Minggu, 07 Februari 2010

Kasihilah Musuhmu

Bacaan: Matius 5:43-45

Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Alkitab TB LAI merujuk Matius 5:43 dengan Imamat 19:18 yang berbunyi:”Jangan engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ayat ini jelas berbeda dengan Matius 5 ayat 43. Dengan kata lain, ayat 43 dari Matius pasal 5 tadi, tidak murni berasal dari kitab PL.

Pertanyaannya, dari manakah asalnya pernyataan tersebut? Pada zaman Yesus, orang-orang Farisi mempunyai kitab-kitab yang lain selain PL yaitu Mishnah dan Talmud. Kitab-kitab tersebut adalah hasil interpretasi dan diskusi yang dituangkan dan disahkan secara resmi oleh mereka. Selain itu, orang-orang Farisi juga masih memercayai dan berpegang teguh pada tradisi nenek moyang mereka yang disampaikan secara verbal turun temurun. Jadi, “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu” besar kemungkinannya berasal dari interpretasi orang-orang Farisi atau rabi-rabi Yahudi terhadap kitab PL yang kemudian mengajarkannya kepada banyak orang pada zaman itu.

Salah seorang dari ahli-ahli Taurat pernah bertanya kepada Yesus:”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Yesus menjawab:”Kasihilah Tuhan, Allahmu,…dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Yesus tidak mengatakan:”…dan bencilah musuhmu.” Malah, Yesus memperjelas atau mempertegas maksudnya dengan berkata:” Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ini berarti bahwa kasih kita kepada orang lain atau sesama kita semestinya tidak terbatas besar atau pun jumlahnya. Petrus sendiri pernah bertanya kepada Yesus:”sampai berapa kali kita harus mengampuni orang lain atau saudara kita? Yesus menjawab:”sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Berkaitan dengan hal tersebut, seorang ahli Taurat juga pernah bertanya kepada Yesus demikian:”…siapakah sesamaku manusia?” (band. Luk 10:25-37). Injil Lukas menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut dilontarkan oleh ahli Taurat tadi adalah bertujuan untuk membenarkan diri sendiri. Mengapa? Tentu saja supaya mereka mempunyai dasar atau alasan untuk tidak mengasihi atau membenci orang lain atau orang-orang tertentu. Dan tampaknya, Yesus memang mengetahui hal tersebut, sehingga Ia mengambil dan menyebut “orang Samaria” sebagai contoh di dalam perumpamaan-Nya. Orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Yahudi pada zaman Yesus.

Realitanya, memang, banyak orang sukar menerima hal ini bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat sukar bahkan mustahil untuk dapat dilakukan. Manusia cenderung reaktif dan mudah meluapkan atau melampiaskan kemarahan atau dendam kepada orang lain yang dianggap mengecewakan atau menyakitkan hati mereka. Dan, sekali lagi, manusia juga ingin agar supaya mereka mempunyai dasar atau alasan sebagai pembenaran terhadap sikap atau tindakan-tindakan yang mereka lakukan.

Seringkali, mungkin, kita juga dapat menyaksikan bahwa upaya membalas dendam justru mendatangkan kerugian yang lebih besar atau lebih buruk dari yang semula, baik secara emosi, materi atau pun financial. Yesus pernah berkata kepada Petrus:”orang yang menggunakan pedang akan mati oleh pedang.” Dengan kata lain, sikap yang tidak membenci atau tidak membalas dendam justru mengantisipasi kerugian yang lebih besar atau lebih parah.

Yesus tidak pernah marah ketika diri-Nya diuji, diejek, dihina, ditertawakan, disalib, bahkan dibunuh oleh orang lain. Kecuali kemarahanNya di Bait Suci, tidak ada kemarahan yang lain lagi yang dilakukan oleh Yesus yang tercatat di dalam kitab Suci. Dan kemarahan itu bukan karena Ia kesal, tersinggung, atau sakit hati tetapi kemarahan karena ibadah banyak orang diganggu atau dirusak oleh para imam yang korup. Mereka berjualan hewan-hewan korban di Bait Suci dan menekan orang dengan harga dan nilai tukar uang yang tinggi dan besar dan semua itu mereka lakukan demi keuntungan diri sendiri.

Ajaran Yesus sangat berbeda dengan ajaran-ajaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Demikian pula hidup Yesus, Ia adalah teladan di dalam kasih. Dari atas kayu salib Ia berkata:”Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Kesimpulannya, mari kasihi sesama kita termasuk musuh kita, meski itu tidak mudah. Tidak ada kasih yang lebih besar yang dapat diberikan lebih daripada kasih terhadap musuh kita. Seperti halnya juga Allah telah mengasihi kita ketika kita masih berdosa bahkan masih menjadi musuh atau seteru Allah. Berdoalah bagi mereka, dan berdoalah juga agar Dia memberi kekuatan dan kemampuan kepada kita untuk mengasihi. Dia adalah sumber kekuatan, kemampuan, dan energi untuk mengasihi.




Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: