Selasa, 23 September 2008
Bacaan: I Kor 7:32-34
7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran.
• Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
• Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
• …Orang yang beristeri perhatiannya terbagi-bagi.
• Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.
• …perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Seperti yang diucapkan Paulus sebelumnya, bahwa perkataan tersebut merupakan pendapat dan keinginan pribadi, yaitu bahwa ia ingin, supaya orang Kristen di Jemaat Korintus hidup tanpa kekuatiran.
Pendapat atau keinginan Paulus tersebut tentu saja bukan merupakan keharusan tetapi pilihan. Ia mengatakan bahwa menikah atau tidak, bukanlah merupakan sebuah dosa atau kesalahan. Tetapi, Paulus mengatakan suatu realitas bahwa orang yang menikah akan terbagi-bagi pikirannya, sedangkan orang yang tidak menikah, dapat memusatkan perhatian mereka hanya kepada Allah. Orang-orang yang menikah mau tidak mau harus memperhatikan hubungan pernikahan, sanak keluarga, mengurus anak, sekolah, isteri atau suami, dan membiayai setiap kebutuhan rumah tangga. Sebaliknya, orang-orang yang tidak menikah tidak terganggu perhatiannya dengan hal-hal tersebut.
Melalui tulisan ini, penting diperhatikan keinginan Paulus yang sangat mulia bagi Jemaat Korintus. Ia ingin agar Jemaat-nya hidup tanpa kekuatiran, terlepas dari apakah mereka akan menikah atau tidak. Paulus tidak memaksakan kehendaknya, tetapi meng-kategorikan perkataannya sebagai pendapat dan keinginan pribadinya.
Pemimpin rohani yang baik senantiasa menginginkan yang terbaik bagi Jemaat yang ia pimpin.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi pemimpin yang baik, yang senantiasa menginginkan yang terbaik bagi Jemaat Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar