Kamis, 11 September 2008

SEOLAH-OLAH

Senin, 15 September 2008

Bacaan: I Kor 7:29-31

7:29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
7:30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
7:31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.


Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
• …dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis;
• …orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira;
• …orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
• …orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya.
• …dunia …akan berlalu.

Pertanyaan:

Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?

Jawaban:
Sekilas, perkataan Paulus mengandung kebodohan dan tanda tanya bagi mereka yang mendengarnya. Orang-orang yang salah menilai mungkin mengira ia tidak peduli akan kehidupan, semrawut, tidak becus, aneh atau mungkin “gila”.

Secara esensial, Paulus bukan pertama kali mengatakan hal serupa. Dalam suratnya kepada Jemaat Kolose ia mengatakan:”Pikirkanlah perkara diatas, bukan yang di bumi.” (lih. Kolose 3:2)

Sikap Paulus seperti ini adalah salah satu karakteristik pengikut Kristus. Perhatikan saja hidup Yesus Kristus, Ia bukan orang yang materialistis, egois ataupun narsistis , tetapi ia juga bukan orang yang tidak peduli, apatis, aneh, tidak becus, semrawut atau pun gila. Ia adalah seorang yang memiliki tujuan, jadwal, agenda, bahkan manajemen keuangan, dan Yudas Iskariot adalah bendahara-Nya. Seperti Paulus, Yesus pernah berkata:”kumpulkanlah bagimu harta di sorga…”, bukan di bumi.

Murid Yesus yang lain, yaitu Yakobus, dalam suratnya mengatakan:”…persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah…”

Secara hurufiah pun Paulus sangat teliti. Ia menyebutkan kata “seolah-olah”, yang artinya “tidak benar-benar demikian”. Jadi seorang suami yang beristeri tidak benar-benar meninggalkan atau menceraikan suaminya. Orang yang bergembira lantas menjadi sedih. Atau, orang yang membeli barang-barang seketika itu membuang barang-barang yang ia beli.

Kesimpulannya, seorang Kristen haruslah tidak terikat secara emosi dengan dunia dan isinya. Karena keterikatan tersebut dapat menghambat atau menghalangi orang tersebut untuk memperoleh hal yang lebih baik, yang lebih berharga, lebih indah, dan lebih kekal, yaitu Kerajaan Sorga. Contoh nyata dalam hidup sehari-hari, orang Kristen bisa lupa akan arti dan tujuan hidupnya. Mereka bisa lupa berdoa, lupa membaca Alkitab, atau tidak pergi ke gereja karena urusan pribadi, bisnis, hobby, atau kesenangan diri sendiri. Bukankah hal semacam ini dapat menjadi potensi hilangnya iman dan keyakinan seorang Kristen? Dan, pada akhirnya orang Kristen yang seperti itu akan menjadi orang yang tidak percaya, menolak bahkan menentang kekristenan itu sendiri? Walau mungkin tidak secara blak-blakan atau berterus terang.

Doa:

Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat mengutamakan dan mengasihi Engkau, dan tidak menjadi materialis, egois atau narsistis, tetapi bijaksana menjalani hidup hamba sebagai murid Kristus. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Tidak ada komentar: