Minggu, 30 November 2008

MENGAPA "SELF RIGHTEOUS" ?

Senin, 1 Desember 2008

Bacaan: Roma 2:1-11

2:1 Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
2:2 Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian.
2:3 Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
2:4 Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
2:5 Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
2:6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
2:7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,
2:8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
2:9 Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,
2:10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.
2:11 Sebab Allah tidak memandang bulu.

Mudah bagi orang-orang Kristen di Roma menjadi self-righteous karena mereka tinggal di lingkungan orang-orang yang tidak percaya, yang menyembah berhala, dewa-dewa dan mempunyai moralitas yang rendah atau buruk. Biasanya “self righteous” timbul di dalam diri seseorang karena ia menganggap dirinya telah melakukan perbuatan-perbuatan yang baik atau yang benar di hadapan Tuhan. Sehingga dengan demikian ia merasakan kepercayaan diri yang sangat tinggi di dalam hatinya bahwa ia sangat disukai dan dikasihi Allah. Padahal Allah telah mengasihi dirinya ketika ia masih berdosa. Lagipula soal benar atau tidak dihadapan Allah bukan saja soal perbuatan baik yang kita lakukan tetapi juga soal perbuatan baik yang tidak kita lakukan (band. Yak 4:17).

Kebenaran ini dapat diperjelas dengan mempelajari perumpamaan Yesus tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi menyebutkan betapa baiknya dirinya dan betapa baiknya perbuatan-perbuatan yang ia lakukan. Ia berkata bahwa ia tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai yang ada didekatnya. Ia berpuasa dua kali seminggu, dan memberi perpuluhan. Sedang kontrasnya digambarkan oleh pemungut cukai yang tidak berani menengadah ke langit, memukul dirinya dan memohon belas kasihan Allah karena ia sadar akan dirinya di hadapan Tuhan yaitu orang yang berdosa dan tidak layak di hadapan-Nya.

Menurut Efesus 2:8-10, pekerjaan-pekerjaan baik yang seseorang lakukan berasal dari kasih karunia Allah yang bekerja di dalam diri orang itu. Bukan sebaliknya, ia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik demi mendapatkan kasih karunia Allah. Artinya, pengertian yang benar tentang Allah dan tentang diri seseorang yang ia peroleh dari Alkitab akan menumbuhkan iman dan kepercayaannya sehingga membuat ia sadar tentang siapa dirinya dan tentang keberadaannya di hadapan Allah. Selanjutnya ia bertobat dan mendapat pengampunan dan penyertaan Tuhan di dalam hidupnya.

Dengan kata lain, perbuatan baik tidak terpisah atau berdiri sendiri tetapi dihasilkan. Seperti diucapkan Yohanes Pembaptis “Bertobatlah dan hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan itu.” Di Kisah Para Rasul 26:20, Paulus berkata, “…orang –orang harus bertobat serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Jadi jelas bahwa perbuatan, tindakan atau pekerjaan-pekerjaan yang baik berasal dari pertobatan, dan pertobatan berasal dari kesadaran dan pengertian yang benar akan firman yang berasal dari Allah.

Dalam perumpamaan Yesus yang lain yaitu tentang benih, Ia menggambarkan bagaimana firman ditabur di hati orang. Ada benih yang mati, yang tidak tertanam dengan baik, ada yang tertanam tetapi tidak terpelihara dengan baik, yang terhimpit, terganggu pertumbuhannya, dan mati pada akhirnya. Tetapi, ada yang tertanam dengan baik, tumbuh subur dan menghasilkan buah yang banyak.

Dengan demikian orang-orang Kristen sepatutnya jangan hidup sebagai orang yang “self righteous” seperti orang Farisi tetapi sadar dan bertobat seperti pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus. Dan Yesus menggunakan contoh orang Farisi sebagai tanda bahwa posisi, jabatan atau citra yang baik atau yang populer di mata masyarakat bukanlah suatu jaminan bahwa seseorang itu benar atau berkenan di hadapan Allah.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengerti kebenaran Engkau, rendah hati, sadar dan setia di hadapan-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

TIDAK MEMANDANG BULU

Minggu, 30 November 2008

Bacaan: Roma 2:1-11

2:1 Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
2:2 Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian.
2:3 Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
2:4 Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
2:5 Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
2:6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
2:7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,
2:8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
2:9 Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,
2:10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.
2:11 Sebab Allah tidak memandang bulu.

Surat Paulus kepada Jemaat Roma ditujukan kepada orang Kristen berbangsa Yahudi dan non-Yahudi di Roma. Mereka tidak mengenal Paulus sebelumnya karena Paulus bukan pendiri Jemaat itu. Besar kemungkinan bahwa Jemaat itu didirikan oleh orang-orang Yahudi yang berasal dari Roma yang menjadi Kristen di Yerusalem pada Hari Pentakosta. Seiring waktu berjalan, jemaat Roma bertumbuh, demikian pula jemaat-jemaat non Yahudi yang lain, dan Paulus adalah rasulnya.

Sebagai rasul non Yahudi Paulus ingin mengunjungi Jemaat Roma untuk menyampaikan pengajaran-pengajaran yang diwahyukan Allah kepadanya melalui Roh Kudus dan Kitab Suci. Dan pengajaran Paulus tidak hanya berisi kecaman terhadap orang-orang berdosa seperti bangsa Roma yang mayoritas adalah penyembah berhala, orang-orang yang percaya kepada dewa-dewa dan kepada kaisar, tetapi, juga kepada anggota jemaat yang tidak bertobat meskipun mereka adalah keturunan Abraham atau bangsa Yahudi.

Bacalah sekali lagi ayat 3 s/d 9 Roma pasal 2. Paulus mengatakan bahwa Allah menghendaki pertobatan setiap orang tanpa kecuali apakah orang itu adalah bangsa Yahudi, bangsa Yunani, atau bangsa non-Yahudi. Demikian pula orang-orang bertobat akan mendapatkan upah berupa kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera bukan saja bagi orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sedangkan orang yang tidak bertobat dan berbuat jahat akan ditimpa penderitaan dan kesesakan, bukan saja orang Yunani tetapi juga orang Yahudi.

Paulus mengantisipasi sikap hati orang Kristen yang self righteous yang hanya melihat kesalahan orang lain, penyembah berhala dan penyembah dewa-dewa sedangkan mereka sendiri tidak bertobat dari dosa-dosanya. Memang sangat mungkin bagi seorang Kristen yang tinggal di Roma menganggap dirinya lebih baik daripada para penyembah berhala, dewa-dewa dan kaisar di sana. Apalagi bangsa Roma juga mempunyai banyak budak yang yang dimanfaatkan untuk bekerja paksa demi membangun bangunan-bangunan dan fasilitas umum, jalan, jalur transportasi, saluran dan lain-lain seperti Amphi Theater, Arena Maximus, Apolo Temple, Istana Julius Caesar, dan lain-lain.

Kesimpulannya, apa pun kebangsaan seseorang, apakah ia bangsa Yahudi atau non-Yahudi, ia harus bertobat supaya ia berkenan kepada Allah dan memperoleh janji-janji-Nya. Jika tidak, maka orang itu akan tidak selamat dan binasa. Tidak peduli apa dan siapakah orang tersebut. Sebab Allah tidak memandang bulu.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa hidup dalam pertobatan sehingga hamba berkenan kepada Engkau dan memperoleh janji-janji-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Sabtu, 29 November 2008

KONSEKUENSI

Sabtu, 29 November 2008

Bacaan: Roma 1:24-32

1:24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.
1:25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.
1:26 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
1:27 Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.
1:28 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas.
1:29 penuh rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan.
1:30 Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua.
1:31 tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.
1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.

Ketidakpercayaan terhadap Allah bukanlah tanpa konsekuensi. Menurut Roma 1:24-32, ketidakpercayaan terhadap Allah berakibat: pergaulan bebas, lesbian, homoseksual, kesesatan, pikiran-pikiran yang terkutuk, melakukan apa yang tidak pantas, kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan, menjadi pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan, bebal, berbahaya dan berdampak buruk terhadap lingkungan.

Secara umum, manusia menentang dosa-dosa tersebut karena dinilai merugikan orang lain. Contohnya, orang yang lalim, jahat, membunuh, menipu, mencuri, korupsi, atau memfitnah orang lain dapat dihukum, dikenakan denda atau masuk penjara. Dengan kata lain, manusia pada umumnya tidak menginginkan kerugian yang ditimbulkan tetapi menginginkan dosanya bahkan menyukainya. Contoh yang lain, yaitu tentang revolusi seks. Banyak orang menentang “aborsi” tetapi tidak “percabulan di luar nikah”, bukan pornografi, bukan majalah, video atau media yang porno, bukan pikiran atau ide-ide cabul, bukan obrolon jorok yang nyerempet cabul. Sekali lagi, manusia tidak menginginkan konsekuensi dari dosa tetapi dosanya. Suatu keinginan yang tidak mungkin dicapai karena dosa mempunyai konsekuensi yang dapat mengakibatkan hidup yang kacau dan hancur.

Perceraian dapat terjadi sebagai konsekuensi dari perzinahan. Hubungan yang tidak harmonis dapat terjadi sebagai konsekuensi dari keserakahan, dengki, tipu muslihat, congkak, sombong, dan lain-lain. Hubungan seks di luar nikah, ketergantungan obat-obatan dapat terjadi sebagai konsekuensi dari tidak taat kepada orang tua, kurang ajar, atau, konsekuensi terhadap orang tua yang tidak peduli terhadap anak-anaknya. Pembunuhan dapat terjadi sebagai konsekuensi dari dengki, perselisihan, benci, dendam, serakah, penipuan, pengumpatan, atau pemfitnahan.

Dosa adalah akibat dari ketidakpercayaan kepada Allah. Dan Allah adalah alasan manusia untuk tidak melakukan dosa. Mengapa? Karena Allah tidak menghendaki dosa dan dosa bukanlah kehendak Allah. Manusia yang mengalami kesulitan ekonomi tidak perlu mencuri, merampok, serakah, atau dengki tetapi percaya kepada Allah yang dapat memenuhi kebutuhannya. Manusia tidak perlu mencari kesenangan dari percabulan, perzinahan, atau hubungan seks yang tidak wajar, tetapi percaya kepada Allah yang memberikan damai sejahtera dan kebahagiaan yang sejati. Singkatnya, manusia butuh percaya kepada Tuhan dan bergantung kepada-Nya. Kebergantungan kepada dosa mendatangkan konsekuensi yang buruk, kehidupan yang kacau dan hancur, dan pada akhirnya tidak mendapat bagian di dalam Kerajaan Allah tetapi neraka.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa percaya dan bergantung kepada Engkau bukan kepada dosa dan kesenangan duniawi. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Kamis, 27 November 2008

THE TRUTH ABOUT TRINITY

Jumat, 28 November 2008

Bacaan: Fil 2:6-11

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku:”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Kekristenan sering ditentang, diejek dan ditertawakan. Sejak dulu. Bukan saja di zaman modern akhir-akhir ini. Bukan saja umat Kristen tetapi juga rasul-rasul, bahkan Yesus sendiri. Mereka diejek dan ditertawakan karena percaya kepada Allah yang mempunyai tiga pribadi tetapi juga percaya bahwa Allah adalah satu. Dan Allah yang mempunyai tiga pribadi tetapi satu itu, entah bagaimana caranya, salah satunya turun ke dunia, menjadi manusia dan mati di kayu salib. Bagaimana mungkin? Masakan Allah mati? Begitulah biasanya pertanyaan yang mengandung ejekan yang menyudutkan itu dilontarkan. Paulus sendiri pernah diejek dan ditertawakan di ruang presentasi Aeropagus di Athena karena memberitakan kebangkitan Anak Allah yaitu Yesus Kristus.

Tidak sedikit umat Kristen berbalik dari imannya. Ada yang tidak percaya lagi kepada Allah yang tidak masuk akal menurutnya. Ada pula yang abstain, yang tidak berani bersikap atau mengakui dirinya sebagai Kristen. Kekristenan menjadi agama. Suatu kepercayaan yang dianut untuk melengkapi status sosial di tengah masyarakat. Tidak sedikit orang Kristen yang seolah diam bukan saja karena tidak dapat menjelaskannya dengan jelas tetapi juga karena mereka sendiri merasakan serangan ketidakpercayaan itu begitu kuat. Dan mereka sendiri meragukan ke-Tritunggalan Allah. Singkatnya, bagaimana mungkin mereka meng-encounter serangan para penentang dan pengejeknya sedangkan mereka sendiri ragu dan tidak percaya.

Manusia pada umumnya seringkali terkondisi untuk menyimpulkan bahwa apa yang sukar atau sulit diterima oleh rasio adalah irasional. Apa yang bukan personal disebut dengan impersonal. Permasalahannya, apa yang sedang dinilai atau disimpulkan manusia bukanlah apa yang setara atau inferior dari pada mereka. Ketika menilai atau menyimpulkan tentang Tuhan manusia bukanlah melihat ke bawah tetapi ke atas. Sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau. Tidak dapat mereka capai dan lihat semuanya. Jangankan menilai atau menyimpulkan tentang Tuhan, menghitung bintang di langit saja manusia tidak sanggup. Jangankan melihat Tuhan, melihat bintang di ujung langit terjauh manusia belum dapat. Mereka mengira-ngira dengan menyebut satuan jarak dengan kecepatan cahaya. Jelas sekali bahwa manusia sangat amat inferior dibanding Tuhan sehingga tidak dapat menilai dan menyimpulkannya kecuali jika Allah menyatakan diri-Nya. Itupun bukan dengan rasio semata tetapi dengan iman. Karena Allah bukanlah irasional tetapi super rasional. Allah bukanlah impersonal tetapi super personal.

Orang Kristen tidak perlu malu karena ejekan atau tertawaan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah Tri Tunggal. Tidak perlu pula mencoba menyederhanakan dengan mengatakan bahwa Allah memang “tiga” bukan “tiga tetapi satu” atau hanya satu yaitu Allah saja, Yesus bukan Allah tetapi ciptaan Allah dan Roh Kudus juga bukan Allah tetapi energi atau kekuatan Allah. Benarkah demikian? Tentu saja tidak. Kesimpulan tersebut tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab.

Memang sejauh ini orang-orang Kristen hanya dapat menggambarkan ke-Tri Tunggal-an Allah melalui ilustrasi. Entahkah itu dengan ilustrasi tentang “air, embun dan es” atau “batang, ranting dan daun”, dan lain semacamnya. Tetapi tidak berarti bahwa kekristenan adalah agama yang dibuat-buat. Jika demikian maka pencipta agama Kristen adalah pencipta agama yang paling bodoh karena menawarkan Allah Tri Tunggal yang tidak mudah diterima oleh banyak orang. Seperti yang disimpulkan oleh C S Lewis dalam bukunya Mere Christianity berikut ini:

Jika Kekristenan adalah sesuatu yang kita buat-buat, tentu saja kita bisa menjadikannya lebih mudah. Tetapi tidak demikian. Kita tidak bisa menyaingi kesederhanaan dari orang-orang yang menciptakan agama. Bagaimana mungkin? Kita sedang berurusan dengan Fakta. Tentu saja siapapun bisa menjadi sederhana jika ia tidak perlu merisaukan fakta apapun. (C. S Lewis, Mere Christianity)

Kekristenan bukan saja dapat menerima fakta atau tidak bertentangan dengannya. Tetapi kekristenan adalah fakta. Adapun hal-hal yang belum dapat disebut sebagai fakta bukan karena ia tidak eksis atau tidak ada tetapi karena manusia tidak dapat melihat atau menjangkaunya.

Seperti halnya tentang kebangkitan Yesus, fakta dari Allah menghantam apa yang disebut sebagai rasio, sehingga membuat panik dan bingung para petinggi agama Yahudi. Mereka tidak dapat mengalahkan fakta-Nya tetapi berlari, menghindar, dan menjauhi-Nya dengan cara menyebarkan berita palsu. Benarkah kebangkitan orang mati adalah hal yang mustahil atau tidak rasional? Ya, bagi manusia yang berdosa tetapi tidak bagi Allah yang menjelma menjadi manusia yang tidak berdosa, demi menyelamatkan manusia.

Kesimpulannya, Allah bukanlah irasional tetapi super rasional. Allah Tri Tunggal bukanlah impersonal tetapi super personal. Ia bukan tidak factual tetapi keterbatasan manusia-lah yang tidak dapat melihat dan menjangkau diri-Nya. Percayalah kepada Allah yang sama seperti yang diberitakan atau yang dinyatakan oleh-Nya. It is The Truth About Trinity.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa percaya kepada Allah yang super rasional, yang super personal, yang bukan tidak factual tetapi yang melampaui diri hamba soal fakta. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.


Rabu, 26 November 2008

CHRISTMAS DAY


BUY NOW!

CD CHRISTMAS DAY at Special Promotional Price


@ Rp. 20.000,-/ piece


or

BUY 5 GET 1 FREE


Further info or Order, please contact:

BEREAN PUBLICATION HOUSE
( Phone: 62 21 3272 6785 or E-mail: naek@gkdi.org )

THE TRUTH ABOUT CHRISTMAS

Kamis, 27 November 2008

Bacaan: Fil 2:6-11

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,
2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
2:11 dan segala lidah mengaku:”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Pada umumnya, perayaan Natal tidak berbeda dari tahun ke tahun. Pohon Natal dengan lampu-lampu kerlap-kerlip ditambah aksesoris berwarna-warni menghiasi ruang dan jalan. Kado-kado hadiah Natal, boneka, kaos kaki, Santa Claus, makanan-minuman yang lebih mewah dari biasanya, pakaian yang baru, orang-orang yang asyik ngobrol sampai larut malam, makan, minum, tertawa, mabuk, berpesta, menikmati berbagai acara, hiburan, jalan-jalan, dan lain sebagainya. Hampir semua tempat, baik di desa, di kota, maupun di tiap-tiap negara di dunia diwarnai gemerlap Natal yang sama. Hampir tak ada bedanya dari tahun ke tahun. Musik dan lagu-lagu yang sama. Warna hijau, merah dan putih yang dominan. Drama tentang bayi Yesus yang lahir di palungan. Khotbah-khotbah tentang kelahiran Yesus. Sekali lagi, sama, tidak berbeda.

Banyak hal positif dari cara orang merayakan Natal. Orang-orang bergembira, bersuka ria, berkumpul dengan keluarga, teman atau rekan sekerja, berbagi hadiah dan lain sebagainya. Tetapi juga tidak sedikit yang dangkal pengertiannya, yang duniawi, yang malah berbuat dosa di hari yang dianggap sebagai hari kesenangan tersebut. Pesta pora, mabuk-mabukan, materialisme, konsumerisme, dan egoisme sering kali mewarnai perayaan ini. Di sisi lain, ada pula yang menentang keras perayaan Natal dengan mempersoalkan Santa Claus, tanggal perayaan, asal usul perayaan Natal, latar belakangnya, dan lain-lain.

Itulah realitas perayaan Natal di dunia sekarang ini. Pertanyaannya, bagaimanakah seorang Kristen semestinya menyikapi hal ini? Cobalah memulainya dengan membaca Fil 2:6-11, pelajari dan renungkanlah. Ayat 6-7 memberitahukan kita tentang inkarnasi Allah. Ia datang ke dunia mengambil rupa seorang hamba dan menjadi manusia. Kata “rupa” di dalam bahasa Inggris disebut dengan “form” yang artinya bentuk. Tetapi di dalam bahasa Yunani terdapat dua kata yang berbeda yang mengartikan “bentuk”. Yang pertama, mengartikan bentuk yang tidak dapat diubah, yang esensial, unchanging character, internal. Yang kedua mengartikan bentuk yang dapat diubah, yang eksternal, atau yang biasa disebut dengan “fashion”. Singkatnya, meskipun Allah mengambil rupa seorang hamba dan menjadi manusia, Ia, di dalam diri-Nya, yang esensial, internal, yang tidak berubah, yang tetap adalah Allah. Dengan kata yang lain, Yesus Kristus adalah fully man dan fully God.

Tidak heran ke-Allah-an-Nya sangat nyata dan jelas. Ia sangat berhikmat, sangat berkuasa, dan sempurna. Ia menyembuhkan berbagai penyakit, meredakan angin ribut, berjalan di atas air, membangkitkan orang mati, bahkan Ia sendiri bangkit dari mati. Dan Yesus sendiri mengatakannya bahwa Ia telah ada sebelum Abraham. Ia telah memiliki kemuliaan sebelum dunia ada dan Ia lebih berhikmat dari Salomo (band. Yohanes 8:58; 17:5; Matius 12:42).

Jika banyak manusia mungkin menyalahgunakan privilege di dalam hidupnya sehingga menjadi egois, materialis, konsumeris atau narsis, tetapi Yesus tidak. Ia tidak menggunakan privilege-Nya untuk menjadi seperti itu. Melainkan Ia merendahkan diri-Nya, menjadi seorang hamba, bukan ber-pura-pura atau berlagak seperti hamba, tetapi benar-benar menjadi seorang hamba, melayani, membasuh kaki murid-murid-Nya, ditolak, direndahkan, dihina, diejek, dicaci-maki, dipukul, dicambuk, dimahkotai duri, dan disalibkan.

Ayat 9-11 dari Filipi pasal 2 memberitahukan bahwa Yesus ditinggikan dan dimuliakan pada akhirnya. Suatu pelajaran, suatu teladan dan suatu kebenaran dari Yesus bahwa jika seseorang merendahkan dirinya dihadapan Tuhan maka Ia akan meninggikan orang itu (band. Yak 4:10).

Kesimpulannya, jadilah rendah hati. Rendahkanlah diri Anda. Sadarlah siapa Anda dihadapan-Nya. Orang yang hina dan berdosa dan bertobatlah, maka Ia akan meninggikan Anda. Bukan dengan cara Anda tetapi dengan cara Dia.

Rayakanlah Natal sebagai momen untuk mengasihi orang lain dengan kasih Tuhan. Dan beritakanlah bahwa Allah telah mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, dan kemudian bangkit pada hari yang ketiga, supaya orang-orang yang percaya dan bertobat dari dosa-dosanya akan diselamatkan. It is The Truth About Christmas.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa rendah hati di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Selasa, 25 November 2008

BIG BANG ATAU BIG GOD?

Rabu, 26 November 2008

Bacaan: Roma 1:18-23

1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian- Nya, dapat nampak kepada pikiran dan karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.

Ada 3 (tiga) cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Pertama, melalui ciptaan-Nya. Kedua, melalui para nabi atau tulisan para nabi. Ketiga, melalui Yesus Kristus.

Dari ciptaan-Nya, manusia dapat tahu dan mengerti bahwa Allah adalah Allah Yang Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Tahu dan Maha Dahsyat. Dari para nabi, manusia mendengar dan mengetahui kehendak atau keinginan Allah, janji-janji-Nya, apa yang berkenan dan yang tidak berkenan kepada-Nya. Dan dari Yesus Kristus, manusia mendapat kunjungan Allah. Manusia dapat melihat Allah di dalam daging. Ia berinkarnasi menjadi manusia tanpa dosa atau tanpa ternodai olehnya.

Jika melalui ciptaan-Nya, Ia seolah berbisik, melalui para nabi, Ia berbicara, tetapi melalui Yesus Kristus, Ia berteriak. Berteriak di Bait Allah. Di atas bukit. Berteriak kepada para petinggi agama Yahudi. Kepada orang-orang yang tidak percaya dan kepada orang-orang tidak bertobat. Ia berteriak di atas kayu salib. Di bukit Golgota. Ia berteriak “Eli Eli Lama Sabakhtani”. Karena Ia sangat mengasihi Anda dan saya.

Jika melalui ciptaan-Nya Ia seolah tampak jauh, melalui para nabi Ia tampak lebih dekat, tetapi melalui Yesus Kristus, Ia hadir bersama-sama dengan kita, dekat dengan kita, di tengah-tengah kita. Ia berada di antara kita dan di dalam kita. Ia menampakkan diri-Nya secara utuh, lengkap dan sempurna di dalam daging yaitu Yesus Kristus.

Pada ayat 20 Roma pasal 1 disebutkan bahwa karya atau ciptaan-Nya saja cukup untuk membungkamkan manusia sehingga tidak dapat berdalih bahwa Ia ada. Dengan kata lain, atheisme adalah suatu isme yang tidak mempunyai dasar atau alasan yang kuat.

Atheisme percaya bahwa Allah tidak ada tetapi tidak dapat menjelaskan mengapa langit, bumi dan segala isinya ada. Mereka meluncurkan teori “Big Bang” tetapi tidak dapat menjawab siapa pelaku atau yang berada di balik ledakan “Big Bang”. Jika atheisme didasari atas logika dan rasio maka teori “Big Bang” adalah teori yang tidak logis atau irasional. Karena bagaimana mungkin ledakan “Big Bang” dapat terjadi tanpa “Big God”.

Albert Einstein pernah berkata:”Tentu saja ada kekuatan masif di balik penciptaan alam semesta.” Dengan kata lain, meskipun Albert Einstein tidak menyebut Tuhan sebagai pencipta alam semesta, setidaknya ia lebih rasional daripada orang-orang atheis.

Jadi bukan soal apakah Allah ada atau tidak ada, bukan soal dapat berdalih atau tidak dapat berdalih, tetapi soal apakah manusia mencari Allah dengan segenap hati atau tidak. Karena Allah telah menyatakan diri-Nya melalui ciptaan-Nya, melalui para nabi dan Kitab Suci dan melalui Yesus Kristus. Jika seseorang tidak mencari Tuhan, maka sangat mungkin bahwa orang tersebut tidak menginginkan Tuhan di dalam hidupnya, atau mungkin ia telah menganggap dirinya sebagai tuhan.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa percaya, patuh dan tunduk kepada Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Senin, 24 November 2008

BUKAN SULAP BUKAN SIHIR

Selasa, 25 November 2008

Bacaan: Roma 1:18-23

1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian- Nya, dapat nampak kepada pikiran dan karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.
1:22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.
1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, manusia mengalami revolusi moral (band. Kej 6:5-7). Bukannya semakin baik atau menjadi benar tetapi semakin jahat dan penuh dosa. Padahal, Allah menciptakan manusia dengan cara yang istimewa dibanding ciptaan-ciptaan lainnya. Jika pada ciptaan lainnya Allah berfirman, “Jadilah…maka…jadi.” Tetapi pada waktu menciptakan manusia, Allah mengatakan,”…Marilah Kita menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Kita.” Kemudian Allah menghembuskan nafas-Nya setelah membentuknya dari tanah liat. Ironisnya, manusia malah memperlakukan Allah dengan sangat tidak istimewa bahkan menganggap-Nya sangat rendah seperti ciptaan yang lain. Mereka membuat gambar atau patung-patung mirip manusia, hewan atau binatang dan menyembahnya (band. Rom 1:23). Dengan kata lain, manusia menyembah berhala atau allah yang lain yang bukan Allah.

Karena itu, manusia butuh diselamatkan dan dijadikan benar. Menurut II Timotius 3:15, manusia akan dituntun Allah kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus dengan menggunakan Kitab Suci. Manusia butuh mengenal Kitab Suci, mempelajarinya, memahaminya dan melakukan kehendak-Nya. Pada ayat selanjutnya yaitu II Tim 3:16-17, manusia akan dilatih dan diperlengkapi untuk menjadi baik dan benar sebagai manusia kepunyaan Allah juga dengan menggunakan Kitab Suci. Mereka akan diajar, dinyatakan kesalahannya, diperbaiki kelakuannya dan dididik dalam kebenaran.

Jadi, sangat jelas bahwa Allah ingin mengubahkan manusia setelah terjadi revolusi atau degradasi moral yang amat sangat (band. Roma 3:23). Allah ingin mengembalikan manusia, menciptakannya kembali menjadi manusia yang baru seperti Yesus Kristus. Bukan seperti Adam karena ia telah jatuh ke dalam dosa (band. Roma 5:12-19).

Dari kebenaran ini, sangatlah logis dan alkitabiah menyimpulkan bahwa orang-orang yang berdosa yaitu keturunan Adam harus bertobat dari dosa-dosanya dan menjadi murid Yesus untuk dapat menjadi manusia yang baru. Sebaliknya sangatlah tidak logis dan sangat tidak alkitabiah pula suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa manusia yang berdosa tidak perlu bertobat. Cukup percaya dan menerima Yesus, maka Ia seperti dalam pertunjukan sulap akan mengubah manusia yang berdosa menjadi manusia yang baru?

Yang benar adalah ini: bahwa manusia yang berdosa harus bertobat, berbalik dari dosa-dosanya, meninggalkannya, datang kepada Allah dengan cara mengikut Kristus dan menjadi murid-Nya. Kemudian, dibaptis di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk supaya dosa-dosanya diampuni dan kegagalan-kegagalannya dimaafkan, sehingga ia mendapat kesempatan untuk berubah, mengalami transformasi hidup dari manusia yang lama yang berdosa menjadi manusia baru yang benar dan kudus di hadapan Allah selama-lamanya. Dengan demikianlah manusia diselamatkan. Ini bukanlah upaya manusia, tetapi cara Allah menyelamatkan dan mengubahkan keturunan-keturunan Adam yang berdosa.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa hidup sebagai petobat yang sejati dan murid Engkau yang setia. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

ORANG PERCAYA

Senin, 24 November 2008

Bacaan: Roma 1:16-17

1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis:”Orang benar akan hidup oleh iman.”

Pada ayat 16 Roma pasal 1 disebutkan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Arti dari sebutan orang percaya pada zaman Paulus sangat berbeda dengan arti “orang percaya” pada zaman ini. Mengapa? Karena dari zaman Paulus hingga masa kini terdapat gap waktu yang sangat panjang. Orang pada masa kini dapat mengartikan bahwa “orang percaya” adalah orang yang percaya bahwa Yesus pernah ada. Bukan dongeng atau cerita buatan manusia. Orang pada masa kini dapat mengartikan bahwa “orang percaya” adalah orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Atau, “orang percaya” adalah orang yang telah mengundang Yesus dan menerima Dia di dalam hati sebagai Juruselamat, kemudian beberapa tahun setelahnya menerima Dia sebagai Tuhan.

Pengertian-pengertian tersebut tadi bukanlah pengertian yang salah tetapi tidak lengkap. Pengertian yang tidak lengkap berasal dari pembacaan Alkitab yang tidak lengkap pula. Menggunakan ayat-ayat tertentu tanpa ayat-ayat yang lain di Alkitab bukan saja menghasilkan pengertian yang tidak lengkap tetapi juga pengertian yang dangkal bahkan fatal akibatnya.

Anggap saja kita menerima pengertian pertama bahwa “orang percaya” adalah orang percaya bahwa Yesus ada. Itu berarti bahwa orang-orang yang bukan Kristen termasuk Atheis, orang-orang yang tidak bertobat, penjahat, perampok, pelacur, pezinah, pencabul, pembunuh, penyembah berhala, penyihir, orang-orang sadis, dan lain-lain dapat memperoleh keselamatan, cukup dengan hanya percaya bahwa Yesus ada. Tanpa pertobatan, tanpa perubahan hidup, tanpa komitmen, tanpa kesetiaan kepada Allah. Sedangkan menurut Galatia 5:19-20, orang-orang yang melakukan dosa-dosa itu dan yang tidak bertobat, tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah atau dengan kata lain “tidak selamat”.

Bagaimana dengan pengertian kedua, yang mengartikan “orang percaya” adalah orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan? Bacalah Yakobus 2:19 berikut ini:

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Dari ayat ini dapat ditemukan arti bahwa orang yang percaya tanpa mengalami perubahan hati, pikiran, perilaku, perbuatan, kebiasaan, dan karakternya di hadapan Allah adalah sama seperti setan yang percaya kepada Allah tetapi jahat pribadinya.

Bayangkan saja tentang seseorang yang ingin menurunkan berat badan dan membentuk “muscle”. Ia mendaftarkan dirinya di sebuah Gym atau Fitness Center yang terkenal dapat menolong anggotanya mencapai berat badan ideal, langsing atau ber -“muscle”. Ia membayar uang pendaftaran, uang pangkal, dan iuran keanggotaan. Ia berkata kepada sales consultant dan instruktur fitness “Saya percaya bahwa Gym ini dapat menolong saya sehingga saya akan tampak langsing dan cukup berotot.” Sepulang dari Gym tersebut, orang itu tidak pernah datang untuk berlatih, untuk berlari di atas treadmill, mengikuti aerobic, latihan cardiovascular, weight training, atau pun latihan yang lain. Tidak lama kemudian ia mendapat telepon dari Gym yang menanyakan mengapa ia tidak pernah datang untuk berlatih. Ia menjawab bahwa ia malas, sibuk dan capek. Dapatkah orang yang seperti itu disebut sebagai orang yang percaya? Tentu saja tidak.

“Orang percaya” adalah orang yang memperoleh pengertian yang benar tentang Allah, tentang Firman-Nya, tentang Kristus, tentang kedatangan-Nya, tentang pelayanan-Nya, salib, kematian dan kebangkitan-Nya, tentang pertobatan, dan tentang keselamatan yang Ia anugerahkan. Karena pengertian dan kepercayaannya, ia berbalik meninggalkan dosa dan mengikut Kristus, menjadi murid-Nya, menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, mengalami transformasi hidup di dalam Tuhan, bertumbuh di dalam Dia dan setia sampai mati (band. Mat 28:19-20; Kis 26:20). Itulah yang dimaksud dengan “orang percaya”.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa percaya, bertumbuh dan setia di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Sabtu, 22 November 2008

KATA-KATA ALLAH

Minggu, 23 November 2008

Bacaan: Roma 1:16-17

1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis:”Orang benar akan hidup oleh iman.”

Menurut Ibrani 1:1-2, pada zaman Perjanjian Lama, Allah berbicara kepada manusia dengan perantaraan para nabi. Pada zaman Perjanjian Baru, Allah berbicara kepada manusia dengan perantaraan Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus. Tujuan Allah adalah untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia sehingga dapat dikenal, dan menjadi Tuhan dan Penyelamat manusia. Mengapa demikian? Karena Allah mengasihi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, yang mati, yang akan dihakimi, dan akan masuk ke dalam neraka (band. Kej 3; Yoh 3:16; Rom 3:23; 6:23).

Injil adalah cara Allah mengkomunikasikan diri-Nya, kehendak-Nya, janji-Nya, dan cara-Nya untuk menyelamatkan manusia dengan perantaraan para nabi, dengan perantaraan Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus, dan para rasul (band. II Tim 3:15).

Sebagai Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana, Allah tentu saja telah mengadakan seleksi dan penilaian terhadap orang-orang-Nya, dan selanjutnya memilih dan menunjuk mereka untuk menyampaikan Firman-Nya baik secara lisan maupun tulisan. Sehingga apa pun yang mereka katakan dan tuliskan adalah sempurna, murni dan benar 100%.

Para Nabi, Yesus Kristus, dan para rasul bukan saja menyampaikan ide, konsep atau pemikiran Allah tetapi mereka menyampaikan kata demi kata dari Allah. Karena bagaimana mungkin menyampaikan ide, konsep atau pemikiran tanpa kata-kata. Jika tidak ada kata, maka tidak ada ide atau pemikiran yang dapat disampaikan. Jadi, jelas bahwa bukan hanya ide, konsep atau pemikirannya saja yang berasal dari Allah tetapi juga kata-katanya. Dengan demikian, setiap kata yang yang dituliskan di dalam Injil atau Alkitab adalah kata-kata Allah yang berasal dari Allah.

Kebenaran ini disampaikan oleh Kitab Yehezkiel 2-3, Surat I Petrus 1:20-21, Surat Paulus, Surat Yohanes yaitu Wahyu 1:19, dan masih banyak lagi. Termasuk Yesus berulang kali mengatakan bahwa apa yang Ia katakan adalah apa yang dikatakan oleh Bapa yaitu Allah. Ia tidak mengatakannya dari diri-Nya sendiri tetapi dari Allah. Bukan ide, konsep atau pemikiran tetapi kata-kata Allah.

Tidak heran mengapa kadang kala para nabi tetap menuliskan apa yang mereka sendiri belum menyaksikan atau mengerti sepenuhnya. Contohnya nubuat-nubuat Yesaya tentang kedatangan Yesus, yang lahir dari perawan, nubuat nabi Mikha tentang Yesus yang akan lahir di Betlehem kota yang kecil, dan lain-lain. Begitu juga di Perjanjian Baru, Yohanes menuliskan surat-surat, lambang-lambang atau gambar-gambar sesuai perintah Allah kepada-Nya (band. Wahyu 1:19).

Ada kata-kata Yosua yang dinilai salah oleh orang Sains yaitu ketika ia meminta kepada Tuhan agar matahari berhenti di atas Gibeon,…(band. Yos 10:12). Padahal sebenarnya bumilah yang bergerak bukan matahari. Tetapi kata-kata atau kasus yang semacamnya yang dianggap sebagai kesalahan oleh sebagian orang sama sekali tidak mengurangi kebenaran Alkitab. Karena pada kasus Yosua, ia berkata-kata sesuai “human perspective”. Seperti halnya orang di masa kini menyebut matahari terbit dengan kata “sun rise” bukan bumi berputar sehingga matahari dapat terlihat. Jelas hal ini tidak berarti dan tidak perlu dibesar-besarkan, bukan?

Singkatnya, Injil atau Alkitab dituliskan kepada manusia agar manusia membacanya, mengerti, percaya, melakukan kehendak-Nya, patuh, tunduk, dan taat kepada-Nya. Maka mereka akan memperoleh keselamatan dari Allah.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa tekun membaca Kitab Suci sehingga hamba mengerti, percaya, melakukan kehendak-Engkau, patuh, tunduk, dan taat kepada-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Jumat, 21 November 2008

TIDAK ADA KATA "TAMAT"

Sabtu, 22 November 2008

Bacaan: Roma 1:8-15

1:8 Pertama-tama aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia.
1:9 Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu:
1:10 Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.
1:11 Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu,
1:12 yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku.
1:13 Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu – tetapi hingga kini selalu aku terhalang – agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain.
1:14 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang yang bukan Yunani, baik kepada kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.
1:15 Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.

Sejak pertobatannya, orang-orang Yahudi ingin menganiaya Paulus dan membunuhnya (band. Kis 9:23; 13:50; 14:19; 17:5; 21:27,31; 23:12-13). Tetapi, karena pembelaan yang ia lakukan dengan cara naik banding, Paulus akhirnya tiba di Roma.

Menurut Kisah Para Rasul, Roma adalah kerajaan terakhir yang dikunjungi Paulus. Di sanalah ia tinggal, mewartakan Kerajaan Allah, mengajar tentang Kristus, dan mati martir.

Seperti doanya, Paulus akhirnya dapat mengunjungi Jemaat Roma (band. Rom 1:10; Kis 28:11-31). Suatu kesempatan dan perjalanan yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh Paulus. Mengapa? Karena dari Yerusalem ke Kaisarea ia mendapat fasilitas gratis transportasi dan pengawalan yang terdiri dari 200 prajurit ditambah 70 orang berkuda dan 200 orang bersenjata lembing. Dari Kaisarea, Adramitum ke Roma-Itali, ia naik kapal, tetapi di tengah jalan kapal terkandas dan terombang-ambing di laut Adria, kemudian berenang sampai ke pulau Malta. Dari sana ia naik kapal lagi dan tiba di Roma.

Di sana, di Jemaat Roma, Paulus ingin membagikan iman dan pengajarannya tentang Allah, tentang Kristus, Keselamatan, dan tentang study-nya terhadap Kitab Suci. Itulah alasan yang mendorong Paulus untuk mengunjungi Jemaat tersebut. Ia menganggap dirinya berhutang kepada orang lain karena telah menerima penyataan dan pengertian dari Allah, yang tentunya sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh semua orang.

Meskipun Jemaat Roma mempunyai iman yang besar yang tersiar sampai ke seluruh dunia, Paulus tidak lantas berhenti atau menahan diri untuk berbagi iman dengan cara menyampaikan penyataan dan pengertian yang ia peroleh dari Allah.

Dengan kata lain, tidak ada kata cukup, berhenti atau tamat di dalam Tuhan. Selama hidup di dunia, seorang Kristen butuh belajar dan mengajar, berbagi iman, bertumbuh di dalam Tuhan dan setia sampai akhir hayatnya.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa belajar dan mengajar, berbagi iman, bertumbuh dan setia di dalam Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

GENERASI YANG BENAR

Jumat, 21 November 2008

Bacaan: Roma 1:2-7

1:2 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,
1:3 tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,
1:4 dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.
1:5 Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.
1:6 Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.
1:7 Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus; Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.

Kalimat pembuka surat Paulus kepada Jemaat di Roma bukanlah ucapan basa-basi yang menyenangkan pembaca atau pendengarnya tetapi mengandung ringkasan pesan Alkitab. Ia mengatakan bahwa kedatangan Yesus Kristus telah dijanjikan oleh Allah melalui para nabi yang menulis kitab-kitab suci Perjanjian Lama. Sedangkan mengenai Yesus Kristus dan pelayanan-Nya termasuk mengenai rasul-rasul-Nya dan mengenai Jemaat merupakan kelanjutannya yang kemudian ditulis di kitab-kitab Perjanjian Baru.

Melalui kalimat pembuka Paulus tersebut dapat jelas dimengerti bahwa Perjanjian Lama tidak dapat dipisahkan dengan Perjanjian Baru. Keduanya sangat berhubungan atau berkaitan erat satu sama lain. Perjanjian Lama menyatakan atau menyingkapkan tentang Allah kepada manusia. Tentang Siapa Dia, tentang keinginan, kehendak, karakter, dan sifat-sifat-Nya melalui berbagai situasi, keadaan, atau pun peristiwa. Dan, tentang janji-janji-Nya kepada manusia. Pada zaman Perjanjian Lama, Allah berbicara dengan perantaraan nabi-nabi. Tetapi, pada zaman Perjanjian Baru, Ia menyatakan diri-Nya melalui Anak-Nya (band. Ibr 1:1). Itulah sebab atau alasannya, mengapa Perjanjian Baru berisi tentang Kristus, tentang pelayanan-Nya, tentang kematian, kebangkitan-Nya, tentang keselamatan yang dianugerahkan-Nya, tentang para rasul dan tentang jemaat-Nya.

Singkatnya, Paulus mengatakan bahwa pelayanan atau penginjilannya bukanlah tanpa alasan atau dasar dari Allah. Sebaliknya merupakan kelanjutan dari apa yang dijanjikan Allah sejak zaman Perjanjian Lama sampai pada waktu ia menuliskan suratnya kepada Jemaat Roma.

Sangat penting bagi Paulus untuk menjelaskan semua itu sebelumnya karena jika tidak demikian tidak ada dasar atau alasan yang kuat dan benar untuk melanjutkan tulisan di dalam suratnya tersebut.

Demikian pula halnya dengan para pengajar atau pemberita Injil di zaman modern. Mereka perlu mengingat atau menyadari bahwa pekerjaan atau pelayanan mereka adalah kelanjutan dari pelayanan para rasul di zaman Perjanjian Baru. Jadi, baik pesan, pengajaran, khotbah, kepemimpinan, atau pun pelayanan yang dilakukan haruslah benar dan sesuai sebagaimana yang dikehendaki Allah. Bukan semata-mata mengadakan kebaktian yang ramai pengunjung dan menyajikan acara-acara yang menyenangkan.

Pesan di Perjanjian Baru sangat jelas yaitu bahwa setiap orang harus bertobat, berbalik dari dosa kepada Allah, melayani Allah, menjadi murid-Nya, dibaptis di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, kemudian dibimbing, dilatih atau dimentoring, bertumbuh di dalam Dia dan setia sampai mati (band. Mat 28:19-20; Kis 26:20).

Dengan kata lain, pengajar, pengkhotbah, penginjil, pendeta atau gereja yang mengabaikan pesan-pesan di Perjanjian Baru tersebut, bukanlah wakil Allah yang benar dan sejati.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa menjadi generasi penerus yang benar dan sejati di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Rabu, 19 November 2008

PENUNJUKAN DARI ALLAH

Kamis, 20 November 2008

Bacaan: Roma 1:1

1:1 Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

Paulus memperkenalkan dirinya dengan singkat dan benar. Sebutan terhadap dirinya sangat historis dan beralasan. Perhatikanlah sejarah singkat kehidupan Paulus. Setelah bertemu dengan Yesus di Damsyik, ia tidak dapat melihat karena cahaya yang menyilaukan. Ia dipertemukan Allah dengan Ananias, yang selanjutnya menyembuhkan matanya, meyakinkannya tentang panggilan, tentang tujuan dan kehendak Allah bagi dirinya (band. Kis 9:1-19a; Kis 22:6-16; Kis 26:12-18).

Tidak lama setelah itu, Paulus bergabung dengan jemaat di Damsyik, kemudian mendapat asistensi atau bimbingan, dan menjadi mitra kerja Barnabas. Seiring waktu berjalan, Paulus bertumbuh dan menjadi seorang rasul yang setara dengan 12 rasul yang lain. Ia memusatkan diri dalam doa, mempelajari kitab suci, mengajarkannya kepada semua orang termasuk orang awam, businessman, filsuf, agamawan, pemerintah, kepada kepala penjara atau kepada kaisar sekalipun. Paulus juga mengadakan mujizat, mendirikan jemaat dan melatih pemimpin-pemimpin Kristen seperti Timotius, Titus, Silas, Markus dan lain-lain.

Meskipun orang-orang tertentu tidak menganggapnya sebagai rasul yang setara dengan 12 rasul yang lain, Paulus mempunyai bukti-bukti yang nyata dan jelas bahwa ia patut dan layak menyandang gelar itu. Tentu saja bukan gelar atau sebutan yang Paulus perjuangkan ketika ia memperkenalkan dirinya, tetapi karena hak dan otoritasnya sebagai pengajar dan pemberita Injil. Sehingga ia tidak dibatasi atau dihalang-halangi saat bertindak atau mengambil keputusan sebagai rasul. Contohnya, dalam menetapkan peraturan dan tata-tertib di Jemaat, mengambil tindakan atau keputusan terhadap anggota jemaat yang kurang ajar atau membahayakan, menyampaikan penyataan Allah, menegaskannya atau mengajarkannya kepada Jemaat.

Paulus juga mengatakan bahwa ia dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Artinya, ia telah dimurnikan dari maksud atau tujuan duniawi. Ia bukan lagi hidup untuk dirinya, untuk kepentingan dirinya, ambisi pribadinya, tetapi untuk Allah, untuk memberitakan Injil Allah (band. Gal 2:19-20).

Besar kemungkinan, Paulus adalah “the replacement” dari Yudas, rasul Yesus yang berkhianat dan yang mati karena bunuh diri. Bukan Matias yang dipilih melalui acara buang undi yang diadakan oleh Petrus (band. Kis 1:15-26).

Kesimpulannya, panggilan atau penunjukan dari Allah tidak dapat diganggu gugat. Manusia dapat menolak, tidak menerima atau mempertanyakannya, tetapi Allah akan membuktikan dan menunjukkannya. Orang Kristen pun termasuk pendeta dan pengurus gereja semestinya tidak perlu memusingkan soal posisi atau jabatan di dalam organisasi. Apalagi harus berpolitik, mengintimidasi orang yang dianggap sebagai saingan, membujuk atau merayu jemaat, menghalalkan segala cara demi posisi atau jabatan yang ia inginkan. Sebaliknya, memandang diri sebagai hamba Kristus yang melayani Allah, yang bertumbuh dari waktu ke waktu menjadi pribadi yang berkenan di hadapan-Nya, dan Ia akan menunjukkan langkah selanjutnya dan seterusnya.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa melayani Engkau, bertumbuh dan merespon panggilan dan penunjukan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

BERTOBATLAH!

Rabu, 19 November 2008

Bacaan: Lukas 24:46-47

24:46 Kata-Nya kepada mereka:”Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,
24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.

“Bertobatlah!” adalah pesan penting Alkitab. Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, para nabi menyerukan “Bertobatlah!”. Sampai zaman Perjanjian Baru, Yohanes Pembaptis berseru-seru di padang gurun “Bertobatlah…!” (band. Luk 3:3). Demikian pula Yesus dan para rasul menyampaikan pesan yang sama kepada semua bangsa “…Bertobatlah…!” (band. Mark 1:15; Kis 26:20).

Pesan “Bertobatlah!” adalah pesan penting yang harus disampaikan kepada semua bangsa (band. Luk 24:47). Bukan pesan yang kurang penting, yang dapat dihindari atau diabaikan. Jika para penginjil atau para pengajar alkitab menghindari atau mengabaikan pesan ini sehingga tidak menyampaikannya, berarti mereka bukanlah penginjil atau pengajar yang benar dan sejati di hadapan Allah. Demikian pula jika orang Kristen datang ke gereja atau membaca Alkitab tetapi menghindari dan mengabaikan pesan ini, maka orang tersebut tidak akan mendapat janji Allah, yaitu pengampunan dosa dan keselamatan.

Bertobat artinya berbalik dari dosa, meninggalkannya dan datang kepada Allah (band. Kis 26:20). Lebih lengkap lagi, bertobat adalah untuk melayani Allah (band. I Tes 1:9). Dengan kata lain, pelayanan tanpa pertobatan adalah pelayanan tanpa dasar atau pondasi yang benar. Bertobat juga bukan berarti hanya berhenti melakukan dosa tetapi juga mengalami transformasi hidup dari penuh dosa menjadi benar dan suci. Yohanes menyebutnya dengan “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (band. Mat 3:8). Paulus menyebutnya dengan “menghasilkan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan” (band. Kis 26:20).

Timbul pertanyaan, apakah orang yang bertobat tidak akan pernah berbuat atau melakukan dosa lagi? Tentu saja pernah. Tetapi orang yang bertobat mempunyai pandangan, respon, perasaan, kebiasaan, dan perilaku yang berbeda terhadap dosa. Seperti yang digambarkan C S Lewis di dalam bukunya Mere Christianity:

Sebab ada dua hal di dalam diri saya, yang sedang bertempur dengan keberadaan yang harus saya usahakan. Dua hal itu adalah pribadi yang menyerupai Binatang, dan pribadi yang menyerupai Iblis. Pribadi yang menyerupai Iblis adalah yang terburuk….Tetapi, tentu saja, adalah lebih baik untuk tidak menjadi kedua-duanya.


Orang-orang yang bertobat tidak menyukai dosa. Sensitifitas atau kepekaan mereka sangat tinggi terhadap dosa. Mereka mempunyai perasaan bersalah yang sangat tinggi, menghindari dosa, mengantisipasinya, meninggalkan atau menanggalkannya. Mereka akan membicarakannya, membahasnya atau mengakuinya sehingga dapat bebas dan terlepas dari dosa (band. II Kor 7:9-11). Artinya, pertobatan bukan saja perubahan pikiran atau yang biasa disebut dengan metanoia tetapi juga melibatkan perasaan, perilaku, kebiasaan, atau totalitas dari diri seseorang.

Orang-orang yang bertobat akan mengalami transformasi hidup dari penuh dosa menjadi benar dan bertumbuh di dalam kesucian dan kemurnian hati dari waktu ke waktu. Karakter, kebiasaan, keakraban dan kesukaan mereka terhadap Allah pun lebih bertumbuh, lebih maju dan meningkat dari waktu ke waktu. Singkatnya, pertobatan adalah long life transformation atau perubahan yang terus menerus seumur hidup di hadapan Allah.

Jadi, bertobatlah dan beritakanlah pesan pertobatan. Bukan yang lain. Atau, Anda tidak akan pernah menerima pesan yang utuh dan lengkap dari Allah. Bahkan, pesan-pesan yang palsu dan sesat sedang menanti Anda meskipun kedengarannya indah, mempesona dan menawan. Bertobatlah!

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa hidup dalam pertobatan, bertumbuh dan semakin dekat dan akrab dengan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Senin, 17 November 2008

ATAS DASAR KASIH

Selasa, 18 November 2008

Bacaan: I Kor 16:19-24

16:19 Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priskila, dan Jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu.
16:20 Salam kepadamu dari saudara-saudara semuanya. Sampaikanlah salam seorang kepada yang lain dengan cium kudus.
16:21 Dengan tanganku sendiri aku menulis ini. Salam dari Paulus.
16:22 Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!
16:23 Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu.
16:24 Kasihku menyertai kamu sekalian dalam Kristus Yesus.

Menurut Kis 18:1-11, Paulus adalah pendiri Jemaat Korintus. Di sana ia bertemu dengan Priskila dan Akwila. Dan membaptis Krispus, kepala rumah ibadat dan keluarganya setelah beberapa waktu berbicara dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan Yunani di rumah ibadat (band. I Kor 1:14).

Sungguh sangat mengesankan tentang bagaimana Paulus meyakinkan Krispus, kepala rumah ibadat. Setelah orang-orang memusuhi dan menghujatnya, Paulus tidak kecewa, sakit hati atau pun mengasihani diri sendiri. Tetapi, ia datang mengunjungi rumah seorang bernama Titius Yustus, yang letaknya bersebelahan dengan rumah ibadat. Di sanalah Krispus mendapat penjelasan atau pengajaran dari Paulus dan dibaptis.

Setelah Paulus tinggal selama satu tahun enam bulan di Korintus, ia meninggalkan kota itu untuk berlayar ke Siria, menjelajah daerah-daerah pedalaman, dan menuju Efesus. Sementara itu Apolos menjadi murid Kristus di kota yang baru saja Paulus tinggalkan (band. Kis 18:18-19). Atas bimbingan Priskila dan Akwila, ia yang sebelumnya telah fasih berbicara dan sangat mahir soal-soal Kitab Suci, menjadi seorang yang sangat berguna bagi jemaat di Korintus (band. Kis 18:24-28). Di sanalah Apolos mendapat pujian dan penghargaan yang tinggi bahkan terlalu tinggi dari anggota-anggota jemaat tertentu. Sehingga mengakibatkan jemaat terbagi menjadi golongan yang menyebut diri mereka sebagai golongan Apolos atau golongan Paulus (band. I Kor 2:4-8).

