Kamis, 6 November 2008
Bacaan: I Kor 14:13-17
14:13 Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
14:14 Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka roh-ku-lah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
14:15 Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.
14:16 Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan “amin” atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?
14:17 Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya.
Akal budi tidak dapat diabaikan dari kerohanian. Tidak dapat pula begitu ditinggikan sehingga mengatasi yang lain. Atau direndahkan sehingga kurang diperhatikan atau dilibatkan.
Kerohanian bukan melulu soal roh dan jiwa tetapi juga akal budi. Dengan mengutip ayat Alkitab di Perjanjian Lama, Ulangan 6:5, Yesus pernah berkata:”Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budi-mu, dan dengan segenap kekuatanmu (band. Markus 12:30).
Anggapan ekstrim terhadap komponen tertentu yaitu roh, jiwa atau akal budi dapat mengakibatkan kebutuhan rohani tidak dapat dipenuhi dengan lengkap dan seimbang. Orang Kristen yang ekstrim terhadap roh, kurang peduli terhadap akal budi atau pun jasmani. Orang Kristen yang ekstrim terhadap akal budi tidak peduli terhadap roh. Demikian seterusnya orang Kristen yang ekstrim terhadap komponen yang satu kurang peduli terhadap komponen yang lain.
Hal tersebut tentu saja mempengaruhi cara seseorang menginterpretasikan Alkitab dan memandang atau menilai orang lain di lingkungannya. Orang yang ekstrim terhadap akal budi cenderung logis, rasional, kaku, tidak ekspresif, membosankan, dan kadang kala tidak menyadari keterbatasannya. Contohnya soal Tritunggal, Surga, atau Kebangkitan, orang-orang seperti itu tidak percaya dan tidak mau menerimanya sebagai kebenaran dari Allah. Demikian pula yang ekstrim terhadap roh, mereka sering kurang peduli terhadap akal sehat, tidak bijaksana, emosional, dan seringkali memandang orang-orang yang logis dan rasional sebagai orang-orang yang tidak percaya atau tidak beriman.
Dalam hubungan antar manusia, komunikasi, pembimbingan anak, atau konseling, wawasan tentang psikologi atau kejiwaan tentu sangat berguna tanpa melupakan prinsip dan nilai-nilai Kitab Suci sebagai sumber yang murni dan benar.
Kesimpulannya, orang Kristen harus mempunyai pandangan yang tepat dan benar tentang kegunaan dan eksistensi roh, jiwa, akal budi, dan jasmani. Atau, mereka akan menjadi pribadi yang sombong, self-righteous, naif atau ekslusif seperti sebagian orang di Jemaat Korintus pada zaman Paulus.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengasihi Engkau dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatan hamba. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 14:13-17
14:13 Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
14:14 Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka roh-ku-lah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
14:15 Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.
14:16 Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan “amin” atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?
14:17 Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya.
Akal budi tidak dapat diabaikan dari kerohanian. Tidak dapat pula begitu ditinggikan sehingga mengatasi yang lain. Atau direndahkan sehingga kurang diperhatikan atau dilibatkan.
Kerohanian bukan melulu soal roh dan jiwa tetapi juga akal budi. Dengan mengutip ayat Alkitab di Perjanjian Lama, Ulangan 6:5, Yesus pernah berkata:”Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budi-mu, dan dengan segenap kekuatanmu (band. Markus 12:30).
Anggapan ekstrim terhadap komponen tertentu yaitu roh, jiwa atau akal budi dapat mengakibatkan kebutuhan rohani tidak dapat dipenuhi dengan lengkap dan seimbang. Orang Kristen yang ekstrim terhadap roh, kurang peduli terhadap akal budi atau pun jasmani. Orang Kristen yang ekstrim terhadap akal budi tidak peduli terhadap roh. Demikian seterusnya orang Kristen yang ekstrim terhadap komponen yang satu kurang peduli terhadap komponen yang lain.
Hal tersebut tentu saja mempengaruhi cara seseorang menginterpretasikan Alkitab dan memandang atau menilai orang lain di lingkungannya. Orang yang ekstrim terhadap akal budi cenderung logis, rasional, kaku, tidak ekspresif, membosankan, dan kadang kala tidak menyadari keterbatasannya. Contohnya soal Tritunggal, Surga, atau Kebangkitan, orang-orang seperti itu tidak percaya dan tidak mau menerimanya sebagai kebenaran dari Allah. Demikian pula yang ekstrim terhadap roh, mereka sering kurang peduli terhadap akal sehat, tidak bijaksana, emosional, dan seringkali memandang orang-orang yang logis dan rasional sebagai orang-orang yang tidak percaya atau tidak beriman.
Dalam hubungan antar manusia, komunikasi, pembimbingan anak, atau konseling, wawasan tentang psikologi atau kejiwaan tentu sangat berguna tanpa melupakan prinsip dan nilai-nilai Kitab Suci sebagai sumber yang murni dan benar.
Kesimpulannya, orang Kristen harus mempunyai pandangan yang tepat dan benar tentang kegunaan dan eksistensi roh, jiwa, akal budi, dan jasmani. Atau, mereka akan menjadi pribadi yang sombong, self-righteous, naif atau ekslusif seperti sebagian orang di Jemaat Korintus pada zaman Paulus.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengasihi Engkau dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatan hamba. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar