Kamis, 13 November 2008

3 PANDANGAN PAULUS

Jumat, 14 November 2008

Bacaan: I Kor 16:5-9

16:5 Aku akan datang kepadamu, sesudah aku melintasi Makedonia, sebab aku akan melintasi Makedonia.
16:6 Dan di Korintus mungkin aku akan tinggal beberapa lamanya dengan kamu atau mungkin aku akan tinggal selama musim dingin, sehingga kamu dapat menolong aku untuk melanjutkan perjalananku.
16:7 Sebab sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan.
16:8 Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta,
16:9 sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.

Paulus punya agenda dan rencana perjalanan yang jelas. Ia mencatat kapan, berapa lama, dan bagaimana atau apa yang akan dilakukannya di Jemaat Korintus dan di Jemaat Efesus.

Ada 3 (tiga) pandangan Paulus yang dapat diteladani di dalam perjalanannya ke Jemaat Korintus, yaitu sebagai berikut:
1. Ia tidak menganggap dirinya sebagai satu-satunya orang yang dapat memberi atau berkorban bagi Jemaat dengan cara mengajar, membina atau melayani Jemaat. Tetapi ia juga berharap bahwa Jemaat Korintus dapat memberi atau menolongnya untuk melanjutkan perjalanan (band. I Kor 16:6). Paulus bukan seorang yang self-condemnation bukan pula seorang yang bossy.

2. Ia mengingat atau melibatkan Tuhan di dalam rencana dan perjalanannya. Bacalah sekali lagi ayat ini:

…sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan.

3. Paulus dapat melihat kesempatan yang banyak di tengah hambatan atau gangguan dari penentang yang banyak jumlahnya di Efesus. Ia justru memandang bahwa di sana ia mempunyai banyak kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting.

Para pendeta atau pemimpin Kristen di masa kini pun patut mencontohi Paulus di dalam pelayanan atau penginjilan mereka. Bahwa mereka tidak harus memberi atau berkorban seorang diri saja tetapi juga mendorong atau menyemangati Jemaat untuk memberi atau melayani Tuhan. Tanpa bermaksud untuk menjadi bossy, menyalahgunakan jabatan atau memanipulasi Jemaat.

Pendeta yang mengerjakan segala sesuatu di Jemaat seorang diri akan mengalami keletihan dan kejenuhan atau overload. Di samping itu dapat tercipta gap yang jauh jaraknya karena pendeta tersebut akan menganggap dirinya sangat rohani sedangkan Jemaatnya terdiri dari orang-orang tidak peduli, tidak mau tahu atau tidak rohani sama sekali.

Para pemimpin Kristen penting untuk mengingat atau melibatkan Tuhan di dalam agenda atau rencana-rencana mereka. Jika tidak demikian, maka para pemimpin tersebut perlu membaca Alkitab kembali dan memperhatikan kutipan-kutipan ayat berikut ini:

…datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu…(Mat 6:10)
…Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu,…, jadilah kehendak-Mu!” (Mat 26:42)
Sebenarnya kamu harus berkata:”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak 4:15)

Dalam hal melihat kesempatan pun seorang pemimpin Kristen semestinya menggunakan kacamata rohani bukan duniawi. Sehingga apa dan bagaimana ia melihat tidak dikaburkan atau dihalang-halangi oleh hambatan, gangguan atau masalah yang sedang terjadi. Pemimpin yang percaya kepada kuasa dan janji Tuhan akan dapat melewati masa-masa yang sulit dan bertumbuh. Sedangkan pemimpin yang tidak memandang kepada Allah melainkan kepada masalah tidak akan bertumbuh bahkan terancam layu seperti tanaman yang terhimpit semak duri.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mempunyai pandangan-pandangan yang benar di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Tidak ada komentar: