Kamis, 11 Februari 2010

Berilah Makanan yang Secukupnya

Bacaan: Matius 6:11

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

Kata “berikanlah” adalah ekspresi dari sikap hati yang sadar dan mengerti bahwa Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Dialah yang memberikan segala sesuatu di dalam hidup kita. Sebenarnya kita tidak mempunyai apa-apa tanpa Dia. Kita tidak mempunyai kemampuan dan tidak dapat melakukan sesuatupun tanpa Tuhan.

Buat sebagian orang mungkin perkataan dalam doa ini kedengarannya tidak cocok atau sesuai. Mengapa? Karena mungkin saja mereka mengira atau menganggap bahwa mempunyai banyak hal dalam hidup adalah karena kemampuan atau usaha mereka semata. Orang-orang yang seperti itu juga mungkin berpikir bahwa mereka tidak sedang meminta atau mengharapkan bantuan, pertolongan atau belas kasihan dari orang lain termasuk Tuhan. Maka, kata “berikanlah” sangat kecil kemungkinannya dapat keluar dari mulut orang yang seperti mereka. Kalaupun kalimat doa itu diucapkan, mungkin itu bersifat artifisial atau ritual belaka bukannya ungkapan jujur dan tulus yang keluar dari dalam hati. Jika tidak berpikir lebih dalam atau lebih jauh tentang asal usul kehidupan ini, maka sangat mungkin orang-orang akan berpikir seperti demikian.

Kata “kami” menunjukkan sikap yang tidak egois di dalam memohon kepada Tuhan. Yesus tidak mengatakan “berikanlah saya” tetapi “berikanlah kami”. Artinya, dalam doa kita, kita harus mengingat atau memikirkan keperluan atau pun kebutuhan orang lain juga bukan hanya diri sendiri. Sikap doa yang egois dan mementingkan diri sendiri bukanlah sikap doa yang berkenan di hadapan Tuhan. Ia tentu saja tidak menyukai sikap hati yang demikian.

Kata “pada hari ini” juga mungkin sepertinya tidak cocok atau sesuai buat orang yang sudah mempunyai tabungan, deposito atau pun persediaan uang yang besar atau banyak. Bukankah orang-orang yang seperti demikian secara matematis sudah tidak perlu lagi memusingkan soal makan-minum pada hari ini bahkan hingga bertahun-tahun ke depan lamanya? Kalimat semacam ini mungkin juga tidak relevan buat orang yang punya banyak pilihan menu di berbagai café atau restoran dengan membership card, discount card, dan lain sebagainya.

Jadi, kalau begitu, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kalimat-kalimat dalam doa ini? Apakah itu hanya akan menjadi sesuatu semacam mantra atau ritual belaka atau sebenarnya mempunyai arti yang sangat mendalam? Orang-orang yang mengenal Tuhan semestinya tidak sombong dan tidak egois, sebaliknya, rendah hati dan peduli dan mengasihi sesama mereka. Itulah sebabnya mereka senantiasa mempunyai sikap doa “berikanlah kami pada hari ini”. Mereka tidak menganggap bahwa apa yang mereka peroleh atau punyai dalam hidup mereka adalah karena kekuatan dan kemampuan mereka semata, melainkan, mereka sadar dan mengerti bahwa Tuhan adalah sumber dari segala sumber kehidupan dan penghidupan. Dia adalah pribadi yang paling berperan, paling berpengaruh, dan paling ber-otoritas di dalam kehidupan ini.

Orang-orang yang benar di hadapan Tuhan juga akan meminta “makanan kami yang secukupnya”. Amsal pasal 30 ayat 8 berkata:”Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. Dengan kata lain, kemiskinan dan kekayaan keduanya sama-sama mengandung godaan tersendiri. Orang yang miskin mempunyai godaan untuk mencuri dan mencemarkan nama Allah. Orang-orang yang kaya mempunyai godaan untuk menjadi sombong, serakah, tidak mengutamakan Tuhan, dan tidak mengandalkan Dia.

Kekayaan adalah karunia Tuhan bukan tujuan hidup. Kita tidak semestinya mengejar kekayaan secara ‘gila-gilaan’ apalagi memaksakan diri, sampai sampai tidak mengingat Tuhan, berbuat curang atau menghalalkan segala cara. Apa yang penting dalam hidup kita adalah perasaan cukup di dalam Tuhan atau karena Tuhan. Kitab Pengkhotbah berkata bahwa hal yang menyedihkan dari orang yang kaya adalah ketika ia tidak dapat atau mampu menikmati kekayaannya. Kita semestinya melakukan yang terbaik di dalam hidup ini, tidak kuatir tetapi percaya dan bersukacita di dalam Tuhan, bersyukur senantiasa, bersandar, dan bergantung kepada kekuatan dan kuasa-Nya.

Kesimpulannya, bersikaplah rendah hati dan mengasihi di dalam doa. Jangan sombong dan jangan egois. Jangan serakah dan jangan malas tetapi bersukacitalah di dalam Dia, bersandar dan bergantung kepada-Nya senantiasa.



Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: