Jumat, 28 November 2008
Bacaan: Fil 2:6-11
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku:”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Kekristenan sering ditentang, diejek dan ditertawakan. Sejak dulu. Bukan saja di zaman modern akhir-akhir ini. Bukan saja umat Kristen tetapi juga rasul-rasul, bahkan Yesus sendiri. Mereka diejek dan ditertawakan karena percaya kepada Allah yang mempunyai tiga pribadi tetapi juga percaya bahwa Allah adalah satu. Dan Allah yang mempunyai tiga pribadi tetapi satu itu, entah bagaimana caranya, salah satunya turun ke dunia, menjadi manusia dan mati di kayu salib. Bagaimana mungkin? Masakan Allah mati? Begitulah biasanya pertanyaan yang mengandung ejekan yang menyudutkan itu dilontarkan. Paulus sendiri pernah diejek dan ditertawakan di ruang presentasi Aeropagus di Athena karena memberitakan kebangkitan Anak Allah yaitu Yesus Kristus.
Tidak sedikit umat Kristen berbalik dari imannya. Ada yang tidak percaya lagi kepada Allah yang tidak masuk akal menurutnya. Ada pula yang abstain, yang tidak berani bersikap atau mengakui dirinya sebagai Kristen. Kekristenan menjadi agama. Suatu kepercayaan yang dianut untuk melengkapi status sosial di tengah masyarakat. Tidak sedikit orang Kristen yang seolah diam bukan saja karena tidak dapat menjelaskannya dengan jelas tetapi juga karena mereka sendiri merasakan serangan ketidakpercayaan itu begitu kuat. Dan mereka sendiri meragukan ke-Tritunggalan Allah. Singkatnya, bagaimana mungkin mereka meng-encounter serangan para penentang dan pengejeknya sedangkan mereka sendiri ragu dan tidak percaya.
Manusia pada umumnya seringkali terkondisi untuk menyimpulkan bahwa apa yang sukar atau sulit diterima oleh rasio adalah irasional. Apa yang bukan personal disebut dengan impersonal. Permasalahannya, apa yang sedang dinilai atau disimpulkan manusia bukanlah apa yang setara atau inferior dari pada mereka. Ketika menilai atau menyimpulkan tentang Tuhan manusia bukanlah melihat ke bawah tetapi ke atas. Sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau. Tidak dapat mereka capai dan lihat semuanya. Jangankan menilai atau menyimpulkan tentang Tuhan, menghitung bintang di langit saja manusia tidak sanggup. Jangankan melihat Tuhan, melihat bintang di ujung langit terjauh manusia belum dapat. Mereka mengira-ngira dengan menyebut satuan jarak dengan kecepatan cahaya. Jelas sekali bahwa manusia sangat amat inferior dibanding Tuhan sehingga tidak dapat menilai dan menyimpulkannya kecuali jika Allah menyatakan diri-Nya. Itupun bukan dengan rasio semata tetapi dengan iman. Karena Allah bukanlah irasional tetapi super rasional. Allah bukanlah impersonal tetapi super personal.
Orang Kristen tidak perlu malu karena ejekan atau tertawaan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah Tri Tunggal. Tidak perlu pula mencoba menyederhanakan dengan mengatakan bahwa Allah memang “tiga” bukan “tiga tetapi satu” atau hanya satu yaitu Allah saja, Yesus bukan Allah tetapi ciptaan Allah dan Roh Kudus juga bukan Allah tetapi energi atau kekuatan Allah. Benarkah demikian? Tentu saja tidak. Kesimpulan tersebut tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Memang sejauh ini orang-orang Kristen hanya dapat menggambarkan ke-Tri Tunggal-an Allah melalui ilustrasi. Entahkah itu dengan ilustrasi tentang “air, embun dan es” atau “batang, ranting dan daun”, dan lain semacamnya. Tetapi tidak berarti bahwa kekristenan adalah agama yang dibuat-buat. Jika demikian maka pencipta agama Kristen adalah pencipta agama yang paling bodoh karena menawarkan Allah Tri Tunggal yang tidak mudah diterima oleh banyak orang. Seperti yang disimpulkan oleh C S Lewis dalam bukunya Mere Christianity berikut ini:
Jika Kekristenan adalah sesuatu yang kita buat-buat, tentu saja kita bisa menjadikannya lebih mudah. Tetapi tidak demikian. Kita tidak bisa menyaingi kesederhanaan dari orang-orang yang menciptakan agama. Bagaimana mungkin? Kita sedang berurusan dengan Fakta. Tentu saja siapapun bisa menjadi sederhana jika ia tidak perlu merisaukan fakta apapun. (C. S Lewis, Mere Christianity)
Kekristenan bukan saja dapat menerima fakta atau tidak bertentangan dengannya. Tetapi kekristenan adalah fakta. Adapun hal-hal yang belum dapat disebut sebagai fakta bukan karena ia tidak eksis atau tidak ada tetapi karena manusia tidak dapat melihat atau menjangkaunya.
Seperti halnya tentang kebangkitan Yesus, fakta dari Allah menghantam apa yang disebut sebagai rasio, sehingga membuat panik dan bingung para petinggi agama Yahudi. Mereka tidak dapat mengalahkan fakta-Nya tetapi berlari, menghindar, dan menjauhi-Nya dengan cara menyebarkan berita palsu. Benarkah kebangkitan orang mati adalah hal yang mustahil atau tidak rasional? Ya, bagi manusia yang berdosa tetapi tidak bagi Allah yang menjelma menjadi manusia yang tidak berdosa, demi menyelamatkan manusia.
Kesimpulannya, Allah bukanlah irasional tetapi super rasional. Allah Tri Tunggal bukanlah impersonal tetapi super personal. Ia bukan tidak factual tetapi keterbatasan manusia-lah yang tidak dapat melihat dan menjangkau diri-Nya. Percayalah kepada Allah yang sama seperti yang diberitakan atau yang dinyatakan oleh-Nya. It is The Truth About Trinity.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa percaya kepada Allah yang super rasional, yang super personal, yang bukan tidak factual tetapi yang melampaui diri hamba soal fakta. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: Fil 2:6-11
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku:”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Kekristenan sering ditentang, diejek dan ditertawakan. Sejak dulu. Bukan saja di zaman modern akhir-akhir ini. Bukan saja umat Kristen tetapi juga rasul-rasul, bahkan Yesus sendiri. Mereka diejek dan ditertawakan karena percaya kepada Allah yang mempunyai tiga pribadi tetapi juga percaya bahwa Allah adalah satu. Dan Allah yang mempunyai tiga pribadi tetapi satu itu, entah bagaimana caranya, salah satunya turun ke dunia, menjadi manusia dan mati di kayu salib. Bagaimana mungkin? Masakan Allah mati? Begitulah biasanya pertanyaan yang mengandung ejekan yang menyudutkan itu dilontarkan. Paulus sendiri pernah diejek dan ditertawakan di ruang presentasi Aeropagus di Athena karena memberitakan kebangkitan Anak Allah yaitu Yesus Kristus.
Tidak sedikit umat Kristen berbalik dari imannya. Ada yang tidak percaya lagi kepada Allah yang tidak masuk akal menurutnya. Ada pula yang abstain, yang tidak berani bersikap atau mengakui dirinya sebagai Kristen. Kekristenan menjadi agama. Suatu kepercayaan yang dianut untuk melengkapi status sosial di tengah masyarakat. Tidak sedikit orang Kristen yang seolah diam bukan saja karena tidak dapat menjelaskannya dengan jelas tetapi juga karena mereka sendiri merasakan serangan ketidakpercayaan itu begitu kuat. Dan mereka sendiri meragukan ke-Tritunggalan Allah. Singkatnya, bagaimana mungkin mereka meng-encounter serangan para penentang dan pengejeknya sedangkan mereka sendiri ragu dan tidak percaya.
Manusia pada umumnya seringkali terkondisi untuk menyimpulkan bahwa apa yang sukar atau sulit diterima oleh rasio adalah irasional. Apa yang bukan personal disebut dengan impersonal. Permasalahannya, apa yang sedang dinilai atau disimpulkan manusia bukanlah apa yang setara atau inferior dari pada mereka. Ketika menilai atau menyimpulkan tentang Tuhan manusia bukanlah melihat ke bawah tetapi ke atas. Sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau. Tidak dapat mereka capai dan lihat semuanya. Jangankan menilai atau menyimpulkan tentang Tuhan, menghitung bintang di langit saja manusia tidak sanggup. Jangankan melihat Tuhan, melihat bintang di ujung langit terjauh manusia belum dapat. Mereka mengira-ngira dengan menyebut satuan jarak dengan kecepatan cahaya. Jelas sekali bahwa manusia sangat amat inferior dibanding Tuhan sehingga tidak dapat menilai dan menyimpulkannya kecuali jika Allah menyatakan diri-Nya. Itupun bukan dengan rasio semata tetapi dengan iman. Karena Allah bukanlah irasional tetapi super rasional. Allah bukanlah impersonal tetapi super personal.
Orang Kristen tidak perlu malu karena ejekan atau tertawaan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah Tri Tunggal. Tidak perlu pula mencoba menyederhanakan dengan mengatakan bahwa Allah memang “tiga” bukan “tiga tetapi satu” atau hanya satu yaitu Allah saja, Yesus bukan Allah tetapi ciptaan Allah dan Roh Kudus juga bukan Allah tetapi energi atau kekuatan Allah. Benarkah demikian? Tentu saja tidak. Kesimpulan tersebut tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Memang sejauh ini orang-orang Kristen hanya dapat menggambarkan ke-Tri Tunggal-an Allah melalui ilustrasi. Entahkah itu dengan ilustrasi tentang “air, embun dan es” atau “batang, ranting dan daun”, dan lain semacamnya. Tetapi tidak berarti bahwa kekristenan adalah agama yang dibuat-buat. Jika demikian maka pencipta agama Kristen adalah pencipta agama yang paling bodoh karena menawarkan Allah Tri Tunggal yang tidak mudah diterima oleh banyak orang. Seperti yang disimpulkan oleh C S Lewis dalam bukunya Mere Christianity berikut ini:
Jika Kekristenan adalah sesuatu yang kita buat-buat, tentu saja kita bisa menjadikannya lebih mudah. Tetapi tidak demikian. Kita tidak bisa menyaingi kesederhanaan dari orang-orang yang menciptakan agama. Bagaimana mungkin? Kita sedang berurusan dengan Fakta. Tentu saja siapapun bisa menjadi sederhana jika ia tidak perlu merisaukan fakta apapun. (C. S Lewis, Mere Christianity)
Kekristenan bukan saja dapat menerima fakta atau tidak bertentangan dengannya. Tetapi kekristenan adalah fakta. Adapun hal-hal yang belum dapat disebut sebagai fakta bukan karena ia tidak eksis atau tidak ada tetapi karena manusia tidak dapat melihat atau menjangkaunya.
Seperti halnya tentang kebangkitan Yesus, fakta dari Allah menghantam apa yang disebut sebagai rasio, sehingga membuat panik dan bingung para petinggi agama Yahudi. Mereka tidak dapat mengalahkan fakta-Nya tetapi berlari, menghindar, dan menjauhi-Nya dengan cara menyebarkan berita palsu. Benarkah kebangkitan orang mati adalah hal yang mustahil atau tidak rasional? Ya, bagi manusia yang berdosa tetapi tidak bagi Allah yang menjelma menjadi manusia yang tidak berdosa, demi menyelamatkan manusia.
Kesimpulannya, Allah bukanlah irasional tetapi super rasional. Allah Tri Tunggal bukanlah impersonal tetapi super personal. Ia bukan tidak factual tetapi keterbatasan manusia-lah yang tidak dapat melihat dan menjangkau diri-Nya. Percayalah kepada Allah yang sama seperti yang diberitakan atau yang dinyatakan oleh-Nya. It is The Truth About Trinity.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa percaya kepada Allah yang super rasional, yang super personal, yang bukan tidak factual tetapi yang melampaui diri hamba soal fakta. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar