Kamis, 25 Februari 2010

Rasul-Rasul Yesus – “Petrus”

Bacaan: Matius 16:16

16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

16:18 Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.


Simon Petrus adalah rasul Yesus yang sangat populer. Biografinya dikisahkan secara jujur dan terbuka oleh keempat penulis Injil. Semua yang baik dan yang buruk tentang dia – kesalahannya, kegagalannya, penyesalan, dan kesedihannya. Banyak kisah tentang Yesus di Perjanjian Baru juga berisi tentang kisah Petrus dan tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, Petrus adalah pribadi yang paling terkenal di Perjanjian Baru setelah Yesus. Hampir di setiap kisah di PB, Petrus ada di sana dan disebutkan namanya. Salah satunya adalah kisah tentang bagaimana Petrus dapat menjawab pertanyaan Yesus dan berkata kepada-Nya:”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Dari sini dapat disimpulkan bahwa Petrus telah bertumbuh di dalam pengenalan dan pengertian dia terhadap Yesus setelah sekian lama bersama-sama dengan Dia.

Tetapi, tidak semua kisah tentang Petrus di PB adalah kisah yang hebat dan membanggakan. Bahkan hampir setiap kisah di PB menceritakan kesalahan dan kegagalannya. Apalagi jika kita tidak mengetahui akhir kisah hidupnya maka mungkin kita akan menilainya sebagai murid yang gagal atau buruk. Ia berjalan di atas air tetapi jatuh dan hampir tenggelam dan tidak dapat menyelesaikan aksi spektakulernya tersebut. Ia juga pernah menarik dan menegor Yesus seolah-olah lebih tahu atau lebih pintar ketimbang Guru-nya. Ia tertidur di taman Getsemani dan tidak lama setelah itu Ia marah dan panik sampai-sampai memotong telinga dari hamba seorang imam besar. Ia bahkan pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali dan bersumpah di depan mereka bahwa Ia tidak pernah mengenal Yesus.

Yesus memang berulangkali menegor Petrus karena kesalahan dan kekurangannya. Ia seringkali tidak percaya, sombong, takut, dan tidak mengasihi Yesus. Tetapi Yesus setia membimbing dan membentuknya menjadi alat yang mulia bagi kemuliaan-Nya. Hingga akhirnya iman Petrus yang teguh seperti batu karang dipakai Tuhan untuk memberitakan kabar keselamatan dan pengampunan dosa. Di hari Pentakosta, ia berkhotbah dan tiga ribu orang bertobat dan dibaptis di dalam nama Yesus Kristus. Ia juga yang pertama kali menolong seorang perwira Itali yang bernama Kornelius menjadi murid Kristus (band Kis 2; 10).

Petrus banyak belajar dan berubah dari kesalahan dan kegagalannya. Ia bertumbuh menjadi pribadi yang rohani, rendah hati dan penuh kasih bahkan menjadi pemimpin dan sokoguru jemaat di Yerusalem pada masa itu.

Simon Petrus adalah profil seorang murid yang apa adanya, sangat agresif, suka berbicara dan bertanya kepada Guru-Nya. Ia suka belajar dan tidak takut salah dalam belajar.

Di akhir hidupnya Petrus tidak lagi menyangkal Yesus. Sejarah atau tradisi Kristen mengatakan bahwa Petrus meminta disalib terbalik karena ia merasa tidak layak disalib dengan cara yang sama seperti Yesus.

Kesimpulannya, tekunlah belajar sebagai murid Kristus. Kesalahan dan kegagalan bukanlah akhir dari segala-galanya. Tetaplah setia dan bertumbuh di dalam Tuhan maka Ia akan menggunakan kita menjadi alat yang mulia bagi kemuliaan-Nya.



Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/


Kamis, 18 Februari 2010

Dua Ekstrim dalam Keuangan (Bagian 2)

Bacaan: Matius 6:19-34

Alkitab bicara tentang segala sesuatu termasuk tentang keuangan dan itu selalu benar. Ia berkata kepada orang-orang yang kaya dan para investor:”Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;… Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;…” Dengan kata lain, alkitab berbicara bahwa barang-barang atau harta benda di dunia adalah sesuatu yang fana, tidak abadi, dan akan hancur atau rusak oleh waktu. Dan juga manusia memang tidak mampu memiliki semua itu untuk selamanya karena keterbatasan usia atau waktu di dalam hidup.

Yesus menawarkan solusi yang terbaik dalam hal berinvestasi. Ia berkata:”Kumpulkanlah bagimu harta di sorga bukan di bumi.” Mengapa? Karena ketidakterbatasannya dalam hal waktu dan kepemilikan. Kita dapat memiliki harta di Sorga untuk selamanya dan itu bebas dari kehancuran atau kerusakan. Guaranteed - “Eternal”.

Kepada orang-orang yang sukar atau minim secara ekonomi, Yesus berkata:”…janganlah kamu kuatir… Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu…” Dengan kata lain, Tuhan berharap agar manusia percaya bahwa Ia akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar mereka sehingga manusia tidak dapat berdalih untuk tidak mengutamakan atau memprioritaskan Tuhan. Jika burung atau bunga bakung saja dijaga dan dipelihara apalagi manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.

Lagipula, sebenarnya, segala sesuatu adalah milik Tuhan. Semuanya adalah berasal daripadaNya. Tidak ada satu hal pun yang kita peroleh atau miliki karena kehebatan dan kepintaran kita. Tetapi ada saja orang yang beranggapan demikian. Benarkah pikiran semacam itu? Menurut saya, itu justru tidak logis dan tidak rasional sama sekali. Karena banyak hal dalam hidup kita tidak kita peroleh semata-mata karena kemampuan dan kepintaran kita. Contohnya, saya tidak dapat menulis, mengetik, memposting artikel ini di blog, me-link-annya ke facebook karena kehebatan atau kemampuan saya semata seorang diri. Saya sadar bahwa saya tidak pernah membuat atau menciptakan komputer dan segala sesuatu yang telah saya sebutkan tadi. Dengan kata lain, saya bergantung kepada orang lain, pihak lain, dan terutama kepada Tuhan sebagai sumber dari segala sumber kehidupan dan penghidupan. Saya tidak dapat melakukan aktifitas apapun tanpa Tuhan. Tanpa Dia yang memberikan nafas dan kehidupan. Dialah yang mengontrol dan menjaga alam semesta – bumi tetap berputar pada porosnya dan benda-benda langit pada tempatnya. Saya tidak dapat makan tanpa para petani yang bekerja dan berdoa setiap hari untuk cuaca dan hasil panen. Meskipun saya memiliki kertas-kertas yang dihargai sebagai alat tukar tetapi apalah artinya jika tidak ada apa-apa yang dapat dibeli. Jadi, bukankah semuanya berasal dari Tuhan?

Ini adalah realita dalam investasi dan kekuatiran: ada orang yang berjuang keras untuk menjadi kaya tetapi tidak kunjung kaya. Ada orang yang menghalalkan segala cara untuk menjadi kaya tetapi justru berujung di dalam penjara. Ada juga orang yang memaksakan diri untuk menjadi kaya tetapi akhirnya kehilangan sukacita dan kehidupan pribadinya.

Mempunyai pikiran yang alkitabiah tentang kepemilikan sesungguhnya adalah baik dan positif buat kita. Kemarin, sebelum memulai diskusi alkitab mingguan kami, salah seorang saudara datang terlambat karena harus menjenguk tetangganya yang baru saja dirampok oleh sejumlah pria asing bersenjata tajam. Tetangganya yang adalah seorang pria dengan anaknya yang berumur 15 tahun baru saja keluar dari sebuah bank dengan satu kantong berisi uang ratusan juta rupiah. Mereka mencoba mempertahankan agar uang yang mereka bawa tidak sampai jatuh ke tangan orang-orang tersebut. Tetapi, ayah dan anak tersebut gagal dan terpaksa menyerahkan uang itu ditambah dengan kesakitan dan kesedihan akibat luka-luka bacokan di tubuh mereka.

Cobalah berpikir dan berkata dengan iman kepada Tuhan:”Itu adalah uang Tuhan!” atau “Tuhan, mereka mengambil uang kepunyaan-Mu.” Itu artinya, orang-orang yang merampok uang tadi sebenarnya bermasalah dengan Tuhan dan akan berurusan dengan Dia. Bukankah begitu? Mereka harus mempertanggungjawabkan dan akan mendapatkan konsekuensi dan hukuman dari-Nya. Seperti itulah keadaannya di mata Tuhan (band. Roma 12).

Kesimpulannya, semuanya adalah milik Tuhan. Semuanya adalah berasal daripadaNya. Dialah yang memberikan hidup. Dia jugalah yang membuatnya bertahan. Jangan kuatir. Utamakanlah Tuhan. Prioritaskanlah Dia. Jadilah manager yang baik dalam kehidupan kita dan cukupkanlah diri kita dengan apa yang ada pada kita.




Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Senin, 15 Februari 2010

Dua Ekstrim dalam Keuangan

Bacaan: Matius 6:19-34

Di ayat 19 sampai dengan 24, Yesus berbicara tentang investasi. Di ayat 25 sampai dengan 34, Yesus berbicara tentang kekuatiran. Keduanya adalah dua titik ekstrim dalam keuangan atau finansial manusia. Investasi biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi yang relatif besar atau tinggi. Sedangkan kekuatiran biasanya melanda orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi yang sulit atau rendah. Keduanya mempunyai potensi menjadi penghalang bagi manusia untuk dekat dengan Tuhan dan memprioritaskan Dia.

Yesus berkata kepada orang yang pertama:”Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; …Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;…” Tetapi bagi orang yang kedua, Yesus berkata:”…janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?... Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, …” Dengan kata lain, orang yang mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi maupun yang rendah, mempunyai potensi untuk jauh dari Tuhan – lupa dan tidak mengingat Dia. Yang satu asyik dengan harta kekayaan dan investasi sedang yang satu lagi dikuasai dan dikendalikan oleh kekuatiran.

Patut diakui bahwa dunia bisnis dan investasi saat ini sarat dengan kegaduhan dan kebisingan iklan. Di mana-mana, di jalan, di gedung, televisi, radio, internet, dan lain sebagainya, dipenuhi oleh iklan-iklan berbagai produk dan jasa. Orang-orang melihat dan mendengarkan iklan setiap waktu, membicarakan produknya dan lain sebagainya.

Pertanyaannya, benarkah manusia sungguh-sungguh membutuhkan semua itu? Atau, apakah jumlah produk atau jasa itu benar-benar sesuai dengan kebutuhan manusia dalam hal jumlah atau kuantitasnya? Atau, apakah itu terlalu berlebihan atau over produksi? Contohnya, berapakah jumlah handphone di rumah anda yang sudah tidak lagi dipakai atau digunakan. Anda mungkin membeli yang baru dengan alasan untuk mendapatkan menu atau fasilitas handphone yang lebih baik dan juga efisiensi tariff pulsa yang lebih hemat antar operator. Demikian mungkin akan terus berlanjut apabila tampil produk terbaru dengan penawaran tariff pulsa yang bersaing. Pernahkah anda bertanya, apakah anda seorang diri yang mengalami hal semacam itu atau justru banyak juga orang lain yang mengalami hal yang sama? Bagaimana dengan produk-produk yang lain? Televisi? Komputer? Disket? Flash Disk? Mobil? Benarkah semuanya itu sesuai dengan kebutuhan kita? Atau, jangan-jangan kita telah memenuhi dunia dengan sampah-sampah akibat over produksi, keserakahan, kesombongan, dan egoisme kita?

Tuhan tentu saja tidak membenci para investor hanya karena mereka kaya. Demikian juga, Tuhan juga tidak membenci orang yang miskin hanya karena ia miskin. Tetapi, Tuhan membenci sikap hati kita yang egois, yang serakah, yang tidak percaya kepada Dia, yang tidak peduli dan tidak mengutamakan Dia. Tuhan membenci sikap hati kita yang kuatir, yang tidak percaya, yang tidak bergantung kepada Dia, dan yang tidak mengandalkan Dia. Tuhan juga tidak berharap agar kita hidup tanpa rencana, tanpa manajamen atau tanpa pengelolaan yang baik. Tetapi Tuhan juga tidak menginginkan kita mengatasnamakan rencana dan manajemen demi keserakahan, kesombongan, atau ambisi pribadi yang duniawi.

Intinya, Tuhan sebenarnya menginginkan kita dan hati kita. Dia tidak ingin kita asyik dan larut dalam ber-investasi di dunia karena Ia tahu bahwa semua itu adalah fana dan akan berlalu. Begitu juga Ia tidak menginginkan kita dikuasai dan dikendalikan oleh kekuatiran sehingga kita mengabaikan dan menomorduakan Dia.



Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Sabtu, 13 Februari 2010

Proverbs of Solomon



Song & Lyric by Pierre Jacobs (Washington DC)
Sunday, Jan 24, 2010, GKDI Bandung
Copyright (c) 2010 by Berean Recording Ministry

Just a Closer Walk with Thee (Live)



Singer: Pierre Jacobs
Location: WANITA ALLAH, Menara Kuningan - F2
Copyright (c) 2010 by Berean Recording Ministry

Kamis, 11 Februari 2010

Berilah Makanan yang Secukupnya

Bacaan: Matius 6:11

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

Kata “berikanlah” adalah ekspresi dari sikap hati yang sadar dan mengerti bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Dialah yang memberikan segala sesuatu di dalam hidup kita. Sebenarnya kita tidak mempunyai apa-apa tanpa Dia. Kita tidak mempunyai kemampuan dan tidak dapat melakukan sesuatupun tanpa Tuhan.

Buat sebagian orang mungkin perkataan dalam doa ini kedengarannya tidak cocok atau sesuai. Mengapa? Karena mungkin saja mereka mengira atau menganggap bahwa mempunyai banyak hal dalam hidup adalah karena kemampuan atau usaha mereka semata. Orang-orang yang seperti itu juga mungkin berpikir bahwa mereka tidak sedang meminta atau mengharapkan bantuan, pertolongan atau belas kasihan dari orang lain termasuk Tuhan. Maka, kata “berikanlah” sangat kecil kemungkinannya dapat keluar dari mulut orang yang seperti mereka. Kalaupun kalimat doa itu diucapkan, mungkin itu bersifat artifisial atau ritual belaka bukannya ungkapan jujur dan tulus yang keluar dari dalam hati. Jika tidak berpikir lebih dalam atau lebih jauh tentang asal usul kehidupan ini, maka sangat mungkin orang-orang akan berpikir seperti demikian.

Kata “kami” menunjukkan sikap yang tidak egois di dalam memohon kepada Tuhan. Yesus tidak mengatakan “berikanlah saya” tetapi “berikanlah kami”. Artinya, dalam doa kita, kita harus mengingat atau memikirkan keperluan atau pun kebutuhan orang lain juga bukan hanya diri sendiri. Sikap doa yang egois dan mementingkan diri sendiri bukanlah sikap doa yang berkenan di hadapan Tuhan. Ia tentu saja tidak menyukai sikap hati yang demikian.

Kata “pada hari ini” juga mungkin sepertinya tidak cocok atau sesuai buat orang yang sudah mempunyai tabungan, deposito atau pun persediaan uang yang besar atau banyak. Bukankah orang-orang yang seperti demikian secara matematis sudah tidak perlu lagi memusingkan soal makan-minum pada hari ini bahkan hingga bertahun-tahun ke depan lamanya? Kalimat semacam ini mungkin juga tidak relevan buat orang yang punya banyak pilihan menu di berbagai cafĂ© atau restoran dengan membership card, discount card, dan lain sebagainya.

Jadi, kalau begitu, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kalimat-kalimat dalam doa ini? Apakah itu hanya akan menjadi sesuatu semacam mantra atau ritual belaka atau sebenarnya mempunyai arti yang sangat mendalam? Orang-orang yang mengenal Tuhan semestinya tidak sombong dan tidak egois, sebaliknya, rendah hati dan peduli dan mengasihi sesama mereka. Itulah sebabnya mereka senantiasa mempunyai sikap doa “berikanlah kami pada hari ini”. Mereka tidak menganggap bahwa apa yang mereka peroleh atau punyai dalam hidup mereka adalah karena kekuatan dan kemampuan mereka semata, melainkan, mereka sadar dan mengerti bahwa Tuhan adalah sumber dari segala sumber kehidupan dan penghidupan. Dia adalah pribadi yang paling berperan, paling berpengaruh, dan paling ber-otoritas di dalam kehidupan ini.

Orang-orang yang benar di hadapan Tuhan juga akan meminta “makanan kami yang secukupnya”. Amsal pasal 30 ayat 8 berkata:”Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. Dengan kata lain, kemiskinan dan kekayaan keduanya sama-sama mengandung godaan tersendiri. Orang yang miskin mempunyai godaan untuk mencuri dan mencemarkan nama Allah. Orang-orang yang kaya mempunyai godaan untuk menjadi sombong, serakah, tidak mengutamakan Tuhan, dan tidak mengandalkan Dia.

Kekayaan adalah karunia Tuhan bukan tujuan hidup. Kita tidak semestinya mengejar kekayaan secara ‘gila-gilaan’ apalagi memaksakan diri, sampai sampai tidak mengingat Tuhan, berbuat curang atau menghalalkan segala cara. Apa yang penting dalam hidup kita adalah perasaan cukup di dalam Tuhan atau karena Tuhan. Kitab Pengkhotbah berkata bahwa hal yang menyedihkan dari orang yang kaya adalah ketika ia tidak dapat atau mampu menikmati kekayaannya. Kita semestinya melakukan yang terbaik di dalam hidup ini, tidak kuatir tetapi percaya dan bersukacita di dalam Tuhan, bersyukur senantiasa, bersandar, dan bergantung kepada kekuatan dan kuasa-Nya.

Kesimpulannya, bersikaplah rendah hati dan mengasihi di dalam doa. Jangan sombong dan jangan egois. Jangan serakah dan jangan malas tetapi bersukacitalah di dalam Dia, bersandar dan bergantung kepada-Nya senantiasa.



Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Minggu, 07 Februari 2010

Kasihilah Musuhmu

Bacaan: Matius 5:43-45

Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Alkitab TB LAI merujuk Matius 5:43 dengan Imamat 19:18 yang berbunyi:”Jangan engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ayat ini jelas berbeda dengan Matius 5 ayat 43. Dengan kata lain, ayat 43 dari Matius pasal 5 tadi, tidak murni berasal dari kitab PL.

Pertanyaannya, dari manakah asalnya pernyataan tersebut? Pada zaman Yesus, orang-orang Farisi mempunyai kitab-kitab yang lain selain PL yaitu Mishnah dan Talmud. Kitab-kitab tersebut adalah hasil interpretasi dan diskusi yang dituangkan dan disahkan secara resmi oleh mereka. Selain itu, orang-orang Farisi juga masih memercayai dan berpegang teguh pada tradisi nenek moyang mereka yang disampaikan secara verbal turun temurun. Jadi, “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu” besar kemungkinannya berasal dari interpretasi orang-orang Farisi atau rabi-rabi Yahudi terhadap kitab PL yang kemudian mengajarkannya kepada banyak orang pada zaman itu.

Salah seorang dari ahli-ahli Taurat pernah bertanya kepada Yesus:”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Yesus menjawab:”Kasihilah Tuhan, Allahmu,…dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Yesus tidak mengatakan:”…dan bencilah musuhmu.” Malah, Yesus memperjelas atau mempertegas maksudnya dengan berkata:” Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ini berarti bahwa kasih kita kepada orang lain atau sesama kita semestinya tidak terbatas besar atau pun jumlahnya. Petrus sendiri pernah bertanya kepada Yesus:”sampai berapa kali kita harus mengampuni orang lain atau saudara kita? Yesus menjawab:”sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Berkaitan dengan hal tersebut, seorang ahli Taurat juga pernah bertanya kepada Yesus demikian:”…siapakah sesamaku manusia?” (band. Luk 10:25-37). Injil Lukas menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut dilontarkan oleh ahli Taurat tadi adalah bertujuan untuk membenarkan diri sendiri. Mengapa? Tentu saja supaya mereka mempunyai dasar atau alasan untuk tidak mengasihi atau membenci orang lain atau orang-orang tertentu. Dan tampaknya, Yesus memang mengetahui hal tersebut, sehingga Ia mengambil dan menyebut “orang Samaria” sebagai contoh di dalam perumpamaan-Nya. Orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Yahudi pada zaman Yesus.

Realitanya, memang, banyak orang sukar menerima hal ini bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat sukar bahkan mustahil untuk dapat dilakukan. Manusia cenderung reaktif dan mudah meluapkan atau melampiaskan kemarahan atau dendam kepada orang lain yang dianggap mengecewakan atau menyakitkan hati mereka. Dan, sekali lagi, manusia juga ingin agar supaya mereka mempunyai dasar atau alasan sebagai pembenaran terhadap sikap atau tindakan-tindakan yang mereka lakukan.

Seringkali, mungkin, kita juga dapat menyaksikan bahwa upaya membalas dendam justru mendatangkan kerugian yang lebih besar atau lebih buruk dari yang semula, baik secara emosi, materi atau pun financial. Yesus pernah berkata kepada Petrus:”orang yang menggunakan pedang akan mati oleh pedang.” Dengan kata lain, sikap yang tidak membenci atau tidak membalas dendam justru mengantisipasi kerugian yang lebih besar atau lebih parah.

Yesus tidak pernah marah ketika diri-Nya diuji, diejek, dihina, ditertawakan, disalib, bahkan dibunuh oleh orang lain. Kecuali kemarahanNya di Bait Suci, tidak ada kemarahan yang lain lagi yang dilakukan oleh Yesus yang tercatat di dalam kitab Suci. Dan kemarahan itu bukan karena Ia kesal, tersinggung, atau sakit hati tetapi kemarahan karena ibadah banyak orang diganggu atau dirusak oleh para imam yang korup. Mereka berjualan hewan-hewan korban di Bait Suci dan menekan orang dengan harga dan nilai tukar uang yang tinggi dan besar dan semua itu mereka lakukan demi keuntungan diri sendiri.

Ajaran Yesus sangat berbeda dengan ajaran-ajaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Demikian pula hidup Yesus, Ia adalah teladan di dalam kasih. Dari atas kayu salib Ia berkata:”Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Kesimpulannya, mari kasihi sesama kita termasuk musuh kita, meski itu tidak mudah. Tidak ada kasih yang lebih besar yang dapat diberikan lebih daripada kasih terhadap musuh kita. Seperti halnya juga Allah telah mengasihi kita ketika kita masih berdosa bahkan masih menjadi musuh atau seteru Allah. Berdoalah bagi mereka, dan berdoalah juga agar Dia memberi kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk mengasihi. Dia adalah sumber kekuatan, kemampuan, dan energi untuk mengasihi.




Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Surrender To You



Surrender to You by Pierre Jacobs (Virginia, US)
GKDI Bandung, January 2010
Copyright (c) 2010 by Berean Recording Ministry

Jumat, 05 Februari 2010

MENUJU KEDEWASAAN

Menuju kedewasaan adalah jalan yang harus ditempuh oleh setiap murid Yesus. Sama seperti bayi yang membutuhkan susu yang baik dan makanan bergizi lainnya, demikian juga bayi-bayi kristen yang telah mengalami hidup baru, membutuhkan susu yang rohani dan murni, supaya bertumbuh dan semakin dewasa (1 Pet 2:2). Pertumbuhan tidak dapat dipaksakan atau dikarbit, tetapi merupakan hal yang alami dari sebuah kehidupan, seperti yang dikatakan Rick Warren dalam bukunya Purpose Driven Church:

Segala yang hidup akan bertumbuh-anda tidak perlu membuatnya bertumbuh. Bertumbuh adalah sesuatu yang alami bagi organisme yang hidup, jika organisme itu sehat. Sebagai contoh, saya tidak perlu memerintahkan ketiga anak saya bertumbuh. Secara alami mereka bertumbuh. Dengan cara yang sama, karena gereja merupakan satu organisme yang hidup, gereja akan bertumbuh secara alami jika sehat. Gereja merupakan satu tubuh bukan bisnis. Gereja adalahsatu organisme, bukan sebuah organisasi. Gereja itu hidup. Apabila gereja itu tidak bertumbuh, gereja itu sedang sekarat (halaman 16).

Pertumbuhan akan membuat kita semakin dewasa dalam Kristus, untuk memenuhi tujuan dalam kehidupan kita : memperoleh kepenuhan-Nya. Sehingga kita tidak mudah diombang-ambingkan iblis dan berbagai pengaruh jahat lainnya. Firman Tuhan sangat serius mengajarkan kedewasaan bagi setiap Kristen muda. Karena kedewasaan sering kali dikaitkan dengan :
• Keyakinan (Kol 4:12),
• Sifat-sifat dewasa ((1 Kor 13:11),
• Tingkat kerohanian (1 Kor 3:1,2),
• Hikmat (1 Kor 2:6), dan
• Kesempurnaan (Yak 1:4).

Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan seorang Kristen yang normal haruslah menuju kedewasaan, yakni memiliki karakter Kristus dan diperlengkapi penuh dengan sifat-sifat ilahi. Penulis Ibrani membuat sebuah perbandingan antara orang Kristen dewasa dengan yang belum dewasa, dengan memperhatikan tingkat pemahaman mereka terhadap pengajaran yang telah mereka terima (Ibr 5,6).

Dewasa (mature)*)
  • Mengajar orang lain
  • Membangun pengertian yang lebih dalam
  • Mengupayakan kesatuan
  • Keinginan akan tantangan yang lebih Rohani
  • Percaya diri
  • Iman yang aktif
  • Perasaan dan pengalaman dievaluasi dalam terang firman Tuhan

Belum dewasa (immature)*)
  • Masih diajar
  • Masih bergumul dengan hal-hal dasar
  • Mempromosikan perpecahan (masih egois)
  • Keinginan akan promosi diri
  • Takut
  • Apatis dan ragu-ragu
  • Pengalaman dievaluasi sesuai perasaan
Pelajaran Menuju Kedewasaan adalah sebuah pelajaran yang sangat berguna untuk memperdalam keyakinan kita sebagai murid Kristus, memiliki pengetahuan yang benar akan Dia dan bertumbuh ke arah Dia.

Pelajaran ini juga diperuntukkan bagi mereka yang telah mengikuti pelajaran dasar, yakni Panggilan Menjadi Murid Yesus (Dasar Utama), yang menekankan pengajaran akan keselamatan melalui pemuridan. Seorang Kristen sejati adalah seorang murid Yesus sejati.

Pelajaran Menuju Kedewasaan ini akan lebih menekankan inti kedewasaan dalam Kristus, yaitu kasih: Kasih kepada Allah, kasih kepada sesama dan kasih kepada yang hilang (Misi). Secara gamblang, Rasul Petrus membahas tahapan pertumbuhan karakter Kristen sebagai pertumbuhan di dalam kasih (1 Pet 1:5-9).

*) Disadur dari: Life application study bible, NIV, hal 2225

(Artikel ini adalah Prakata dari buku terbaru MENUJU KEDEWASAAN oleh Sahat Hutagalung - Produksi Berean Media. Informasi dan Pemesanan hubungi: Berean Corner Bookstore & Gifts)

Selasa, 02 Februari 2010

Murid Kristus berumur 100 tahun



Seorang Akong (kakek) berumur 100 tahun dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kondisi fisik yang masih relatif kuat memungkinkannya mempelajari Alkitab dengan kelompok diskusi Alkitab PRIA ILAHI – GKDI di Menara Kuningan Jakarta.

Sebelum dibaptis ayahanda dari Ibu Sri Ratnawati yang bernama Petrus Marajin Tani Djaja itu menyampaikan kesan dan pesannya dalam bahasa Mandarin dengan suara yang jelas, lugas, dan tidak terbata-bata - persis seorang pengkhotbah senior yang sedang menyampaikan pesan-pesan penting bagi jemaat.

Pertama-tama, Akong tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang hadir. Di tengah anak, cucu, keluarga, sanak family, dan anggota jemaat yang hadir di acara pembaptisannya, beliau mengungkapkan bahwa ia sangat bergembira dan bersukacita akan Yesus dan apa yang sedang terjadi di dalam hidupnya. Akong juga berpesan kepada semua orang agar tetap percaya kepada Yesus, berbuat baik, jangan serakah, jangan curang, saling membantu, dan saling menolong sesama, peduli dan memperhatikan orang-orang yang mengalami kesusahan dan kesulitan hidup.

Acara pembaptisan dimulai dengan sharing dari cucu Akong yang bernama Listiana, selanjutnya dari Pdt. Budi Hartono, dan anggota-anggota keluarga lainnya, ditambah lagi sharing dari sejumlah anggota kelompok diskusi Alkitab PRIA ILAHI, dan kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Pdt. Harliem Salim. Kesan-kesan atau sharing yang disampaikan tentang Akong oleh sejumlah orang tadi semakin membuat orang semakin kagum terhadap karakter Akong yang kuat serta kerinduan dan kecintaannya terhadap Yesus. Mereka berkata bahwa Akong adalah orang yang suka belajar, rajin, dan disiplin sejak masa mudanya hingga sekarang.

Pembaptisan Akong sendiri dipimpin oleh Pdt. Ivan Arianto dengan didampingi Pdt. Reby Walandouw sebagai MC dan sejumlah orang yang turut membantu mengangkat beliau dari atas kursi roda sampai ke kolam baptisan di gedung kebaktian GKDI di Menara Kuningan Jakarta.