Rabu, 26 November 2008

THE TRUTH ABOUT CHRISTMAS

Kamis, 27 November 2008

Bacaan: Fil 2:6-11

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku:”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Pada umumnya, perayaan Natal tidak berbeda dari tahun ke tahun. Pohon Natal dengan lampu-lampu kerlap-kerlip ditambah aksesoris berwarna-warni menghiasi ruang dan jalan. Kado-kado hadiah Natal, boneka, kaos kaki, Santa Claus, makanan-minuman yang lebih mewah dari biasanya, pakaian yang baru, orang-orang yang asyik ngobrol sampai larut malam, makan, minum, tertawa, mabuk, berpesta, menikmati berbagai acara, hiburan, jalan-jalan, dan lain sebagainya. Hampir semua tempat, baik di desa, di kota, maupun di tiap-tiap negara di dunia diwarnai gemerlap Natal yang sama. Hampir tak ada bedanya dari tahun ke tahun. Musik dan lagu-lagu yang sama. Warna hijau, merah dan putih yang dominan. Drama tentang bayi Yesus yang lahir di palungan. Khotbah-khotbah tentang kelahiran Yesus. Sekali lagi, sama, tidak berbeda.

Banyak hal positif dari cara orang merayakan Natal. Orang-orang bergembira, bersuka ria, berkumpul dengan keluarga, teman atau rekan sekerja, berbagi hadiah dan lain sebagainya. Tetapi juga tidak sedikit yang dangkal pengertiannya, yang duniawi, yang malah berbuat dosa di hari yang dianggap sebagai hari kesenangan tersebut. Pesta pora, mabuk-mabukan, materialisme, konsumerisme, dan egoisme sering kali mewarnai perayaan ini. Di sisi lain, ada pula yang menentang keras perayaan Natal dengan mempersoalkan Santa Claus, tanggal perayaan, asal usul perayaan Natal, latar belakangnya, dan lain-lain.

Itulah realitas perayaan Natal di dunia sekarang ini. Pertanyaannya, bagaimanakah seorang Kristen semestinya menyikapi hal ini? Cobalah memulainya dengan membaca Fil 2:6-11, pelajari dan renungkanlah. Ayat 6-7 memberitahukan kita tentang inkarnasi Allah. Ia datang ke dunia mengambil rupa seorang hamba dan menjadi manusia. Kata “rupa” di dalam bahasa Inggris disebut dengan “form” yang artinya bentuk. Tetapi di dalam bahasa Yunani terdapat dua kata yang berbeda yang mengartikan “bentuk”. Yang pertama, mengartikan bentuk yang tidak dapat diubah, yang esensial, unchanging character, internal. Yang kedua mengartikan bentuk yang dapat diubah, yang eksternal, atau yang biasa disebut dengan “fashion”. Singkatnya, meskipun Allah mengambil rupa seorang hamba dan menjadi manusia, Ia, di dalam diri-Nya, yang esensial, internal, yang tidak berubah, yang tetap adalah Allah. Dengan kata yang lain, Yesus Kristus adalah fully man dan fully God.

Tidak heran ke-Allah-an-Nya sangat nyata dan jelas. Ia sangat berhikmat, sangat berkuasa, dan sempurna. Ia menyembuhkan berbagai penyakit, meredakan angin ribut, berjalan di atas air, membangkitkan orang mati, bahkan Ia sendiri bangkit dari mati. Dan Yesus sendiri mengatakannya bahwa Ia telah ada sebelum Abraham. Ia telah memiliki kemuliaan sebelum dunia ada dan Ia lebih berhikmat dari Salomo (band. Yohanes 8:58; 17:5; Matius 12:42).

Jika banyak manusia mungkin menyalahgunakan privilege di dalam hidupnya sehingga menjadi egois, materialis, konsumeris atau narsis, tetapi Yesus tidak. Ia tidak menggunakan privilege-Nya untuk menjadi seperti itu. Melainkan Ia merendahkan diri-Nya, menjadi seorang hamba, bukan ber-pura-pura atau berlagak seperti hamba, tetapi benar-benar menjadi seorang hamba, melayani, membasuh kaki murid-murid-Nya, ditolak, direndahkan, dihina, diejek, dicaci-maki, dipukul, dicambuk, dimahkotai duri, dan disalibkan.

Ayat 9-11 dari Filipi pasal 2 memberitahukan bahwa Yesus ditinggikan dan dimuliakan pada akhirnya. Suatu pelajaran, suatu teladan dan suatu kebenaran dari Yesus bahwa jika seseorang merendahkan dirinya dihadapan Tuhan maka Ia akan meninggikan orang itu (band. Yak 4:10).

Kesimpulannya, jadilah rendah hati. Rendahkanlah diri Anda. Sadarlah siapa Anda dihadapan-Nya. Orang yang hina dan berdosa dan bertobatlah, maka Ia akan meninggikan Anda. Bukan dengan cara Anda tetapi dengan cara Dia.

Rayakanlah Natal sebagai momen untuk mengasihi orang lain dengan kasih Tuhan. Dan beritakanlah bahwa Allah telah mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, dan kemudian bangkit pada hari yang ketiga, supaya orang-orang yang percaya dan bertobat dari dosa-dosanya akan diselamatkan. It is The Truth About Christmas.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa rendah hati di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Tidak ada komentar: