaan sebelum dunia ada.


Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada (Yohanes 17:5)


Kesimpulannya, Yesus adalah satu dari KITA, tiga pribadi Allah yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat 28:19-20). Ia datang ke dunia, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, mati di kayu salib, bangkit pada hari yang ketiga, dan naik ke sorga.


Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa (Fil 2:8-11)


Apakah artinya nama di atas segala nama? Lagi-lagi tidak terbantahkan, tidak lain dan tidak bukan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.



RELATED LINKS:
http://en.wikipedia.org/wiki/Trinity

http://www.religionfacts.com/christianity/beliefs/trinity.htm

http://en.wikipedia.org/wiki/Jehovah_witness

http://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Taze_Russell

SEKTE-SEKTE DI DUNIA KRISTEN

Bacaan: 2 Timotius 2:2, 24

Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.

sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar

Kesalahan atau penyimpangan sekte-sekte di dunia Kristen sangat berkaitan erat dengan Alkitab dan otoritasnya. Ditinjau dari pesan atau ajarannya, kesalahan dapat berasal dari pengkhotbah atau pengajar yang asal, yang tidak alkitabiah, bahkan duniawi. Mereka tidak menyampaikan pesan Alkitab yang sebenarnya tetapi yang lain yang mungkin tampak rohani dengan kemasan nuansa atau jargon-jargon Kristiani. Ditinjau dari pembicaranya, seorang pengkhotbah atau pengajar sangat mungkin menjadi self-centered, yang disadari atau tidak, telah men-sentralisir pujian, penyembahan dan kemuliaan kepada diri sendiri bukan kepada Tuhan dan kemuliaan-Nya. Sehingga, secara otomatis keadaan semacam ini juga mempengaruhi kualitas rohani dari anggota, organisasi, institusi, atau sekte-sekte tersebut.

Christian Scientist, misalnya, menganut pengajaran yang dilatarbelakangi oleh pengalaman kesembuhan dari pengajarnya yaitu Mary Ann Morse Baker. Dari sana, Mary menarik kesimpulan-kesimpulan yang macam-macam yang tidak alkitabiah, sehingga, tanpa disadari Christian Science telah menjadi semacam ajaran Gnostic. Penganut ajaran Mormon pun, disadari atau tidak telah menggeser pesan Alkitab dengan cara menerbitkan dan meyakini kitabnya yang baru yaitu Kitab Mormon. Meskipun disebutkan bahwa kitab atau lempengan yang berisi tulisan, ilham atau wahyu tersebut diperoleh Joseph Smith dari malaikat, semestinya tidak boleh menggeser satu inchi pun posisi Alkitab sebagai otoritas satu-satunya, seperti yang disampaikan rasul Paulus di Galatia 1:8


Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.


Science of the Mind pun demikian, menjadi berbeda pengertian dan kepercayaannya karena menganggap biasa atau enteng tentang setiap kata atau tulisan di dalam Kitab Suci. Mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, tidak percaya akan sorga dan neraka, dan juga tidak percaya akan dosa dan penghakiman. Meski tidak sama, tetapi serupa halnya dengan Saksi Yehuwa, mereka memang tidak menerbitkan Kitab yang baru seperti Mormon, juga tidak se-esktrim Science of the Mind menerjemahkan alkitab, tetapi, mereka menerbitkan terjemahan Alkitab yang lain yang berbeda bernama Terjemahan Dunia Baru. Upaya tersebut dilakukan Saksi Yehuwa demi menyesuaikan kitab tersebut dengan ide, konsep, pemikiran atau ajaran yang mereka diyakini.


Salah satu isu terbesar yang seringkali dipermasalahkan oleh Saksi Yehuwa adalah tentang trinitas atau ketritunggalan Allah. Mereka percaya bahwa Yesus adalah ciptaan yang pertama, yang sulung dari yang segala yang diciptakan termasuk malaikat. Dengan kata lain, Yesus bukanlah Tuhan tetapi tuan. Ia bukanlah satu dari tiga pribadi Allah, dan Ia tidak sama atau setara dengan TUHAN yang bernama YHWH.


Saksi Yehuwa biasanya mengkaitkan ajaran trinitas atau tritunggal sebagai ajaran yang menyimpang akibat kepercayaan agama tertentu atau agama-agama penyembah berhala. Itu sebabnya mengapa kaum mayoritas Trinitarian, atau mainstream sangat anti terhadap pernyataan tersebut. Sehingga, timbul gap yang serius antara Saksi Yehuwa dengan orang Kristen mayoritas Trinitarian atau mainstream. Atas dasar tersebut, orang-orang Kristen mayoritas Trinitarian atau mainstream pun menetapkan Saksi Yehuwa sebagai cult, sekte atau secara sembunyi atau terang-terangan menyebutnya sebagai ajaran sesat atau anti-christ.


Itulah sebabnya mengapa Alkitab mengingatkan kita sebagai Kristen atau pemimpin Kristen untuk tekun menyelidiki Kitab Suci seperti orang Berea, cakap mengajar seperti Timotius dan menjadi teladan yang baik seperti rasul Paulus supaya kita tidak menjadi bingung atau salah kaprah.



Related Links:
http://en.wikipedia.org/wiki/Jehovah_witness
http://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Taze_Russell
http://en.wikipedia.org/wiki/Christian_science
http://en.wikipedia.org/wiki/Mary_Baker_Eddy
http://en.wikipedia.org/wiki/Religious_Science
http://www.religiousscience.org/ucrs_site/our_founder/first_religious.html
http://www.religiousscience.org/ucrs_site/philosophy/faq.html
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Church_of_Jesus_Christ_of_Latter-day_Saints
http://en.wikipedia.org/wiki/Book_of_Mormon
http://en.wikipedia.org/wiki/Joseph_Smith

Selasa, 16 Juni 2009

PERTUMBUHAN GEREJA DI ABAD PERTAMA

Sejak abad pertama, hanya ada satu jenis gereja Kristen. Demikian juga ajaran-Nya, hanya ada satu. Jika saat ini gereja telah menjadi sangat banyak jenisnya, itu berarti ada terdapat satu PR penting bagi orang Kristen di masa kini, yaitu menjadikan gereja kembali satu di dalam Tuhan dan kebenaran-Nya.

Sikap sentimental terhadap perbedaan ajaran dapat menghasilkan persatuan yang bersifat superficial. Tidak pula berarti bahwa setiap gereja atau kelompok Kristen harus debat setiap saat. Karena, debat bukanlah proses belajar yang baik melainkan pertandingan tentang “siapa lebih pintar dari siapa”, “siapa lebih tahu dari siapa”, atau “siapa lebih hebat dari siapa”. Hasil akhir dari debat adalah mencari siapa pemenangnya. Sedangkan sikap belajar yang benar adalah menjunjung tinggi firman Tuhan dan demi kemuliaan-Nya. Sikap tersebut tentunya didasari atas ketulusan dan kerendahan hati di hadapan Tuhan.

Gereja Kristen mula-mula di abad pertama dimulai dari 120 anggota saja. Angka ini diperoleh dari catatan Lukas di kitab Kisah Para Rasul (band. Kis 1:15). Kemudian, dalam hitungan jam saja, ia bertambah menjadi kira-kira tiga ribu jiwa (band Kis 2:41). Tidak lama setelah itu, angka tersebut bertambah lagi menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki (tidak termasuk perempuan). Selanjutnya makin lama makin bertambah baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. Saya ulangi sekali lagi sejumlah besar imam bukan sejumlah kecil.

Ini adalah angka pertumbuhan yang dramatis. Dalam sekejap saja gereja bertumbuh dari angka ratusan menjadi belasan ribu. Atau dalam hitungan kelipatan, gereja mula-mula abad pertama bertumbuh kira-kira 10 kali lipat atau 1000%. Semua pendeta atau gembala atau pemimpin gereja pastilah menginginkan pertumbuhan semacam ini, bukan?

Tetapi, jangan diam dan termangu saja dengan angka tersebut, sebaliknya, mari pelajari 6 (enam) komponen atau elemen penting yang ada di balik kedahsyatan pertumbuhan tadi yaitu:
1. Pertumbuhan gereja diawali oleh kuasa dan kerja Roh Kudus (band. Kis 1:7-8).

2. Pertumbuhan gereja dibangun di atas dasar pengajaran rasul-rasul dan doa (band. Kis 2:42).

3. Anggota-anggota gereja bersatu, sehati, akrab dan mengasihi (band. Kis 2:46).

4. Gereja menjaga standar atau kualitas rohani keanggotaan (band. Kis 5:13).

5. Pesan gereja tidak kadaluwarsa, transenden (tidak terbatas audiens atau segmen) dan worldwide (tidak terbatas lokasi atau wilayah).

6. Pesan gereja yaitu Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, menjadi murid Kristus, bertobat dari dosa-dosa, dibaptis, mendapatkan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus, menjadi warga kerajaan Allah, bertumbuh, berbuah dan setia seumur hidup (band. Mat 28:19-20; Kis 2:38; Kis 26:20; Kis 28:31).

Dengan komponen-komponen tersebutlah maka gereja mula-mula di abad pertama mengalami pertumbuhan. Sebaliknya, tanpa komponen-komponen tersebut, gereja tidak bertumbuh sebagaimana mestinya. Tanpa nya suatu kelompok mungkin bertumbuh secara angka, tetapi mungkin ia bukanlah gereja yang sebenarnya. Atau, ia mungkin adalah gereja tetapi tidak berkenan di hadapan-Nya kecuali ia kembali kepada prinsip dan cara-cara yang dikehendaki oleh Allah (band. Wahyu 3:15).



Related Products:
SUSTAINABLE CHURCH GROWTH (Produced by BPH)
Biblical Responses to the Church Growth Movement (Produced by GTY)









Rabu, 10 Juni 2009

GEREJA DAN POLITIK

Paham atau doktrin presiden AS ke 43, George W Bush dapat dijadikan bahan evaluasi dan pembelajaran tentang kekristenan dan politik.

Memang, pasca peristiwa hancurnya dua tower WTC di Amerika Serikat tanggal 11 September 2001, upaya war on terror George W Bush disambut positif oleh bangsa AS termasuk bangsa-bangsa di seluruh dunia. Tetapi, ketika serangan militer melebar, dari pengejaran Osama Bin Laden menjadi preventive war terhadap Iraq, masyarakat dunia menjadi bingung, enggan dan risih mendengarkan berita-berita perang tersebut. Di tambah lagi, George W Bush tidak menghiraukan PBB termasuk juga ayahnya, yang juga mantan presiden AS, George H W Bush, menangis akibat sikap dan keputusannya.

George W Bush tidak kehabisan akal, ia meyakinkan dunia khususnya masyarakat amerika bahwa terrorist sedang siap sedia. Ia menyatakan bahwa terrorist tersebut sudah merencanakan kehancuran Amerika dan sedang akan segera merealisasikannya. Itulah alasannya, mengapa George W Bush mengadakan preventive war yaitu memulai perang sebelum diperangi. Tak lama setelah itu, hujan peluru pun jatuh di negeri Irak di-ikuti rudal-rudal yang mendarat dan meledak di tanah kelahiran Saddam Hussein tersebut. Korban-korban jiwa pun jatuh tak terelakkan.

Bahayanya, Bush menyebut perang tersebut dalam pidato resminya sebagai crusades yaitu perang salib. Suatu istilah yang berpotensi menciptakan perang antara Kristen dan Islam. Istilah yang dapat memprovokasi dan melibatkan orang-orang lain yang tidak semestinya terlibat itu pun, akhirnya direvisi menjadi preventive war bukan crusades.

Selain hal itu, secara relijius, George W Bush diketahui dekat dengan penginjil terkenal nomor satu di dunia yaitu Billy Graham, bahkan ia mengakui pernah belajar alkitab dari nya. Media masa dan elektronik pun mencatat pernyataan Bush yang pernah menyatakan bahwa ia adalah pemimpin yang dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa-Nya. Bayangkan, dengan semua itu, apa yang mungkin disimpulkan orang-orang yang beragama islam tentang George W Bush, Billy Graham dan ajaran Kristen? Sangat mungkin, mereka mengira bahwa orang Kristen sedang mengangkat senjata dan siap menyerang islam. Orang-orang yang apatis dan tidak beragama pun mungkin mencibir dan semakin yakin bahwa agama hanya mendatangkan masalah dan pertikaian saja.

Untung saja, sejumlah gereja-gereja di AS mencermati masalah sensitif ini dan berinisiatif meminta maaf kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas kesalahan sikap, keputusan dan tindakan presiden mereka, George W Bush. Jika tidak, bukan saja sepatu yang berani dilemparkan wartawan iraq terhadap presiden AS, tetapi banyak aksi beragam lainnya yang dapat ditimbulkan akibat kepahitan-kepahitan yang terpendam.

Melalui peristiwa ini, patut kita belajar untuk tidak mencampur adukkan antara kekristenan, gereja dan politik. Mengapa? Karena terbukti secara historis, kekristenan atau gereja mempunyai kenangan-kenangan traumatis ketika dikawinkan dengan politik. Ia digunakan sebagai alat untuk mencapai cita-cita dan kepentingan-kepentingan yang duniawi yang tidak semestinya. Terlepas dari seperti apa kepentingan dan cita-cita tersebut, gereja tidak menjadi sebagaimana mestinya biblical church melainkan menjadi sesuatu yang lain, yang berbeda, dan menyesatkan.

Padahal, Kristus sendiri tidak pernah melakukan hal semacam itu. Bagaimana orang Kristen dapat disebut sebagai Kristen jika melakukan hal-hal yang demikian. Bukankah secara etimologi, arti kata Kristen itu adalah berarti pengikut Kristus? Bagaimana mungkin seorang disebut sebagai pengikut-Nya jika ia tidak menunjukkan kesamaan atau ciri seperti Dia?

Ditinjau dari kehidupan Kristus di dunia, kekristenan ala Bush juga sangat berbeda bahkan bertolakbelakang. Kristus tidak mengambil kesempatan dan tawaran dari sejumlah besar massa untuk menjadikan Dia pemimpin politik di zaman-Nya, meskipun Ia mempunyai kemampuan intelektual dan supranatural yang luar biasa dan sempurna. Mengapa? Karena visi dan misi Yesus sangat amat berbeda. Waktu itu, Ia sedang akan bergerak mencapai sesuatu yang akan menjadi bahan tertawaan dan olok-olok bagi banyak orang. Ia akan ditangkap, menderita aniaya, disalib dan berjanji akan bangkit pada hari ketiga.

Banyak orang tidak tahu apa yang sedang Ia lakukan, apa tujuan-Nya. Orang-orang pun tidak mengerti mengapa Ia melakukan-Nya, termasuk murid-murid-Nya, termasuk Pilatus, termasuk orang yang disalib di sebelah kiri-Nya, termasuk siapa saja di zaman itu.

Yesus menyatakan bahwa Kerajaan-Nya bukanlah dari dunia ini tetapi dari Sorga. Ia mendoakannya dan menantikannya datang ke dunia. Kerajaan itu adalah gereja.

Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga (Luk 11:2)

Jadi, selain Kristus sendiri tidak berpolitik, Kerajaan-Nya yang datang ke dunia yaitu gereja pun pastilah juga demikian. Tidak berpolitik. Jika tidak demikian, gereja akan jauh dari Tuhan, jauh dari tujuan-Nya, jauh dari misi-Nya, dan jauh dari pesan-Nya.


Related Product & Link:
Richard M. Daulay, penulis buku Bahaya Politisasi Agama (Penerbit Libri)
http://en.wikipedia.org/wiki/George_W._Bush


Senin, 08 Juni 2009

GEREJA DAN PEMERINTAH

Bacaan: Roma 13:1-4
13:1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
13:2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
13:3 Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
13:4 Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.

Gereja dan Pemerintah adalah 2 (dua) institusi yang berbeda. Gereja adalah institusi yang berasal dari Tuhan yang menangani hal-hal yang berpusat pada kerohanian yang kemudian juga dapat menyentuh hal lainnya seperti: jasmani, mental dan sosial. Sedangkan, Pemerintah adalah institusi manusia yang eksistensinya di-izinkan Tuhan atau ada di bawah kontrol Tuhan. Pemerintah yang ideal menangani hal-hal yang berpusat pada kepentingan masyarakat secara umum dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya. Pemerintah mengelola, mem-fasilitasi, menjaga, mengawasi dan melindungi masyarakat secara umum. Jadi, sejatinya gereja dan pemerintah bukanlah institusi yang bertentangan atau bermusuhan satu terhadap yang lain.

Memang, ada kalanya pemerintah dari suatu negara atau kerajaan tidak suka terhadap orang Kristen. Mereka membenci, menganiaya bahkan seolah-olah ingin melenyapkan gereja dari muka bumi ini. Pemerintah yang semacam ini tentunya bukanlah pemerintah yang ideal melainkan pemerintah yang jahat, korup, egois, tidak adil dan tidak bijaksana. Mungkin saja intimidasi atau penindasan yang mereka lakukan berdasar atas kepentingan pribadi atau golongan.

Pertanyaannya, jika pemerintah dalam kondisi tidak idealnya, yaitu seperti yang barusan dijelaskan tadi, bagaimanakah gereja atau orang-orang Kristen harus bersikap?

Sebelum menjawab hal ini lebih jauh, mari perhatikanlah hidup dan teladan yang Yesus berikan. Bacalah Kitab-Kitab Injil dan perhatikanlah sikap dan tindakan-Nya di tengah pemerintahan yaitu penjajah Romawi. Seperti biasanya, bangsa jajahan selalu mengalami pengurangan hak dan penambahan kewajiban. Di zaman itu, bangsa Yahudi juga mengalami keterpurukan secara ekonomi. Dan, dalam kondisi yang berat dan sukar tersebut, mereka pun harus membayar pajak kepada kaisar.

Tidak heran, mengapa alkitab mencatat tentang tanya-jawab di antara Yesus dan orang-orang Farisi mengenai pajak kepada kaisar. Orang Farisi bertanya: apakah dibenarkan jika bangsa Yahudi membayar pajak kepada kaisar. Pertanyaan orang Farisi lagi-lagi adalah pertanyaan yang ingin menjebak Yesus supaya bisa menangkap-Nya masuk ke dalam perangkap kelicikan mereka. Di tambah lagi, saat melontarkan pertanyaan tersebut, mereka sedang disaksikan oleh tentara-tentara Romawi yang siap sedia menangkap Yesus dan membawa-Nya ke pengadilan.

Orang Farisi memang tidak menyadari kejeniusan Yesus dan kelurusan hati-Nya. Tampaknya, mereka tidak mempunyai pandangan atau konsep yang benar tentang bagaimana bersikap dan memposisikan diri di tengah pemerintah dan situasi politik yang tidak menguntungkan. Besar kemungkinannya, orang Farisi bukanlah pembayar pajak yang patuh dan taat melainkan pemain petak umpet yang ulung yang menghindari pembayaran pajak. Demikian pula halnya orang-orang Zelot, bukan saja merasa terhina jika harus membayar pajak kepada Roma, mereka pun secara aktif dan terang-terangan menentang pemerintah. Mereka berjuang dan berperang secara fisik demi kemerdekaan bangsa Yahudi.

Jadi, apakah orang Kristen harus bersikap seperti orang Farisi atau orang Zelot? Atau, menjadi pecundang yang pasrah kepada keadaan?

Yesus menjawab orang-orang Farisi dengan menunjukkan gambar kaisar yang ada di atas keping uang yang berlaku saat itu. Ia menyatakan: ”Berilah kepada kaisar apa yang wajib diberikan kepada kaisar dan berilah kepada Tuhan apa yang wajib diberikan kepada-Nya.” Artinya, manusia patut menunaikan kewajiban-kewajibannya. Ada kewajiban terhadap pemerintah, ada pula kewajiban terhadap Tuhan. Dan yang paling tinggi adalah terhadap Tuhan. Jika kewajiban terhadap Tuhan terhalang oleh pemerintah, maka tanpa bermaksud jahat dan kurang ajar, orang Kristen tentu saja memilih Tuhan.

Selain menunaikan kewajibannya, gereja atau orang-orang Kristen perlu mendoakan pemerintah, sebagai tanda atau bukti kepedulian dan partisipasinya. Orang Kristen tidak semestinya berjuang atau berperang secara aktif, anarkis, dan penuh dengan kekerasan. Mengapa? Karena tindakan semacam itu adalah dosa yang dibayang-bayangi oleh kebencian, kemarahan, kegeraman dan kepahitan.

Orang Kristen percaya akan adanya “perang rohani” yang sama sekali berbeda dengan “perang jasmani”. Perang rohani bukanlah perang melawan manusia atau bangsa-bangsa tetapi melawan roh-roh jahat di udara, penguasa-penguasa kegelapan, dosa, kedagingan, ajaran sesat, dan yang palsu (band. Ef 6:12).

Perang rohani berlangsung tanpa disadari oleh manusia pada umumnya. Ia ada di balik dendam dan sakit hati. Di balik pikiran dan keinginan yang jahat. Di balik kelicikan dan keserakahan. Di balik kebebalan dan ketidak patuhan. Di balik dosa-dosa ia berada. Entahkah di dalam konflik antar bangsa atau konflik intern antar rumah tangga bahkan antar individu selalu ada terdapat hal yang lebih mendasar dan lebih serius yaitu perang rohani yang berada dibaliknya.



Copyright (c) 2009 by Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/



Related Product:
Bahaya Politisasi Agama oleh Richard Daulay (Penerbit BPK Gunung Mulia)

Jumat, 05 Juni 2009

PENUH DENGAN ROH KUDUS

Berulang kali Alkitab menyatakan bahwa Yesus dibawa oleh Roh. Ia dipimpin oleh Roh, dan penuh dengan Roh Kudus (band. Mat 4:1; Mrk 1:12; Luk 4:1). Ini menandakan bahwa Yesus senantiasa bersama-sama dengan Roh Kudus. Ia satu dengan-Nya. Apapun yang Ia katakan atau lakukan senantiasa seiring sejalan dengan Roh Kudus. Tidak heran mengapa Yesus pernah berkata: apa yang Kukatakan tidak berasal dari diri-Ku sendiri tetapi Bapa di dalam Aku. Aku dan Bapa adalah satu. Aku di dalam Dia dan Dia di dalam Aku.

Yesus tidak sendiri. Ia bersama dengan Bapa dan Roh Kudus. Ketiganya adalah satu: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Itu sebabnya mengapa ketika orang-orang Farisi menghujat Yesus, Ia menyatakan bahwa mereka menghujat Roh Kudus. Mengapa? Dapat dengan mudah dimengerti yaitu karena apa yang Yesus lakukan atau kerjakan juga adalah sama dengan Roh Kudus. Ia bersama-sama dengan-Nya.

Sekarang, apa yang dimaksud dengan dipimpin oleh Roh Kudus atau penuh dengan Roh Kudus?

Bacalah Alkitab Anda di Efesus 5:18-33; 6:1-9 dan Kolose 3:16-25; 4:1. Dari sana kita dapat mempelajari 2 (dua) hal penting yakni sebagai berikut:
1. Penuh dengan Roh Kudus ditandai atau dibuktikan oleh sikap dan tindakan seseorang.
Efesus 5:18-33 dan Kolose 3:16-25 menuliskan daftar yang sama tentang tanda atau bukti-bukti tersebut. Orang yang penuh dengan Roh Kudus bermazmur bagi Tuhan, menyanyikan pujian, mengucap syukur. Jika ia adalah isteri, ia tunduk kepada suami. Jika ia suami, ia mengasihi isteri. Jika ia anak, ia hormat kepada orang tuanya. Jika ia bapa, ia tidak menanam kepahitan di hati anaknya. Jika ia hamba, ia taat dan tunduk kepada tuannya. Jika ia tuan, ia adil dan tidak semena-semena terhadap hambanya.

2. Penuh dengan Roh Kudus adalah sama dengan kaya akan perkataan Kristus di dalam hati dan pikiran (band Efesus 5:18 dan Kolose 3:16).
Dua frase tersebut yaitu Penuh Roh Kudus dan Kaya akan perkataan Kristus adalah interchangeably. Keduanya dapat bertukar tempat. Karena keduanya menghasilkan yang sama, sikap dan tindakan yang sama seperti yang kita sebutkan barusan yaitu bermazmur, menyanyi, tunduk, taat, hormat, mengasihi, adil, tidak semena-mena, dan lain-lain.

Melalui 2 (dua) hal di atas kini dapat kita ketahui bagaimana cara men-deteksi-nya apakah kita penuh dengan Roh Kudus atau tidak. Caranya adalah dengan memperhatikan kontrasnya. Jika kita tidak semangat bernyanyi pujian, tidak bersyukur, tidak suka memuji Tuhan, tidak suka dengan firman-Nya berarti kita tidak penuh dengan Roh Kudus. Bagi para isteri, jika ia tidak tunduk atau tidak taat kepada suami, berarti ia tidak penuh dengan Roh Kudus. Bagi suami, jika ia tidak mengasihi isteri, ia tidak penuh dengan Roh Kudus. Demikian seterusnya bagi hamba yang tidak taat kepada tuannya, bagi anak yang tidak hormat kepada orang tuanya, bagi tuan yang tidak adil dan semena-mena terhadap hambanya adalah tidak penuh dengan Roh Kudus.

Sampai di sini, Anda tentunya telah mengerti tentang Tuhan kita yang satu, dan tentang bagaimana mendeteksi apakah Anda penuh dengan Roh Kudus atau tidak.

Sekarang, mari pelajari dan mengerti satu hal lagi yakni bagaimana caranya agar kita penuh dengan Roh Kudus. Sesuai pengertian kita tentang 2 (dua) ayat yang interchangeably tadi yakni Efesus 5:18 dan Kol 3:16 tadi, maka kini dapat kita simpulkan atau temukan bagaimana caranya. Jika orang yang penuh dengan Roh Kudus adalah orang yang kaya akan perkataan Kristus di dalam hati dan pikirannya, itu berarti bahwa tersebut tentunya adalah orang yang tekun membaca dan meneliti kebenaran firman-Nya. Karena tidak mungkin seseorang kaya akan perkataan Kristus, jika ia tidak pernah mendengar, membaca dan meneliti firman-Nya. Sebaliknya, orang yang mendengarkan, membaca, meneliti firman-Nya dengan sungguh, teliti, dan tekun tentunya kaya akan perkataan Kristus. Seperti halnya orang Berea, mereka disebut sebagai orang yang lebih baik hatinya. Mengapa? Karena mereka menerima firman dengan segala kerelaan hati dan menyelidiki Kitab Suci setiap hari untuk mengetahui apa yang benar dan yang tidak. Mana yang sejati dan dan yang palsu, mana yang sungguh benar dan mana yang setengah benar. Dengan demikian, mereka dapat membedakan dan memisahkan keduanya.

Dengan kata-kata lain, jika Anda ingin penuh dengan Roh Kudus, bacalah firman-Nya dengan sungguh, teliti dan tekun, maka Anda kaya akan perkataan firman-Nya di dalam hati dan pikiran Anda. Itulah yang akan mempengaruhi Anda dan men-drive Anda, memimpin dan menuntun Anda. Tetapi, ngomong-ngomong, bukankah firman-Nya adalah ilham dari Roh Kudus (band. 2 Pet 1:20-21), dan bukankah kita sebagai orang Kristen semestinya menghasilkan buah-buah Roh (band. Gal 5:22-23)?

Saya yakin, Anda semakin mengerti saja tentang penuh dengan Roh Kudus.

Senin, 01 Juni 2009

KEPEMIMPINAN GEREJA

Menurut Alkitab, ada 4 (empat) nama atau sebutan terhadap pemimpin rohani di dalam Jemaat. Nama atau sebutan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penatua
Kategori ini biasa juga disebut dengan elder atau prosbuteras. Penatua adalah orang yang dewasa secara rohani. Di samping itu ia juga mempunyai hikmat dan kebijaksanaan rohani yang tinggi.

2. Penilik Jemaat

Kategori ini biasa disebut dengan bishop atau overseer atau episkopas. Penilik Jemaat berfungsi dan bertanggung jawab untuk menilik atau mengawasi jemaat.

3. Pastor

Kategori ini biasa disebut dengan Gembala. Seperti namanya ia berfungsi dan bertanggung jawab memberi makan dan melindungi domba-domba kepunyaan Allah yaitu Jemaat.

4. Pemimpin Jemaat

Kategori ini biasa disebut dengan Church Leader. Fungsi dan tanggung jawabnya adalah menentukan arah bagi Jemaat. Selain itu ia pun berfungsi dan bertanggung jawab untuk membedakan dan memisahkan apa yang salah, yang benar, yang berkenan dan yang tidak berkenan di hadapan Allah.

Selain itu ada juga yang disebut dengan Diaken yaitu yang tugas dan tanggung jawabnya adalah untuk menolong orang-orang miskin, para janda, dan mengadakan pelayanan-pelayanan sosial lainnya.

Tetapi, di dalam struktur organisasi gereja-gereja di masa kini ada pula terdapat jabatan pemimpin yang relatif banyak jumlahnya. Sebutannya pun bermacam-macam, tergantung peran atau fungsi dari jabatan tersebut. Sebut saja pimpinan administrasi atau chief administrator, kepala bendahara, kepala bidang media, dokumentasi dan perpustakaan, kepala engineer dan maintainance, ketua majelis, ketua bidang sosial, ketua bidang umum, dan lain-lain. Timbul pertanyaan, apakah jabatan-jabatan yang barusan disebutkan tadi dapat menggantikan atau mengeliminasi 4 (empat) nama termasuk fungsi dan tanggung jawab yang semula disebutkan? Tentu saja tidak. Karena ke-empatnya harus tetap terus ada dari dulu hingga sekarang. Keberadaan jabatan-jabatan organisasi tidak boleh menggeser, menggantikan apalagi mengeliminasi fungsi dan tanggung jawab pemimpin rohani tadi yaitu penatua, penilik jemaat, gembala, dan pemimpin jemaat.

Anda mungkin bertanya mengapa harus demikian banyak jabatan atau posisi di dalam jemaat? Apakah peran atau fungsi dari jabatan-jabatan tersebut? Seiring waktu berjalan, dunia memang mengalami modernisasi. Selain teknologi dan industri, aspek-aspek yang lain pun semakin maju dan berkembang. Dengan demikian, secara organisasi, gereja memang membutuhkan personil untuk menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan jabatan-jabatan tersebut. Gereja membutuhkan personil-personil penuh waktu. Di samping itu juga personil paruh waktu dan sukarelawan atau yang biasa disebut dengan volunteer.

Ada lagi pertanyaan yang lain. Begitu sibukkah gereja? Banyakkah kegiatan-kegiatan-nya? Jika ya, apa saja kegiatan-kegiatan tersebut? Secara ideal, sesungguhnya kegiatan-kegiatan gereja sangat banyak karena peran dan fungsi gereja sesungguhnya menyentuh seluruh area kehidupan jemaat secara total dan menyeluruh.

Salah satu contoh kegiatan adalah pembimbingan atau yang biasa disebut dengan istilah discipling atau mentoring. Pembimbingan mencakup banyak hal termasuk pembimbingan karakter, pekerjaan, konseling pra-nikah, pernikahan, dan lain-lain. Tujuannya adalah supaya tiap-tiap orang yaitu anggota jemaat bertumbuh mencapai kesempurnaan di dalam Kristus (band. Kol 1:28).

Anda mungkin bertanya, berapa lama dan sampai kapan pembimbingan itu dilakukan? Jika tidak merujuk kepada Kitab Suci mungkin kita akan berpikir bahwa pembimbingan tidak begitu perlu. Jemaat boleh hidup semaunya, yang penting setiap hari minggu mereka datang ke gereja, menyanyikan lagu-lagu rohani, mendengarkan khotbah, bersalam-salaman dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Toh, anggota-anggota jemaat adalah orang-orang dewasa yang dapat menangani permasalahannya masing-masing. Biarkan mereka menghadapi dan menyelesaikannya sendiri.

Mungkin, ada benarnya pikiran-pikiran semacam itu. Tetapi, jika pikiran itu didasari atas keegoisan dan ketidakpedulian terhadap jemaat, maka sudah sepatutnya kita bertobat dan mengambil langkah perubahan. Jika kita tidak mengerti tentang pembimbingan atau penggembalaan, maka sudah sepatutnya kita membaca Kitab Suci dengan lebih detil dan lebih teliti lagi.

Rasul Paulus adalah contoh atau teladan pembimbing yang baik. Bacalah dan perhatikanlah sikap dan tindakan Paulus sebagai seorang pembimbing bagi jemaat.

1 Tes 2:7 kami berlaku ramah…, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

1 Tes 2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepadamu.

1 Tes 2:11 …., betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang.

2 Tes 3:7-8 …kami tidak lalai bekerja di antara kamu,…, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu.


Dari empat kutipan ayat tersebut saja, dapat kita lihat bahwa Paulus dan rekan-rekannya bekerja keras, siang dan malam, seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawat anaknya. Mereka melayani jemaat, menasihati, menguatkan hati seorang demi seorang, seperti seorang bapa terhadap anak-anaknya. Bahkan, di masa jemaat Tesalonika belum mampu menopang secara financial karena masih baru umurnya, Paulus dan rekan-rekannya rela bekerja mencari nafkah demi keperluan pribadi mereka sehari-hari.

Sampai penjelasan ini, Anda mungkin telah dapat mengerti bahwa waktu dan kegiatan yang di-investasikan bagi Jemaat tidaklah sedikit. Kegiatan atau pelayanan orang Kristen bukan bersifat sementara atau insidentil melainkan kontinu, konsisten dan seumur hidup. Dari sana dapat dimengerti bahwa pemimpin atau pelayan jemaat semestinya bukan cuma tampil sekali seminggu di atas mimbar melainkan telah siap memberikan waktu, tenaga, hati, pikiran bahkan hidupnya bagi Tuhan dan jemaat-Nya.

Pemimpin rohani yang sejati dapat disebut sebagai wakil Tuhan bagi jemaat-Nya. Artinya, mereka dapat menyampaikan kehendak-Nya, mengajarkan firman-Nya dengan cakap, dan menjadi teladan dan inspirasi bagi jemaat-Nya.


Copyright © 2009 by Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Related products:
SUSTAINABLE CHURCH GROWTH (Produced by BPH)
Special Lesson on Leadership (Produced by BPH)
The Faith of Leaders (Produced by BPH)

Shepherd's Responsibilities (Produced by GTY)