Tidak heran mengapa Paulus menyebutkan nama Akwila dan Priskila dan menyampaikan salam mereka kepada Jemaat Korintus. Karena tentu saja Akwila dan Priskila mempunyai hubungan yang akrab dan penuh kenangan dengan jemaat.

Paulus mengungkapkan perasaan hatinya bahwa ia sangat mengasihi jemaat pada akhir tulisan atau penutup suratnya. Hal ini menunjukkan bahwa di atas semua teguran, nasihat dan pengajarannya, Paulus sangat mengasihi Jemaat Korintus. Artinya juga bahwa teguran, nasihat dan pengajarannya ia sampaikan dengan dasar atau motif karena ia mengasihi Jemaat. Suatu teladan yang patut ditiru oleh setiap orang Kristen saat menegur, menasihati, mengajar, ber-khotbah atau pun saat mengkritisi orang lain. Atas dasar kasih bukan kemarahan.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengasihi sebagai dasar atau motif dalam menyampaikan teguran, nasihat dan pengajaran. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Minggu, 16 November 2008

MENGHARGAI PELAYAN

Senin, 17 November 2008

Bacaan: I Kor 16:15-18

16:15 Ada suatu permintaan lagi kepadamu, saudara-saudara. Kamu tahu, bahwa Stefanus dan keluarganya adalah orang-orang yang pertama-tama bertobat di Akhaya, dan bahwa mereka telah mengabdikan diri kepada pelayanan orang-orang kudus.
16:16 Karena itu taatilah orang-orang yang demikian dan setiap orang yang turut bekerja dan berjerih payah.
16:17 Aku bergembira atas kedatangan Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus, karena mereka melengkapi apa yang masih kurang padamu;
16:18 karena mereka menyegarkan rohku dan roh kamu. Hargailah orang-orang yang demikian!

Menurut Kis 6:1-4, pelayanan gereja terdiri dari 2 (dua) bagian besar atau bagian utama:
1. Pelayanan Doa & Firman
2. Pelayanan Meja

Suatu pembagian yang sederhana karena gereja baru saja berdiri. Itu pun bukanlah pembagian yang penuh perencanaan dengan investasi waktu yang lama. Melainkan, karena kebutuhan jemaat yang sangat mendesak. Anggota jemaat bertambah banyak dan janda-janda Yahudi yang berbahasa Yunani mengalami kesusahan ekonomi. Sementara para rasul harus fokus kepada pelayanan doa dan firman. Jika tidak, maka tentu saja kebutuhan rohani jemaat tidak akan terpenuhi. Demikian pula penginjilan akan terganggu bahkan berhenti karena urusan atau persoalan internal jemaat.

Sangat jelas bahwa pelayanan doa dan firman dipimpin oleh para rasul. Tetapi pelayanan meja dipimpin oleh anggota jemaat yang dipilih jemaat secara musyawarah dan mufakat. Mereka memilih orang-orang yang terkenal baik, yang penuh roh dan penuh hikmat.

Salah satu pekerjaan penting dari pelayanan meja adalah menolong para janda. Kebenaran ini juga dikonfirmasi oleh Yakobus melalui suratnya di Yak 1:27. Sepertinya bantuan atau pertolongan terhadap janda pada masa itu sangat diperhatikan. Mengapa? Jelas, karena mereka mengalami kesusahan ekonomi termasuk kebutuhan makan dan minum.

Pertanyaannya, apakah semua janda mengalami kesusahan ekonomi? Janda yang seperti apa yang dimaksud oleh Paulus dan Yakobus? Menurut Paulus, janda yang layak mendapat bantuan dari pelayanan meja adalah janda yang miskin, yang tua yaitu tidak kurang dari 60 tahun, yang hanya satu kali bersuami, dan yang baik (band. I Tim 5:9-10). Bukan yang mewah, yang muda, yang malas atau yang genit (band. I Tim 5:11-16). Selain itu, jika seorang janda masih dapat ditolong oleh keluarga atau sanak family-nya, maka mereka pun tidak mendapat bantuan dari pelayanan meja. Atau, jika seorang janda yang muda yang masih memungkinkan atau dinilai layak atau pantas untuk menikah lagi, maka hendaklah ia menikah. Sehingga jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda.

Dalam tulisannya, Paulus tidak menyebutkan jenis pelayanan dari Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus. Apakah pelayanan mereka adalah pelayanan doa dan firman atau pelayanan meja. Ia hanya berkata bahwa Stefanus telah mengabdikan diri kepada pelayanan orang-orang kudus. Bahwa Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus melengkapi apa yang masih kurang pada Jemaat Korintus. Dan mereka membawa sukacita dan kegembiraan bagi Paulus dan Jemaat. Paulus berpesan agar jemaat taat dan menghargai mereka dan orang-orang yang turut bekerja dan berjerih payah.

Apapun jenis pelayanan seseorang di dalam jemaat, setiap orang Kristen wajib taat dan menghargai orang-orang yang seperti disebutkan Paulus tadi, yaitu mereka yang mengabdikan diri kepada pelayanan, yang melengkapi kekurangan Jemaat, yang membawa sukacita dan kegembiraan, yang turut bekerja dan berjerih payah. Seperti itu juga lah yang disampaikan Ibrani 13:7; 17 berikut ini:

Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.

Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung-jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.


Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa taat dan menghargai orang-orang yang memimpin, melayani, yang bekerja dan berjerih lelah di dalam jemaat Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Sabtu, 15 November 2008

SUMMARY DARI ALLAH

Minggu, 16 November 2008

Bacaan: I Kor 16:13-14

16:13 Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!
16:14 Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!

Kutipan ayat ini tampaknya merupakan summary atau ringkasan pendek surat Paulus, I Korintus. Penekanan pesan-pesannya dapat Anda temukan di sana. Demikian pula ekspektasinya. Semuanya mempunyai hubungan dengan situasi atau kondisi Jemaat Korintus pada waktu itu.

Perhatikanlah apa yang diucapkan oleh Paulus dan hubungannya dengan Jemaat Korintus.
1. Berjaga-jagalah!
Jemaat Korintus mempunyai banyak masalah. Mulai dari konflik internal hingga “tidak percaya akan kebangkitan”. Perbedaan pendapat. Mengkristal menjadi perpecahan. Percabulan di dalam keluarga, anak terhadap isteri ayahnya. Penyembahan berhala. Gap antara mantan penyembah berhala dengan yang lain. Dominasi wanita terhadap pria. Spektakularisme. Tidak mengasihi. Sombong. Tidak percaya akan kebangkitan. Artinya, Jemaat Korintus rawan mati secara rohani. Tidak heran Paulus mengatakan “Berjaga-jagalah!”. Suatu pesan utama Paulus yang diucapkannya dengan sangat singkat dan mudah untuk di-ingat.

2. Berdirilah teguh dalam iman!
Pesan ini dapat disebut sebagai pesan turunan atau lanjutan atau yang memperjelas pesan “Berjaga-jagalah!”. Salah satu cara atau bagaimana Jemaat Korintus “Berjaga-jaga” adalah dengan berdiri teguh dalam iman yaitu iman terhadap kebenaran Allah. Bukan pengertian yang salah, yang sesat atau yang duniawi tetapi yang benar, yang dikehendaki Allah, yang kudus dan yang mulia.

3. Bersikaplah sebagai laki-laki!
Paulus mengadakan pembedaan antara pria dan wanita di Jemaat Korintus dengan cara mewajibkan pengenaan tudung pada para wanita. Ia juga tidak mengizinkan wanita berbicara di dalam pertemuan Jemaat. Mengapa? Karena di Jemaat Korintus wanita cukup mendominasi. Mereka banyak bicara dan tidak menghormati pria. Itulah sebabnya mengapa Paulus mengatakan kepada pria:”Bersikaplah sebagai laki-laki!”. Artinya, pria harus menjadi pria yang benar yang sesuai dengan design atau rancangan Allah. Mereka harus menjadi pemimpin bagi wanita di dalam berkata-kata, di dalam aktifitas, dan di dalam kerohanian. Bukan sebaliknya.

4. Dan tetap kuat!

Kalimat pendek ini mengartikan bahwa Jemaat Korintus harus teguh dan konsisten di dalam Tuhan. Bukan labil, berubah-ubah dan tidak tahan lama.

5. Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih
Frase ini juga mempunyai latar belakang tersendiri. Jemaat Korintus mengalami kompetisi yang tidak sehat di antara para anggotanya. Mereka berlomba-lomba menjadi paling hebat, paling rohani, paling dihormati atau paling disegani. Mereka berusaha keras menggapai karunia “berbahasa roh”, “bernubuat”, atau mempunyai “pengetahuan”. Tetapi mereka tidak mengasihi satu sama lain. Bahkan, menganggap rendah orang-orang tertentu di dalam Jemaat. Itulah sebabnya mengapa Paulus menekankan hal ini:”Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!”. Sehingga dengan demikian karunia atau pekerjaan yang mereka lakukan tidak menjadi sia-sia tetapi berguna bagi orang lain, bagi kemuliaan Allah dan bagi diri mereka sendiri.

Sebagai orang Kristen, Anda patut mengenal diri Anda di hadapan Allah. Kekurangan-kekurangan Anda di hadapan-Nya. Sehingga Anda dapat memperoleh summary atau ringkasan pesan Allah bagi diri Anda. Mendapatkan penekanan dan ekspektasi Allah terhadap Anda. Yang tentunya hanya berasal dari Firman dan Kebenaran-Nya semata. Dan akhirnya, Anda berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam Dia.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengenal diri dan kekurangan-kekurangan diri sehingga hamba dapat berubah, berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Engkau . Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Jumat, 14 November 2008

MEMIKIRKAN ORANG-ORANG

Sabtu, 15 November 2008

Bacaan: I Kor 16:10-12

16:10 Jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut, sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku.
16:11 Jadi, janganlah ada orang yang menganggapnya rendah! Tetapi tolonglah dia, supaya ia melanjutkan perjalanannya dengan selamat, agar ia datang kembali kepadaku, sebab aku di sini menunggu kedatangannya bersama-sama dengan saudara-saudara yang lain.
16:12 Tentang saudara Apolos: telah berulang-ulang aku mendesaknya untuk bersama-sama dengan saudara-saudara lain mengunjungi kamu, tetapi ia sama sekali tidak mau datang sekarang. Kalau ada kesempatan baik nanti, ia akan datang.

Paulus memikirkan orang-orang. Ia memikirkan tentang rekan-rekan sekerjanya seperti Timotius, Apolos, dan rekan-rekan yang lain. Ia juga memikirkan Jemaat. Tentang hubungan antar mereka. Tentang bagaimana Jemaat Korintus menyambut Timotius, memperlakukannya atau menganggapnya.

Paulus sangat antisipatif dan penuh persiapan. Ia mengantisipasi agar Timotius disambut dengan hormat dan ramah. Bukan menganggapnya rendah sehingga menimbulkan perasaan takut karena situasi atau persoalan-persoalan yang tengah terjadi di sana. Mengapa? Alasannya sangat sederhana. Karena ia mengerjakan pekerjaan Tuhan bukan karena Paulus, karena Timotius atau “karena-karena” yang lain.

Suatu alasan yang sangat tepat dan benar bahwa Jemaat wajib menghormati pekerja, pelayan atau hamba Tuhan bukan karena siapa orang itu, gelar yang ia sandang, prestasi atau achievement yang ia capai, atau apa saja kecuali karena Tuhan. Tentu saja tidak berarti bahwa jemaat wajib meng “iya” kan atau menyetujui apa pun juga termasuk “dosa”.

Di dalam suratnya kepada Jemaat Korintus, Paulus tidak mengungkapkan alasannya mendesak Apolos untuk mengunjungi Jemaat bersama dengan saudara-saudara yang lain. Tetapi melalui tulisannya tentang Apolos dapat ditemukan bahwa anggota-anggota tertentu di Jemaat Korintus menyukainya dan mengharapkan kunjungannya. Mungkin mereka menyukai Apolos karena kemampuan dan kefasihannya yang sangat tinggi di dalam mengajarkan Kitab Suci (band. Kis 18:24; I Kor 3:4-6).

Tidak ada bukti nyata atau tanda yang jelas bahwa Apolos tidak mau datang ke Korintus karena kecewa atau sakit hati terhadap Jemaat. Paulus hanya mengatakan bahwa Apolos belum mau datang waktu itu tetapi ia akan mengunjungi mereka kalau ada kesempatan baik di waktu yang akan datang.

Suatu pelajaran yang sangat berharga dari teladan Paulus bagi orang-orang Kristen di masa kini agar memikirkan rekan sekerja di dalam Tuhan, memikirkan jemaat, keluarga, atau orang lain di lingkungannya dan memikirkan hubungan antar mereka, mengantisipasi dan mempersiapkannya sehingga terjalin hubungan yang akrab dan rohani.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mempunyai pandangan-pandangan yang benar di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Kamis, 13 November 2008

3 PANDANGAN PAULUS

Jumat, 14 November 2008

Bacaan: I Kor 16:5-9

16:5 Aku akan datang kepadamu, sesudah aku melintasi Makedonia, sebab aku akan melintasi Makedonia.
16:6 Dan di Korintus mungkin aku akan tinggal beberapa lamanya dengan kamu atau mungkin aku akan tinggal selama musim dingin, sehingga kamu dapat menolong aku untuk melanjutkan perjalananku.
16:7 Sebab sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan.
16:8 Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta,
16:9 sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang.

Paulus punya agenda dan rencana perjalanan yang jelas. Ia mencatat kapan, berapa lama, dan bagaimana atau apa yang akan dilakukannya di Jemaat Korintus dan di Jemaat Efesus.

Ada 3 (tiga) pandangan Paulus yang dapat diteladani di dalam perjalanannya ke Jemaat Korintus, yaitu sebagai berikut:
1. Ia tidak menganggap dirinya sebagai satu-satunya orang yang dapat memberi atau berkorban bagi Jemaat dengan cara mengajar, membina atau melayani Jemaat. Tetapi ia juga berharap bahwa Jemaat Korintus dapat memberi atau menolongnya untuk melanjutkan perjalanan (band. I Kor 16:6). Paulus bukan seorang yang self-condemnation bukan pula seorang yang bossy.

2. Ia mengingat atau melibatkan Tuhan di dalam rencana dan perjalanannya. Bacalah sekali lagi ayat ini:

…sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan.

3. Paulus dapat melihat kesempatan yang banyak di tengah hambatan atau gangguan dari penentang yang banyak jumlahnya di Efesus. Ia justru memandang bahwa di sana ia mempunyai banyak kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting.

Para pendeta atau pemimpin Kristen di masa kini pun patut mencontohi Paulus di dalam pelayanan atau penginjilan mereka. Bahwa mereka tidak harus memberi atau berkorban seorang diri saja tetapi juga mendorong atau menyemangati Jemaat untuk memberi atau melayani Tuhan. Tanpa bermaksud untuk menjadi bossy, menyalahgunakan jabatan atau memanipulasi Jemaat.

Pendeta yang mengerjakan segala sesuatu di Jemaat seorang diri akan mengalami keletihan dan kejenuhan atau overload. Di samping itu dapat tercipta gap yang jauh jaraknya karena pendeta tersebut akan menganggap dirinya sangat rohani sedangkan Jemaatnya terdiri dari orang-orang tidak peduli, tidak mau tahu atau tidak rohani sama sekali.

Para pemimpin Kristen penting untuk mengingat atau melibatkan Tuhan di dalam agenda atau rencana-rencana mereka. Jika tidak demikian, maka para pemimpin tersebut perlu membaca Alkitab kembali dan memperhatikan kutipan-kutipan ayat berikut ini:

…datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu…(Mat 6:10)
…Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu,…, jadilah kehendak-Mu!” (Mat 26:42)
Sebenarnya kamu harus berkata:”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak 4:15)

Dalam hal melihat kesempatan pun seorang pemimpin Kristen semestinya menggunakan kacamata rohani bukan duniawi. Sehingga apa dan bagaimana ia melihat tidak dikaburkan atau dihalang-halangi oleh hambatan, gangguan atau masalah yang sedang terjadi. Pemimpin yang percaya kepada kuasa dan janji Tuhan akan dapat melewati masa-masa yang sulit dan bertumbuh. Sedangkan pemimpin yang tidak memandang kepada Allah melainkan kepada masalah tidak akan bertumbuh bahkan terancam layu seperti tanaman yang terhimpit semak duri.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mempunyai pandangan-pandangan yang benar di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Rabu, 12 November 2008

SIKAP HATI MEMBERI

Kamis, 13 November 2008

Bacaan: I Kor 16:1-4

16:1 Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-Jemaat di Galatia.
16:2 Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.
16:3 Sesudah aku tiba, aku akan mengutus orang-orang, yang kamu anggap layak, dengan surat ke Yerusalem untuk menyampaikan pemberianmu.
16:4 Kalau ternyata penting, bahwa aku juga pergi, maka mereka akan pergi bersama-sama dengan aku.

Sejak Jemaat pertama berdiri di Yerusalem, orang-orang Kristen sudah mengadakan pengumpulan uang dengan cara menjual harta milik mereka dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul (lihat Kis 2:45;5:2).

Demikian pula di Jemaat Korintus. Mereka menyisihkan sejumlah uang dari penghasilan atau gaji mereka, menyimpannya di rumah dan menyampaikannya ke Yerusalem melalui orang-orang yang mereka utus dengan disertai surat dari Jemaat. Dan jika Paulus perlu ke Yerusalem untuk bertemu dengan para rasul atau jemaat di sana, untuk membicarakan tentang penginjilan, tentang jemaat, atau hal penting yang lain, maka ia akan pergi bersama-sama dengan utusan jemaat tersebut.

Paulus tidak menyebut pengumpulan uang itu “perpuluhan”, tetapi, mungkin itu adalah perpuluhan. Karena merupakan penyisihan dari penghasilan atau gaji dan dikumpulkan secara regular, yaitu pada hari pertama tiap-tiap minggu.

Apakah Jemaat-Jemaat pada masa itu men-sentralisir pengumpulan uang mereka di Jemaat Yerusalem sebagai gereja induk atau gereja pusat? Kemudian mengelola keuangan untuk membangun atau mengembangkan tiap-tiap gereja atau menggunakannya sesuai kebutuhan atau keperluan jemaat secara keseluruhan? Mungkin. Apalagi, gereja induk atau gereja pusat pada masa itu ada di bawah penjajahan bangsa Romawi yang mengakibatkan kondisi finansial yang lemah sehingga pengumpulan uang ke Yerusalem adalah sangat tepat dan beralasan.

Paulus bukan hanya memperhatikan apakah Jemaat Korintus mengumpulkan perpuluhan atau tidak tetapi bagaimana mereka mengumpulkannya. Pengumpulan yang diadakan pada saat ia datang, tentu saja akan terburu-buru, tanpa persiapan, dan mungkin saja akan tidak tertib atau tidak teratur. Sedang jika mereka telah menyisihkannya, menyimpan, mengumpulkan, lalu menyampaikannya, akan melahirkan sikap hati yang jauh lebih baik di dalam diri setiap anggota Jemaat.

Sepertinya Paulus sudah terlatih dan terbentuk kebiasaannya yang baik tentang bagaimana cara memberi atau menyampaikan persembahan kepada Allah. Ia adalah mantan Sanhendrin yang tahu tentang persembahan-persembahan dan bagaimana cara atau peraturannya dengan detil.

Dari uraian ini dapat dipetik pelajaran tentang bagaimana semestinya orang-orang Kristen pada masa kini mempersiapkan persembahan perpuluhan mereka, yaitu, bukan pada akhir bulan ketika gaji hampir habis digunakan, tetapi pada awal bulan dan disertai dengan iman (band. Maleakhi 3:10-12).

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa memberi dengan sikap hati yang benar di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

PENGHARAPAN AKAN KEBANGKITAN

Rabu, 12 November 2008

Bacaan: I Kor 15:57-58

15:57 Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
15:58 Karena itu, saudara-saudara yang kekasih, berdirilah teguh, janganlah goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Perkataan Paulus ini dilatarbelakangi dengan anggota tertentu di Jemaat Korintus yang tidak percaya tentang kebangkitan. Ia menujukan pengajarannya secara langsung kepada mereka dengan menyebut “Hai orang bodoh!....” (lihat I Kor 15: 36 dan I Kor 15:12).

Sepertinya ketidakpercayaan orang-orang di Jemaat Korintus itu telah menggoncangkan kepercayaan dan pengharapan orang-orang Kristen yang lain tentang kebangkitan. Sehingga Paulus secara khusus mengajarkan tentang kebangkitan dengan cara menuliskan surat, yaitu I Korintus pasal ke 15.

Ada 3 (tiga) hal penting tentang kebangkitan menurut pengajaran Paulus:
1. Bahwa Kristus telah bangkit dari mati. Para rasul dan murid-murid yang lain bukan saja melihat atau bertemu dengan-Nya tetapi juga berbincang-bincang dan mendapat pengajaran tentang Kerajaan Allah (band. Kis 1:3).
2. Bahwa orang Kristen yang mati akan dibangkitkan karena Kristus dan tubuh jasmani nya yang dapat binasa diganti dengan tubuh surgawi yang kekal atau tidak binasa.
3. Bahwa orang Kristen yang mengenakan tubuh surgawi akan masuk ke dalam Sorga.

Atas dasar tersebut maka Paulus meyakinkan dan menghibur orang-orang Kristen di Jemaat Korintus agar tidak goyah iman dan pengharapannya dalam menjalani hidup sebagai Kristen. Tetapi teguh dan giat selalu di dalam pelayanan atau pekerjaan Tuhan.

Tidak jarang orang-orang Kristen di masa kini mengutip dan menggunakan ayat ini untuk menghibur orang lain yang sedang bersedih, kecewa atau berputus asa di dalam menjalani hidup sebagai Kristen atau mungkin di dalam pelayanan gereja. Dengan meyakinkan bahwa jerih payah atau apa yang telah mereka upayakan tidak akan sia-sia.

Tentu saja perkataan atau pengertian semacam itu tetap mengandung kebenaran. Tetapi patut dimengerti dan disadari bahwa konteks atau hubungan ayat ini secara langsung dan jelas adalah tentang kebangkitan. Bahwa orang-orang Kristen perlu yakin dan punya pengharapan yang teguh bahwa pada akhirnya tubuh mereka akan diganti dengan tubuh sorgawi dan setelah itu mereka akan masuk ke dalam Sorga, bersukacita dan berbahagia di sana selama-lamanya. Suatu penyemangat yang lebih permanent, menyeluruh dan berjangka panjang.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa yakin dan teguh dalam pengharapan akan kebangkitan dan akan Sorga yang telah Engkau sediakan bagi hamba dan Jemaat Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

SORGA & KEADILAN TUHAN

Selasa, 11 November 2008

Bacaan: I Kor 15:50-52

15:50 Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
15:51 Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah.
15:52 dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.

Menurut Paulus, semua orang Kristen akan diubah pada waktu bunyi nafiri terakhir. Baik yang hidup mau pun yang sudah mati. Yang mati akan dibangkitkan dan diubah dengan tubuh sorgawi yang tidak dapat binasa. Yang hidup pun akan diubah dari tubuh jasmani menjadi tubuh sorgawi dalam sekejap. Mengapa demikian? Karena daging dan darah tidak akan ada atau tidak dapat masuk ke dalam Sorga. Yang dapat binasa tidak mendapat bagian di dalam apa yang tidak binasa. Dengan kata lain, orang Kristen akan mengalami penyesuaian sebelum masuk ke dalam Sorga.

Sebaliknya orang-orang yang tidak akan masuk ke dalam Sorga, tidak akan diubah. Tubuh mereka tetap yaitu tubuh duniawi yang terdiri dari daging dan darah, yang dapat binasa dan yang tidak dapat masuk ke dalam Sorga.

Sungguh merupakan suatu pemandangan yang sangat menakjubkan sekaligus menyedihkan saat menyaksikan bagaimana orang-orang yang akan masuk ke dalam Sorga mengalami perubahan tubuh menjadi sangat indah, luar biasa, anggun dan menawan. Sedangkan orang-orang yang lainnya tidak.

John Mc Arthur dalam bukunya berjudul The Glory of Heaven menjelaskan bahwa setiap orang akan mengerti dan dapat menerima keadilan Tuhan pada akhirnya. Sehingga orang Kristen yang masuk ke dalam Sorga tidak akan atau tidak lagi menangis atau berdukacita karena/ tentang orang-orang yang akan masuk neraka. Demikian pula orang-orang yang masuk ke dalam neraka tidak dapat menentang, mengeluh atau mengadakan unjuk rasa kepada Tuhan. Mereka terbukti dan tertangkap basah salah memilih, salah melangkah dan salah mengambil keputusan di dalam hidup mereka.

Artinya mungkin dapat berarti bahwa Tuhan sudah sangat mengasihi, peduli, adil dan berupaya dengan cara apa saja untuk menyelamatkan setiap orang sehingga dapat masuk ke dalam sorga. Salah satunya dinyatakan oleh ayat berikut ini:

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi. Maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta (Ibr 1:1-2).

Di zaman modern, Allah pasti mempunyai intensitas yang sama untuk menyelamatkan setiap orang supaya dapat masuk ke dalam sorga. Ia mengkomunikasikan pesannya melalui Alkitab, orang-orang Kristen, media, dan lain-lain. Tetapi orang-orang yang tidak masuk ke dalam sorga itu adalah orang-orang yang tidak mencari Tuhan, tidak percaya, tidak bertobat atau tidak setia kepada Allah.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa teguh, setia, dan tekun kepada Engkau dan kebenaran-Mu sehingga hamba dapat masuk ke dalam Sorga dan dapat menolong orang lain supaya dapat masuk ke dalam Sorga yang Engkau janjikan. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Selasa, 11 November 2008

BROTHERS IN CHRIST




Video/ Slide Show: Bekasi COC
Song & Music: Brothers in Christ (taken from BLESSED BE YOU)
Composed by: Pierre Jacobs
Produced by: BEREAN PUBLICATION HOUSE

Info/ Order please contact: BEREAN PUBLICATION HOUSE (62 21 32726785)

TEGUH & SETIA

Senin, 10 November 2008

Bacaan: I Kor 14:34-35

14:34 Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.
14:35 Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat.
14:36 Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah datang?
14:37 Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan.
14:38 Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia.
14:39 Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.
14:40 Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.

Saat Paulus menuliskan surat I Korintus ini jelas telah/ sedang terjadi sesuatu yang tidak berkenan yang dilakukan oleh perempuan-perempuan tertentu di Jemaat Korintus. Paulus tidak memperbolehkan para perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. Besar kemungkinan bahwa sejumlah perempuan di masa itu sangat dominan, cerewet, dan berlagak seperti pemimpin atau nabiah.

Sebelumnya di pasal 11 surat I Korintus, Paulus pun telah mengadakan pembedaan antara pria dan wanita dengan cara mengenakan tudung pada wanita sebagai tanda bahwa mereka menyinarkan kemuliaan laki-laki.

Bukan itu saja, dalam suratnya di Efesus 5:22-24 Paulus pun mengatakan kepada perempuan yang bersuami untuk tunduk kepada suami mereka sebagai kepala isteri. Dengan kata lain, sikap tunduk dan hormat dari perempuan kepada laki-laki adalah sesuatu yang konsisten dan berulang kali ditegaskan Paulus. Bukan saja kepada Jemaat Korintus tetapi kepada semua jemaat pada zamannya. Bukan situasional atau “case by case” tetapi lebih permanen atau seharusnya memang demikian ditetapkan dan dikehendaki Allah dari semula. Bahkan Paulus menyebut hal itu sebagai perintah Tuhan (band. I Kor 14:37).

Paulus mempunyai pola keteguhan dan ketegasan yang sama terhadap perintah atau kehendak Tuhan. Jika ia tahu dan yakin tentang kehendak Allah terhadap sesuatu maka ia akan teguh dan setia, dan pada saat yang sama ia mengabaikan atau menentang apa yang tidak dikehendaki-Nya. Perhatikanlah apa yang ia katakan kepada Jemaat Korintus:

Tetapi jika ia (seorang yang menganggap dirinya nabi) tidak mengindahkannya (perintah Tuhan), janganlah kamu mengindahkan dia (lih. I Kor 14:38. Penekanan oleh Penulis)

Setiap orang Kristen seharusnya demikian. Dalam berbagai situasi atau permasalahan tetap teguh dan setia kepada kehendak atau perintah Allah. Sebaliknya mengabaikan atau menentang apa yang tidak dikehendaki oleh-Nya. Contohnya, saat orang-orang di lingkungannya sedang ber-gosip ria, mengadakan unjuk rasa secara anarkis, bertengkar, curang, korup, dan lain-lain. Seorang Kristen bukan saja teguh dan setia kepada Allah dengan cara menjaga hati atau hidupnya dari dosa dan pengaruhnya, tetapi juga penting untuk membantu orang-orang yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dengan dosa tersebut.

Meskipun memang terdapat batasan bahwa orang-orang Kristen tidak berhak mengadakan punishment terhadap orang-orang di luar Jemaat. Tetapi setiap orang Kristen dapat menyampaikan pesan pertobatan sehingga dapat menolong orang lain di lingkungannya mengalami transformasi hidup dari dosa kepada kebenaran Allah.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa teguh dan setia kepada kehendak dan perintah-Mu sehingga dapat menolong orang lain mengalami transformasi hidup dari dosa kepada kebenaran Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Minggu, 09 November 2008

KEHENDAK ALLAH

Senin, 10 November 2008

Bacaan: I Kor 14:29-33

14:29 Tentang nabi-nabi – baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan.
14:30 Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri.
14:31 Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan.
14:32 Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi.
14:33 Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.

Melalui perkataan Paulus ini dapat kita temukan salah satu aktifitas atau bagian dari kebaktian yang diadakan oleh para nabi di Jemaat Korintus pada masa itu. Mereka mendapat penyataan Allah dan berkata-kata kepada Jemaat. Kemudian disusul oleh Jemaat dengan cara menanggapi apa yang mereka katakan.

Bedanya dengan bahasa roh, aktifitas ini menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang yang hadir di acara kebaktian. Nabi mendapat penyataan dari Allah dan mengatakannya kepada orang-orang di sana. Sedang ber-bahasa roh yang ada pada masa itu adalah seperti berdoa dengan bahasa-bahasa yang asing yang tidak dimengerti.

Seperti menyikapi persoalan bahasa roh, Paulus pun mempunyai prinsip yang sama terhadap para nabi yang berkata-kata di dalam kebaktian Jemaat. Paulus menghendaki ketertiban dan damai sejahtera. Ia tidak ingin para nabi menimbulkan kebisingan atau kekacauan di tengah acara kebaktian dengan dasar bahwa setiap nabi semestinya dapat mengontrol diri mereka termasuk karunia nabi yang mereka miliki (band. I Kor 14:32).

Sesuatu yang tidak mudah bagi Paulus menangani Jemaat yang terdiri dari para nabi dan orang-orang yang berbahasa roh. Tetapi dengan bekal atau dasar kehendak Allah bahwa Ia menghendaki damai sejahtera bukan kekacauan maka Paulus dapat menangani permasalahan dan perselisihan di Jemaat Korintus dengan sangat baik dan bijaksana.

Dalam menangani atau menyelesaikan permasalahan, setiap orang Kristen patut bertanya tentang kehendak Allah di tengah situasi-kondisi yang tengah ia hadapi. Kemudian teguh dan setia melakukan segala sesuatu secara kondusif hingga akhirnya dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan benar. Mungkin saja persoalan atau permasalahan yang sedang ditangani sepertinya tidak segera langsung mendapatkan hasil yang memuaskan. Tetapi tentunya yang paling penting adalah melakukan kehendak-Nya dan mempercayakan hasil dan penyelesaian permasalahan kepada-Nya daripada memperoleh konsekuensi yang sukar yang tidak diinginkan di masa yang akan datang.

Sebut saja persoalan narkoba, hubungan seks di luar nikah, perzinahan, aborsi, dan lain-lain yang telah menghasilkan konsekuensi yang sulit dan menyakitkan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Bukankah dosa-dosa yang baru disebutkan tadi juga merupakan akibat dari ketidak bergantungan kepada kehendak Allah dengan cara mencari kesenangan atau kenikmatan sesaat yang seolah memberikan solusi atau penyelesaian? Permasalahan atau keretakan hubungan baik di keluarga, rumah tangga, pernikahan, Jemaat, dan lain-lain semestinya diserahkan kepada Allah bukan kepada dosa.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa percaya, berserah, teguh dan setia kepada kehendak Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.