Minggu, 14 September 2008
Bacaan: I Kor 7:25-28
7:25 Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.
7:26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
7:27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
7:28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …tentang para gadis. …aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat …dari Allah.
• Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
• Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
• ...kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa.
• ...kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa.
• ...orang-orang yang kawin akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus membedakan antara perintah Tuhan dan pendapat pribadinya, meskipun ia sangat dihormati, dan perkataannya mudah diterima oleh Jemaat. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang rasul yang menjaga kemurnian firman Allah. Pendapat pribadi yang tidak dibedakan, atau dicampur aduk dengan firman Allah dapat menghasilkan konsekwensi yang buruk di masa yang akan datang. Orang-orang yang mendengarnya tidak memperoleh pesan yang murni dari Allah. Mungkin terjadi kebingungan, kesesatan, bahkan mungkin menghasilkan penolakan atau antipati terhadap kekristenan.
Sejarah mencatat berbagai ulah manusia yang mencampur aduk pendapat pribadi dan firman Allah dan akibat-akibatnya yang pahit dan memilukan. Sebut saja tentang jual-beli surat penghapusan dosa, perang salib, pembunuhan para dukun dan tukang sihir, penentuan angka kiamat, dan masih banyak lagi. Semuanya sangat tidak alkitabiah, walau mungkin menggunakan istilah, asesoris, personil ‘kristen’ atau dengan mengutip ayat alkitab yang tidak kontekstual.
Melalui perkataannya kepada Jemaat Korintus, Paulus ingin mengantisipasi berbagai beban baru yang mungkin timbul akibat pernikahan, perceraian, dan lain-lain. Wanita yang menikah, yang akan melahirkan anak, akan menanggung beban saat mengandung, melahirkan, mengurus, dan membesarkan anaknya. Pria yang menikah menanggung biaya keluarga, yakni istri dan anak-anaknya. Demikian pula suami atau istri yang bercerai. Mereka menanggung beban mental atau psikologis akibat kehilangan pasangan. Menanggung status duda, atau janda di tengah masyarakat. Jika memiliki anak, mereka harus mengurus dan membesarkan anak tanpa salah satunya.
Paulus tidak menggambarkan atau menjelaskan tentang “waktu darurat” yang ia sebutkan pada ayat 26, tetapi melalui perkataannya ini, jelas terlihat kepeduliannya terhadap jemaat, terhadap hal-hal rohani, keselamatan, dan kehidupan yang jauh lebih indah, yang kekal di sorga nanti.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat membedakan antara firman dan pendapat pribadi, dan menyampaikannya dengan benar sehingga menjadi berkat bagi orang lain. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar