Selasa, 23 September 2008
Bacaan: I Kor 8:7-9
8:7 Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.
8:8 “Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.
8:9 Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan “makan daging persembahan berhala”.
• Ada orang yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai oleh tindakan itu.
• “Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.
• …jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Di Jemaat Korintus terdapat mantan penyembah berhala. Dahulu mereka percaya bahwa dengan cara memakan daging persembahan berhala mereka berinteraksi atau menjalin hubungan dengan “allah”. Tetapi, di dalam jemaat tersebut pun terdapat pula murid Kristus yang tidak percaya akan hal-hal semacam itu. Mungkin, sebelum menjadi murid Kristus mereka menganut agama atau kepercayaan yang berbeda dari penyembah berhala, atau, mungkin atheis, atau semacamnya, yang tidak percaya kepada “allah” tetapi diri sendiri.
Paulus melihat perbedaan ini dan menanganinya dengan sangat baik. Ia tahu dan mengakui suatu kebenaran tentang makan daging persembahan berhala. Bahwa memakan atau makanan itu sendiri tidak membawa seseorang lebih dekat kepada Allah. Bedanya, Paulus tidak begitu saja memakan makanan tersebut seperti murid-murid lainnya yang tidak percaya kepada penyembahan berhala. Melainkan ia peduli dan memperhatikan kerohanian mantan penyembah berhala tersebut. Jangan sampai mereka melakukan aktifitas yang sama seperti dahulu, terngiang atau teringat akan kepercayaan lama, sehingga lambat laun kembali lagi menjadi penyembah berhala.
Seorang murid Kristus perlu menghindari tindakan, aktifitas atau lingkungan lama yang dapat mengingatkan bahkan mengembalikannya kepada hidup yang lama yang berdosa. Contohnya: mantan pecandu narkoba perlu menghindari lingkungan, lokasi atau tempat-tempat “narkoba”; demikian juga mantan kolektor foto atau video porno, mantan pelacur, mantan dukun, dan lain-lain, perlu menghindari tindakan, aktifitas atau lingkungan yang berbau dosa lama.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menghindari dosa lama dan menolong orang lain yang mengalami pergumulan akan hal tersebut. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Kamis, 25 September 2008
KOTAK SUARA YAHUDI
Minggu, 28 September 2008
Bacaan: I Kor 8:4-6
8:4 Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu:”tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
8:5 Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi-dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian-
8:6 namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …”tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
• …ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang seperti berhala…
• …bagi kita, hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup,…
• …bagi kita, hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Pertanyaan:
• Apa arti perkataan Paulus:”…hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, …, dan hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus…”?
Jawaban:
Sesuai Kitab Suci dan ajaran Yesus, Paulus menjelaskan tentang Allah dan tentang Yesus Kristus. Seperti Yesus, Paulus menyebut Allah dengan “Bapa” dan percaya bahwa untuk Dia saja manusia hidup atau berbakti (band. Mat 4:10).
Sedang mengenai Yesus, Paulus menjelaskan bahwa oleh Dia atau karena Dia segala sesuatu telah dijadikan. Dengan kata lain, Yesus adalah Pencipta alam semesta, dunia dan segala isinya. Bagaimana bisa? Bukankah Yesus lahir tahun 4 sebelum masehi? Alkitab mencatat claim Yesus mengenai ke-Tuhan-an-Nya. Pertama, Yesus mengatakan bahwa Ia ada sebelum Abraham (Yoh 8:58); Kedua, Yesus lebih dari seorang nabi atau raja (band. Mat 12:41-42:…sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!...dan sesungguhnya yang ada disini lebih daripada Salomo!”); dan masih banyak lagi claim yang disebutkan Yesus tentang diri-Nya seperti: Roti Hidup, Air Hidup, Pintu, Gembala yang baik, Jalan, Kebenaran dan Hidup, dan lain-lain.
Baik Paulus, Yohanes, Matius, dan rasul-rasul yang lain, memiliki pandangan dan kepercayaan yang sama tentang Yesus. Bahwa Allah telah ber-inkarnasi, datang, turun ke dunia, menjadi manusia. Atau dalam bahasa yang lebih modern dan sederhana, Philip Yancey pernah mengatakan hal ini: Allah dalam kotak suara orang Yahudi yang bernama Yesus (lih. Jesus i never knew by Philip Yancey)
Sebagai orang Kristen sejati, kita hanya percaya dan memandang Dia sesuai apa yang disingkapkan atau diungkapkan Allah melalui Kitab Suci. Tidak lebih dan tidak kurang.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat memiliki keyakinan akan Allah Bapa dan Yesus Kristus sesuai Kitab Suci dan menjaga keyakinan tersebut di dalam hati hamba. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 8:4-6
8:4 Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu:”tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
8:5 Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi-dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian-
8:6 namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …”tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
• …ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang seperti berhala…
• …bagi kita, hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup,…
• …bagi kita, hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Pertanyaan:
• Apa arti perkataan Paulus:”…hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, …, dan hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus…”?
Jawaban:
Sesuai Kitab Suci dan ajaran Yesus, Paulus menjelaskan tentang Allah dan tentang Yesus Kristus. Seperti Yesus, Paulus menyebut Allah dengan “Bapa” dan percaya bahwa untuk Dia saja manusia hidup atau berbakti (band. Mat 4:10).
Sedang mengenai Yesus, Paulus menjelaskan bahwa oleh Dia atau karena Dia segala sesuatu telah dijadikan. Dengan kata lain, Yesus adalah Pencipta alam semesta, dunia dan segala isinya. Bagaimana bisa? Bukankah Yesus lahir tahun 4 sebelum masehi? Alkitab mencatat claim Yesus mengenai ke-Tuhan-an-Nya. Pertama, Yesus mengatakan bahwa Ia ada sebelum Abraham (Yoh 8:58); Kedua, Yesus lebih dari seorang nabi atau raja (band. Mat 12:41-42:…sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!...dan sesungguhnya yang ada disini lebih daripada Salomo!”); dan masih banyak lagi claim yang disebutkan Yesus tentang diri-Nya seperti: Roti Hidup, Air Hidup, Pintu, Gembala yang baik, Jalan, Kebenaran dan Hidup, dan lain-lain.
Baik Paulus, Yohanes, Matius, dan rasul-rasul yang lain, memiliki pandangan dan kepercayaan yang sama tentang Yesus. Bahwa Allah telah ber-inkarnasi, datang, turun ke dunia, menjadi manusia. Atau dalam bahasa yang lebih modern dan sederhana, Philip Yancey pernah mengatakan hal ini: Allah dalam kotak suara orang Yahudi yang bernama Yesus (lih. Jesus i never knew by Philip Yancey)
Sebagai orang Kristen sejati, kita hanya percaya dan memandang Dia sesuai apa yang disingkapkan atau diungkapkan Allah melalui Kitab Suci. Tidak lebih dan tidak kurang.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat memiliki keyakinan akan Allah Bapa dan Yesus Kristus sesuai Kitab Suci dan menjaga keyakinan tersebut di dalam hati hamba. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
ANTARA PENGETAHUAN DAN KASIH
Sabtu, 27 September 2008
Bacaan: I Kor 8:1-3
8:1 Tentang daging persembahan berhala kita tahu:”kita semua mempunyai pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.
8:2 Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya..
8:3 Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …kita semua mempunyai pengetahuan tentang daging persembahan berhala.
• Pengetahuan tentang daging persembahan berhala itu membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.
• Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.
• …orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
Pertanyaan:
• Apa arti “pengetahuan” pada perkataan Paulus?
• Mengapa Paulus menghubungkan pengetahuan dengan kasih?
Jawaban:
Banyak orang menyembah berhala di Korintus pada zaman Paulus. Dari antara mereka ada yang menjadi murid Kristus dan anggota Jemaat Korintus. Kebiasaan atau pikiran tentang penyembahan berhala mungkin tidak hilang begitu saja dari dalam diri mereka. Mungkin masih terdapat kepercayaan atau pemikiran yang tidak prinsipil terhadap ajaran Kristen namun bersifat sensitif, dan dapat berakibat serius terhadap hubungan antar sesama anggota Jemaat dan dengan Allah.
Salah satu praktik penyembahan berhala adalah membawa makanan di depan patung berhala kemudian mengkonsumsinya. Dengan cara seperti itu mereka percaya bahwa mereka telah berinteraksi, atau menjalin hubungan dengan “allah” mereka. Selanjutnya mungkin mengajukan permintaan atau permohonan ini dan itu kepada “allah” tersebut.
Orang-orang Kristen di Korintus mengkonsumsi daging persembahan itu tanpa kepercayaan atau tujuan apa-apa. Sedangkan mantan penyembah berhala yang turut memakannya menjadi terngiang atau teringat akan agama mereka sebelumnya, bahkan mungkin dapat kembali lagi kepadanya.
Paulus menasihati anggota Jemaat Korintus tertentu untuk tidak hanya memperhatikan diri sendiri dan keuntungan pribadi dari daging persembahan berhala. Tetapi memperhatikan dampak atau akibat tindakan mereka yang mungkin mengancam kerohanian murid Kristus, mantan penyembah berhala.
Kekristenan bukan saja mengenai diri sendiri, tetapi juga mengenai orang lain, dan mengenai Allah, mengenai kehendak dan kasihNya, terlebih kepada jemaat-Nya. Orang Kristen yang mengasihi Allah akan membangun dan mengupayakan kebaikan-kebaikan bagi Jemaat-Nya, meskipun terkadang perlu mengorbankan keinginan atau kebebasan pribadi.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menguasai keinginan atau kebebasan yang mungkin mengganggu atau menyandung jemaat-Mu. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 8:1-3
8:1 Tentang daging persembahan berhala kita tahu:”kita semua mempunyai pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.
8:2 Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya..
8:3 Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …kita semua mempunyai pengetahuan tentang daging persembahan berhala.
• Pengetahuan tentang daging persembahan berhala itu membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.
• Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.
• …orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
Pertanyaan:
• Apa arti “pengetahuan” pada perkataan Paulus?
• Mengapa Paulus menghubungkan pengetahuan dengan kasih?
Jawaban:
Banyak orang menyembah berhala di Korintus pada zaman Paulus. Dari antara mereka ada yang menjadi murid Kristus dan anggota Jemaat Korintus. Kebiasaan atau pikiran tentang penyembahan berhala mungkin tidak hilang begitu saja dari dalam diri mereka. Mungkin masih terdapat kepercayaan atau pemikiran yang tidak prinsipil terhadap ajaran Kristen namun bersifat sensitif, dan dapat berakibat serius terhadap hubungan antar sesama anggota Jemaat dan dengan Allah.
Salah satu praktik penyembahan berhala adalah membawa makanan di depan patung berhala kemudian mengkonsumsinya. Dengan cara seperti itu mereka percaya bahwa mereka telah berinteraksi, atau menjalin hubungan dengan “allah” mereka. Selanjutnya mungkin mengajukan permintaan atau permohonan ini dan itu kepada “allah” tersebut.
Orang-orang Kristen di Korintus mengkonsumsi daging persembahan itu tanpa kepercayaan atau tujuan apa-apa. Sedangkan mantan penyembah berhala yang turut memakannya menjadi terngiang atau teringat akan agama mereka sebelumnya, bahkan mungkin dapat kembali lagi kepadanya.
Paulus menasihati anggota Jemaat Korintus tertentu untuk tidak hanya memperhatikan diri sendiri dan keuntungan pribadi dari daging persembahan berhala. Tetapi memperhatikan dampak atau akibat tindakan mereka yang mungkin mengancam kerohanian murid Kristus, mantan penyembah berhala.
Kekristenan bukan saja mengenai diri sendiri, tetapi juga mengenai orang lain, dan mengenai Allah, mengenai kehendak dan kasihNya, terlebih kepada jemaat-Nya. Orang Kristen yang mengasihi Allah akan membangun dan mengupayakan kebaikan-kebaikan bagi Jemaat-Nya, meskipun terkadang perlu mengorbankan keinginan atau kebebasan pribadi.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menguasai keinginan atau kebebasan yang mungkin mengganggu atau menyandung jemaat-Mu. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
TUJUAN ILAHI
Jumat, 26 September 2008
Bacaan: I Kor 7:39-40
7:39 Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
7:37 Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
• …menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya.
• …aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.
Pertanyaan:
Paulus mengatakan “…aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.” Apa hubungan pendapat itu dengan pendapat Paulus mengenai “suami-isteri”?
Jawaban:
Paulus sangat berhati-hati dan teliti dalam memberikan nasihat kepada Jemaat Korintus. Khususnya dalam membedakan antara pendapat pribadi dan firman Allah.
Ia pun sangat bertujuan, memiliki prinsip dan pendirian yang teguh. Terkesan dari setiap perkataan atau nasihatnya. Ia selalu mempertimbangkan apakah seorang janda Kristen menikah dengan orang percaya atau tidak. Atau, jika janda tersebut tidak menikah, apa dan bagaimana ia dapat hidup lebih berbahagia.
Dengan mengatakan bahwa ia pun mempunyai Roh Allah, Paulus hendak mengatakan bahwa pendapatnya secara eksplisit atau implisit, langsung atau tidak langsung, dipengaruhi oleh kehendak atau kebenaran Allah.
Pada kasus atau permasalahan tertentu, orang Kristen perlu mempertimbangkan apakah solusi atau keputusan yang diambil memiliki tujuan ilahi. Apakah konsekuensi, akibat atau hasil akhir dari keputusan dan solusi tersebut akan menjadikan seseorang menjadi lebih berbahagia, lebih rohani dan lebih optimal melayani Allah? Contohnya, orang Kristen yang akan pindah rumah, pindah kerja atau memilih pasangan hidup, perlu mempertimbangkan apakah kepindahan atau pilihan mereka memiliki tujuan-tujuan ilahi. Jika perubahan, kepindahan atau pilihan tersebut mengakibatkan mereka tidak dapat bersekutu atau berjemaat, atau tidak dapat melayani Allah, maka mereka harus meninggalkan atau melupakan pilihan itu.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menangani kasus atau permasalahan dengan pertimbangan akan kehenda, tujuan dan kebenaran Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:39-40
7:39 Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
7:37 Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
• …menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya.
• …aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.
Pertanyaan:
Paulus mengatakan “…aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.” Apa hubungan pendapat itu dengan pendapat Paulus mengenai “suami-isteri”?
Jawaban:
Paulus sangat berhati-hati dan teliti dalam memberikan nasihat kepada Jemaat Korintus. Khususnya dalam membedakan antara pendapat pribadi dan firman Allah.
Ia pun sangat bertujuan, memiliki prinsip dan pendirian yang teguh. Terkesan dari setiap perkataan atau nasihatnya. Ia selalu mempertimbangkan apakah seorang janda Kristen menikah dengan orang percaya atau tidak. Atau, jika janda tersebut tidak menikah, apa dan bagaimana ia dapat hidup lebih berbahagia.
Dengan mengatakan bahwa ia pun mempunyai Roh Allah, Paulus hendak mengatakan bahwa pendapatnya secara eksplisit atau implisit, langsung atau tidak langsung, dipengaruhi oleh kehendak atau kebenaran Allah.
Pada kasus atau permasalahan tertentu, orang Kristen perlu mempertimbangkan apakah solusi atau keputusan yang diambil memiliki tujuan ilahi. Apakah konsekuensi, akibat atau hasil akhir dari keputusan dan solusi tersebut akan menjadikan seseorang menjadi lebih berbahagia, lebih rohani dan lebih optimal melayani Allah? Contohnya, orang Kristen yang akan pindah rumah, pindah kerja atau memilih pasangan hidup, perlu mempertimbangkan apakah kepindahan atau pilihan mereka memiliki tujuan-tujuan ilahi. Jika perubahan, kepindahan atau pilihan tersebut mengakibatkan mereka tidak dapat bersekutu atau berjemaat, atau tidak dapat melayani Allah, maka mereka harus meninggalkan atau melupakan pilihan itu.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menangani kasus atau permasalahan dengan pertimbangan akan kehenda, tujuan dan kebenaran Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
ANTARA BAIK DAN LEBIH BAIK
Kamis, 25 September 2008
Bacaan: I Kor 7:36-38
7:36 Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.
7:37 Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
7:38 Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.
• … kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
• … orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.
Pertanyaan:
• Apa arti dan tujuan perkataan Paulus:”… orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.”?
Jawaban:
Kawin atau tidak kawin bukanlah dosa atau keharusan. Paulus mempertimbangkan pilihan atau kehendak bebas Jemaat Korintus. Jika seorang pria atau wanita menghendaki perkawinan, hal itu bukanlah dosa. Demikian juga jika seseorang menghendaki untuk tidak kawin, dan keputusan itu tidak dipaksa oleh orang lain, hal tersebut bahkan dinilai Paulus sebagai pilihan yang lebih baik. Mengapa? Karena orang Kristen yang tidak kawin dapat melayani Allah dengan potensi atau kapasitas waktu, energi, dan mobilitas yang lebih besar. Mereka bebas dari beban dan urusan-urusan keluarga atau rumah tangga.
Mungkin, itulah alasannya mengapa Yesus, Paulus, William Tyndale, dan tokoh-tokoh Kristen lainnya memilih untuk tidak menikah. Mereka memang ternyata sangat fokus, sangat efektif dan produktif dalam pelayanan mereka kepada Allah.
Orang-orang Kristen tidak patut mengharuskan atau mendiskreditkan seseorang yang tidak menikah, apalagi jika orang tersebut memiliki tujuan ilahi, fokus dalam pelayanan, produktif dan tahan “tidak kawin”.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan keyakinan yang dalam akan hal ini sehingga hamba dapat senantiasa menghormati orang yang tidak kawin dengan alasan dan tujuan yang benar. Dan juga dapat menolong orang-orang yang tidak kawin tanpa tujuan dan alasan yang rohani. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:36-38
7:36 Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.
7:37 Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
7:38 Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.
• … kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
• … orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.
Pertanyaan:
• Apa arti dan tujuan perkataan Paulus:”… orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.”?
Jawaban:
Kawin atau tidak kawin bukanlah dosa atau keharusan. Paulus mempertimbangkan pilihan atau kehendak bebas Jemaat Korintus. Jika seorang pria atau wanita menghendaki perkawinan, hal itu bukanlah dosa. Demikian juga jika seseorang menghendaki untuk tidak kawin, dan keputusan itu tidak dipaksa oleh orang lain, hal tersebut bahkan dinilai Paulus sebagai pilihan yang lebih baik. Mengapa? Karena orang Kristen yang tidak kawin dapat melayani Allah dengan potensi atau kapasitas waktu, energi, dan mobilitas yang lebih besar. Mereka bebas dari beban dan urusan-urusan keluarga atau rumah tangga.
Mungkin, itulah alasannya mengapa Yesus, Paulus, William Tyndale, dan tokoh-tokoh Kristen lainnya memilih untuk tidak menikah. Mereka memang ternyata sangat fokus, sangat efektif dan produktif dalam pelayanan mereka kepada Allah.
Orang-orang Kristen tidak patut mengharuskan atau mendiskreditkan seseorang yang tidak menikah, apalagi jika orang tersebut memiliki tujuan ilahi, fokus dalam pelayanan, produktif dan tahan “tidak kawin”.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan keyakinan yang dalam akan hal ini sehingga hamba dapat senantiasa menghormati orang yang tidak kawin dengan alasan dan tujuan yang benar. Dan juga dapat menolong orang-orang yang tidak kawin tanpa tujuan dan alasan yang rohani. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
ALASAN TIDAK MENIKAH
Rabu, 24 September 2008
Bacaan: I Kor 7:35
Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus: “Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.”
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus memperjelas perkataannya soal pernikahan dan pelayanan, bahwa ia memikirkan kepentingan jemaat. Orang-orang yang menikah akan menanggung beban badani atau jasmani dari pernikahan. Contohnya: mengurus rumah tangga, anak, isteri/ suami, sanak keluarga, dan membiayai kebutuhan atau keperluan keluarga. Sebaliknya orang-orang yang tidak menikah, yang tahan bertarak, dan dapat menguasai kemauannya terbebas dari beban atau gangguan semacam itu. Sehingga, orang-orang seperti itu dapat melayani Allah secara optimal tanpa gangguan.
Pendapat Paulus ini dapat dimengerti dan diterima karena ia mempunyai tujuan yang jelas, yaitu untuk melayani Allah secara optimal. Berbeda dengan orang-orang di zaman modern yang tidak mau menikah karena ingin bersenang-senang dan tidak suka dengan komitmen pernikahan. Dan tidak sedikit dari antara mereka terlibat dalam dosa percabulan, homoseksual, pesta pora, kemabukan, dan lain-lain.
Selama ada tujuan, potensi, dan tekad, keputusan untuk tidak menikah adalah pilihan mulia. Perhatikan saja bagaimana alkitab diterjemahkan oleh William Tyndale. Ia ternyata memang sangat optimal dalam pelayanannya. Ketika ia terancam bahaya dan terror karena menerjemahkan alkitab, ia tidak memiliki anak atau isteri untuk dibawa lari, disembunyikan atau disandera oleh para penentangnya.
Jadi, baik orang yang menikah atau tidak menikah harus memiliki alasan dan tujuan yang jelas di hadapan Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi suami dan kepala keluarga yang baik di hadapan Engkau, yang juga dapat melayani seoptimal mungkin. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:35
Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus: “Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.”
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus memperjelas perkataannya soal pernikahan dan pelayanan, bahwa ia memikirkan kepentingan jemaat. Orang-orang yang menikah akan menanggung beban badani atau jasmani dari pernikahan. Contohnya: mengurus rumah tangga, anak, isteri/ suami, sanak keluarga, dan membiayai kebutuhan atau keperluan keluarga. Sebaliknya orang-orang yang tidak menikah, yang tahan bertarak, dan dapat menguasai kemauannya terbebas dari beban atau gangguan semacam itu. Sehingga, orang-orang seperti itu dapat melayani Allah secara optimal tanpa gangguan.
Pendapat Paulus ini dapat dimengerti dan diterima karena ia mempunyai tujuan yang jelas, yaitu untuk melayani Allah secara optimal. Berbeda dengan orang-orang di zaman modern yang tidak mau menikah karena ingin bersenang-senang dan tidak suka dengan komitmen pernikahan. Dan tidak sedikit dari antara mereka terlibat dalam dosa percabulan, homoseksual, pesta pora, kemabukan, dan lain-lain.
Selama ada tujuan, potensi, dan tekad, keputusan untuk tidak menikah adalah pilihan mulia. Perhatikan saja bagaimana alkitab diterjemahkan oleh William Tyndale. Ia ternyata memang sangat optimal dalam pelayanannya. Ketika ia terancam bahaya dan terror karena menerjemahkan alkitab, ia tidak memiliki anak atau isteri untuk dibawa lari, disembunyikan atau disandera oleh para penentangnya.
Jadi, baik orang yang menikah atau tidak menikah harus memiliki alasan dan tujuan yang jelas di hadapan Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi suami dan kepala keluarga yang baik di hadapan Engkau, yang juga dapat melayani seoptimal mungkin. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
KEINGINAN YANG MULIA
Selasa, 23 September 2008
Bacaan: I Kor 7:32-34
7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran.
• Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
• Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
• …Orang yang beristeri perhatiannya terbagi-bagi.
• Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.
• …perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Seperti yang diucapkan Paulus sebelumnya, bahwa perkataan tersebut merupakan pendapat dan keinginan pribadi, yaitu bahwa ia ingin, supaya orang Kristen di Jemaat Korintus hidup tanpa kekuatiran.
Pendapat atau keinginan Paulus tersebut tentu saja bukan merupakan keharusan tetapi pilihan. Ia mengatakan bahwa menikah atau tidak, bukanlah merupakan sebuah dosa atau kesalahan. Tetapi, Paulus mengatakan suatu realitas bahwa orang yang menikah akan terbagi-bagi pikirannya, sedangkan orang yang tidak menikah, dapat memusatkan perhatian mereka hanya kepada Allah. Orang-orang yang menikah mau tidak mau harus memperhatikan hubungan pernikahan, sanak keluarga, mengurus anak, sekolah, isteri atau suami, dan membiayai setiap kebutuhan rumah tangga. Sebaliknya, orang-orang yang tidak menikah tidak terganggu perhatiannya dengan hal-hal tersebut.
Melalui tulisan ini, penting diperhatikan keinginan Paulus yang sangat mulia bagi Jemaat Korintus. Ia ingin agar Jemaat-nya hidup tanpa kekuatiran, terlepas dari apakah mereka akan menikah atau tidak. Paulus tidak memaksakan kehendaknya, tetapi meng-kategorikan perkataannya sebagai pendapat dan keinginan pribadinya.
Pemimpin rohani yang baik senantiasa menginginkan yang terbaik bagi Jemaat yang ia pimpin.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi pemimpin yang baik, yang senantiasa menginginkan yang terbaik bagi Jemaat Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:32-34
7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran.
• Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
• Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
• …Orang yang beristeri perhatiannya terbagi-bagi.
• Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.
• …perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Seperti yang diucapkan Paulus sebelumnya, bahwa perkataan tersebut merupakan pendapat dan keinginan pribadi, yaitu bahwa ia ingin, supaya orang Kristen di Jemaat Korintus hidup tanpa kekuatiran.
Pendapat atau keinginan Paulus tersebut tentu saja bukan merupakan keharusan tetapi pilihan. Ia mengatakan bahwa menikah atau tidak, bukanlah merupakan sebuah dosa atau kesalahan. Tetapi, Paulus mengatakan suatu realitas bahwa orang yang menikah akan terbagi-bagi pikirannya, sedangkan orang yang tidak menikah, dapat memusatkan perhatian mereka hanya kepada Allah. Orang-orang yang menikah mau tidak mau harus memperhatikan hubungan pernikahan, sanak keluarga, mengurus anak, sekolah, isteri atau suami, dan membiayai setiap kebutuhan rumah tangga. Sebaliknya, orang-orang yang tidak menikah tidak terganggu perhatiannya dengan hal-hal tersebut.
Melalui tulisan ini, penting diperhatikan keinginan Paulus yang sangat mulia bagi Jemaat Korintus. Ia ingin agar Jemaat-nya hidup tanpa kekuatiran, terlepas dari apakah mereka akan menikah atau tidak. Paulus tidak memaksakan kehendaknya, tetapi meng-kategorikan perkataannya sebagai pendapat dan keinginan pribadinya.
Pemimpin rohani yang baik senantiasa menginginkan yang terbaik bagi Jemaat yang ia pimpin.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi pemimpin yang baik, yang senantiasa menginginkan yang terbaik bagi Jemaat Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Senin, 15 September 2008
PILIHAN DAN KEPUTUSAN YANG BENAR
Senin, 22 September 2008
Bacaan: I Kor 7:12-14
7:12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
7:13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
7:14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...aku, ...katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
• ... kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
• ...suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya.
• Andaikata suami atau istri menceraikan pasangannya yang tidak beriman, niscaya anak-anak mereka adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.
Pertanyaan:
Apa arti “...suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya”?
Jawaban:
Perceraian memposisikan seseorang berada dalam situasi kondisi yang lebih mudah jatuh ke dalam dosa percabulan atau perzinahan. Mengapa? Karena jika orang tersebut tidak tahan bertarak, besar kemungkinannya ia akan menikah lagi atau melakukan hubungan seks di luar pernikahan, dengan orang lain yang bukan istri atau suaminya.
Jadi, jika seorang Kristen tidak menceraikan istri atau suami yang tidak beriman, berarti ia telah menjaga dan melindungi pasangannya dari dosa percabulan. Dengan cara demikian, ia telah menguduskan pasangannya.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan Jemaat jatuh ke dalam dosa, baik secara langsung ataupun tidak, baik dalam waktu dekat atau pun jangka panjang, diantisipasi oleh Paulus. Demikianlah seharusnya seorang Kristen menentukan langkah, pilihan dan keputusannya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menentukan langkah, pilihan dan keputusan yang benar di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:12-14
7:12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
7:13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
7:14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...aku, ...katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
• ... kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
• ...suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya.
• Andaikata suami atau istri menceraikan pasangannya yang tidak beriman, niscaya anak-anak mereka adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.
Pertanyaan:
Apa arti “...suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya”?
Jawaban:
Perceraian memposisikan seseorang berada dalam situasi kondisi yang lebih mudah jatuh ke dalam dosa percabulan atau perzinahan. Mengapa? Karena jika orang tersebut tidak tahan bertarak, besar kemungkinannya ia akan menikah lagi atau melakukan hubungan seks di luar pernikahan, dengan orang lain yang bukan istri atau suaminya.
Jadi, jika seorang Kristen tidak menceraikan istri atau suami yang tidak beriman, berarti ia telah menjaga dan melindungi pasangannya dari dosa percabulan. Dengan cara demikian, ia telah menguduskan pasangannya.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan Jemaat jatuh ke dalam dosa, baik secara langsung ataupun tidak, baik dalam waktu dekat atau pun jangka panjang, diantisipasi oleh Paulus. Demikianlah seharusnya seorang Kristen menentukan langkah, pilihan dan keputusannya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menentukan langkah, pilihan dan keputusan yang benar di hadapan Engkau. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
BUKAN CERAI TAPI DAMAI
Minggu, 21 September 2008
Bacaan: I Kor 7:10-11
7:10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.
7:11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Kepada orang-orang yang telah kawin...Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.
• ...jikalau seorang istri bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya.
• ...seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menyampaikan perintah Tuhan kepada orang-orang yang telah kawin di Jemaat Korintus bahwa mereka tidak boleh bercerai. Istri tidak boleh bercerai dengan suaminya, demikian pula suami tidak boleh menceraikan istrinya.
Jika salah satu dari antara mereka, baik istri atau pun suami menceraikan pasangannya, mereka harus tetap hidup tanpa suami atau istri yang lain. Atau, mereka harus berdamai satu dengan yang lain.
Artinya, permasalahan antara suami dan istri tidak harus diakhiri dengan perceraian. Hubungan pernikahan dapat dipulihkan dan dibina di dalam Kristus. Orang-orang yang telah kawin harus dapat berdamai, menerima kekurangan dan saling mengampuni satu sama lain.
Perceraian bukanlah solusi dari permasalahan dalam pernikahan, malah beresiko terhadap dosa percabulan atau perzinahan.
Orang-orang yang tidak memiliki keyakinan dalam hal ini akan dengan mudah bercerai, lalu kemudian menikah lagi bahkan mungkin berulang-ulang kali. Dapatkah Anda bayangkan jika semua orang melakukan hal yang demikian? Dimanakah terdapat kesetiaan, pengampunan, penerimaan, damai, dan kasih satu sama lain. Jika orang Kristen melakukan hal semacam itu, bukankah di dalam dirinya tidak terdapat nilai-nilai Kristus? Jika dalam diri seseorang tidak terdapat nilai-nilai Kristus, bukankah kekristenannya patut dipertanyakan?
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjaga dan membina hubungan pernikahan, dan juga dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam pernikahan orang lain. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:10-11
7:10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.
7:11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Kepada orang-orang yang telah kawin...Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.
• ...jikalau seorang istri bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya.
• ...seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menyampaikan perintah Tuhan kepada orang-orang yang telah kawin di Jemaat Korintus bahwa mereka tidak boleh bercerai. Istri tidak boleh bercerai dengan suaminya, demikian pula suami tidak boleh menceraikan istrinya.
Jika salah satu dari antara mereka, baik istri atau pun suami menceraikan pasangannya, mereka harus tetap hidup tanpa suami atau istri yang lain. Atau, mereka harus berdamai satu dengan yang lain.
Artinya, permasalahan antara suami dan istri tidak harus diakhiri dengan perceraian. Hubungan pernikahan dapat dipulihkan dan dibina di dalam Kristus. Orang-orang yang telah kawin harus dapat berdamai, menerima kekurangan dan saling mengampuni satu sama lain.
Perceraian bukanlah solusi dari permasalahan dalam pernikahan, malah beresiko terhadap dosa percabulan atau perzinahan.
Orang-orang yang tidak memiliki keyakinan dalam hal ini akan dengan mudah bercerai, lalu kemudian menikah lagi bahkan mungkin berulang-ulang kali. Dapatkah Anda bayangkan jika semua orang melakukan hal yang demikian? Dimanakah terdapat kesetiaan, pengampunan, penerimaan, damai, dan kasih satu sama lain. Jika orang Kristen melakukan hal semacam itu, bukankah di dalam dirinya tidak terdapat nilai-nilai Kristus? Jika dalam diri seseorang tidak terdapat nilai-nilai Kristus, bukankah kekristenannya patut dipertanyakan?
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjaga dan membina hubungan pernikahan, dan juga dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam pernikahan orang lain. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
MANFAAT PERNIKAHAN
Sabtu, 20 September 2008
Bacaan: I Kor 7:1-4
7:1 Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin,
7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.
7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
7:4 Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
Fakta:
1. Jemaat Korintus pernah menulis surat kepada Paulus. Besar kemungkinan, surat tersebut berisi pertanyaan tentang pernikahan, tentang sikap atau peran suami dan istri.
2. Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.
• Suami hendaknya memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
• Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus masih menyinggung tentang percabulan dan bagaimana solusi atau antisipasi terhadap dosa tersebut. Ia menilai sebagai hal yang baik jika seorang laki-laki tidak menikah, tetapi, demi mengantisipasi bahaya percabulan, Paulus pun menasihati agar setiap laki-laki atau perempuan menikah tetapi, dengan catatan, laki-laki hanya menikah dengan satu istri, dan perempuan dengan satu suami.
Paulus mengingatkan agar suami dapat memenuhi kewajibannya terhadap istri, demikian pula istri dapat memenuhi kewajibannya terhadap suami, termasuk dalam hal badani atau seksual, sehingga baik suami ataupun istri terhindar dari percabulan atau perzinahan.
Kurangnya hubungan seksual antara suami dan istri yang disebabkan oleh keegoisan antara satu sama lain dapat mengancam kelanggengan pernikahan, meskipun hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan oleh seorang suami atau istri untuk jatuh ke dalam dosa percabulan. Artinya, seorang laki-laki atau perempuan yang telah menikah seharusnya mendapat manfaat dari pernikahan, yakni terhindar dari percabulan bukan malah sebaliknya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat memiliki keyakinan yang dalam akan pernikahan, dan mengantisipasi dosa percabulan. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:1-4
7:1 Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin,
7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.
7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
7:4 Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
Fakta:
1. Jemaat Korintus pernah menulis surat kepada Paulus. Besar kemungkinan, surat tersebut berisi pertanyaan tentang pernikahan, tentang sikap atau peran suami dan istri.
2. Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.
• Suami hendaknya memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
• Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus masih menyinggung tentang percabulan dan bagaimana solusi atau antisipasi terhadap dosa tersebut. Ia menilai sebagai hal yang baik jika seorang laki-laki tidak menikah, tetapi, demi mengantisipasi bahaya percabulan, Paulus pun menasihati agar setiap laki-laki atau perempuan menikah tetapi, dengan catatan, laki-laki hanya menikah dengan satu istri, dan perempuan dengan satu suami.
Paulus mengingatkan agar suami dapat memenuhi kewajibannya terhadap istri, demikian pula istri dapat memenuhi kewajibannya terhadap suami, termasuk dalam hal badani atau seksual, sehingga baik suami ataupun istri terhindar dari percabulan atau perzinahan.
Kurangnya hubungan seksual antara suami dan istri yang disebabkan oleh keegoisan antara satu sama lain dapat mengancam kelanggengan pernikahan, meskipun hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan oleh seorang suami atau istri untuk jatuh ke dalam dosa percabulan. Artinya, seorang laki-laki atau perempuan yang telah menikah seharusnya mendapat manfaat dari pernikahan, yakni terhindar dari percabulan bukan malah sebaliknya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat memiliki keyakinan yang dalam akan pernikahan, dan mengantisipasi dosa percabulan. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
MENUNTASKAN DOSA DAN PENGARUHNYA
Jumat, 19 September 2008
Bacaan: I Kor 6:15-18
6:15 Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
6:16 Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging."
6:17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...tubuhmu adalah anggota Kristus...tidak akan kuambil anggota-Nya untuk diserahkan kepada percabulan.. Sekali-kali tidak!
• ...siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia..."Keduanya akan menjadi satu daging."
• ...siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menyebut dosa percabulan berulang kali dalam suratnya kepada Jemaat Korintus. Hal ini menunjukkan penolakan dan penentangannya terhadap dosa tersebut. Dosa ini pula yang paling mengancam kerohanian Jemaat karena kota Korintus penuh dengan praktik percabulan bahkan orang-orang di sana menganutnya sebagai agama atau penyembahan terhadap para dewa.
Dapat dibayangkan godaan dan tantangan Paulus dan Jemaat Korintus terhadap dosa ini. Tidak heran Paulus menyebut dosa ini berulang kali di dalam suratnya. Ia sangat fokus dalam menuntaskan dosa dan pengaruh dosa tersebut dari dalam Jemaat. Dan hal yang tidak kalah penting, Paulus mengarahkan pandangan Jemaat kepada Tuhan dengan mengatakan “...siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba untuk dapat senantiasa fokus dalam menuntaskan dosa dan pengaruhnya dari dalam Jemaat, dan dapat mengarahkan pandangan Jemaat hanya kepada Engkau . Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:15-18
6:15 Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
6:16 Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging."
6:17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...tubuhmu adalah anggota Kristus...tidak akan kuambil anggota-Nya untuk diserahkan kepada percabulan.. Sekali-kali tidak!
• ...siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia..."Keduanya akan menjadi satu daging."
• ...siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menyebut dosa percabulan berulang kali dalam suratnya kepada Jemaat Korintus. Hal ini menunjukkan penolakan dan penentangannya terhadap dosa tersebut. Dosa ini pula yang paling mengancam kerohanian Jemaat karena kota Korintus penuh dengan praktik percabulan bahkan orang-orang di sana menganutnya sebagai agama atau penyembahan terhadap para dewa.
Dapat dibayangkan godaan dan tantangan Paulus dan Jemaat Korintus terhadap dosa ini. Tidak heran Paulus menyebut dosa ini berulang kali di dalam suratnya. Ia sangat fokus dalam menuntaskan dosa dan pengaruh dosa tersebut dari dalam Jemaat. Dan hal yang tidak kalah penting, Paulus mengarahkan pandangan Jemaat kepada Tuhan dengan mengatakan “...siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba untuk dapat senantiasa fokus dalam menuntaskan dosa dan pengaruhnya dari dalam Jemaat, dan dapat mengarahkan pandangan Jemaat hanya kepada Engkau . Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
PENASIHAT ROHANI
Kamis, 18 September 2008
Bacaan: I Kor 6:5-6
6:5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?
6:6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Hal penanganan perkara di dalam Jemaat selama ini kukatakan untuk memalukan kamu.
• Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?
• Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya? (TEV Bible: Instead, one Christian goes to court against another and lets unbelievers judge the case)
Pertanyaan:
Apa latarbelakang dan arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus mengharapkan Jemaat Korintus dapat menyelesaikan perkara di antara mereka tanpa harus melibatkan orang lain di luar Jemaat. Orang lain di luar Jemaat Korintus pada zaman Paulus tentu saja tidak mempunyai nilai-nilai atau pengajaran yang sangat buruk. Korintus terkenal dengan penyembahan atau pengabdian kepada para dewa dan dosa percabulan.
Di zaman modern nasihat-nasihat ilmiah atau psikologis sifatnya tentu saja lebih baik dibanding dengan nasihat orang-orang di luar Jemaat Korintus. Namun demikian, orang Kristen tetap harus teliti dan dapat membedakan antara nasihat yang sempurna dari Allah atau nasihat yang palsu atau abu-abu.
Jika nasihat seseorang tidak sesuai atau bertolak belakang dengan prinsip atau nilai Alkitab, seorang murid Kristus harus dapat secara tegas menolak nasihat tersebut. Meskipun nasihat tersebut kedengarannya mempesona, atau berasal dari pakar, selebritis atau orang ternama sekalipun. Sebaliknya, jika seorang yang tampak buruk penampilannya, tidak berpendidikan, atau hal-hal lain yang kurang secara duniawi menyampaikan nasihat yang alkitabiah, setiap orang Kristen harus menerima dan mengaminkannya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan hamba keyakinan yang dalam senantiasa akan nasihat firmanMu dan mampukan hamba menjadi penasihat rohani yang efektif bagi orang lain. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:5-6
6:5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?
6:6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Hal penanganan perkara di dalam Jemaat selama ini kukatakan untuk memalukan kamu.
• Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?
• Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya? (TEV Bible: Instead, one Christian goes to court against another and lets unbelievers judge the case)
Pertanyaan:
Apa latarbelakang dan arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus mengharapkan Jemaat Korintus dapat menyelesaikan perkara di antara mereka tanpa harus melibatkan orang lain di luar Jemaat. Orang lain di luar Jemaat Korintus pada zaman Paulus tentu saja tidak mempunyai nilai-nilai atau pengajaran yang sangat buruk. Korintus terkenal dengan penyembahan atau pengabdian kepada para dewa dan dosa percabulan.
Di zaman modern nasihat-nasihat ilmiah atau psikologis sifatnya tentu saja lebih baik dibanding dengan nasihat orang-orang di luar Jemaat Korintus. Namun demikian, orang Kristen tetap harus teliti dan dapat membedakan antara nasihat yang sempurna dari Allah atau nasihat yang palsu atau abu-abu.
Jika nasihat seseorang tidak sesuai atau bertolak belakang dengan prinsip atau nilai Alkitab, seorang murid Kristus harus dapat secara tegas menolak nasihat tersebut. Meskipun nasihat tersebut kedengarannya mempesona, atau berasal dari pakar, selebritis atau orang ternama sekalipun. Sebaliknya, jika seorang yang tampak buruk penampilannya, tidak berpendidikan, atau hal-hal lain yang kurang secara duniawi menyampaikan nasihat yang alkitabiah, setiap orang Kristen harus menerima dan mengaminkannya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan hamba keyakinan yang dalam senantiasa akan nasihat firmanMu dan mampukan hamba menjadi penasihat rohani yang efektif bagi orang lain. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
NASIHAT ROHANI
Rabu, 17 September 2008
Bacaan: I Kor 6:1-2
6:1 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus?
6:2 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus?
• ...tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia?
• ...jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?
Pertanyaan:
Apa latarbelakang dan arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menegur Jemaat Korintus karena mereka melibatkan orang-orang yang tidak benar dalam perselisihan antar murid Kristus. Besar kemungkinannya bahwa nasihat atau solusi yang diberikan oleh orang-orang yang tidak benar itu adalah nasihat yang sesat atau tidak rohani. Apalagi di kota Korintus terdapat kepercayaan-kepercayaan kepada para dewa dan penyembahan berhala. Tentu saja nasihat yang tidak rohani tersebut dapat mengakibatkan dosa dan pelanggaran terhadap ajaran dan perintah Allah. Contohnya: Di Korintus para penyembah berhala melakukan percabulan raya. Sedangkan orang Kristen menolak bahkan mengusir orang-orang yang tidak bertobat dari dosa percabulan dari dalam Jemaat. Sangat berbeda dan bertentangan, bukan?
Carilah nasihat yang murni dari Alkitab dan dari orang-orang yang berpegang teguh kepada prinsip dan nilai firman-Nya saja.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menemukan nasihat atau pengajaran yang murni dari dalam firmanMu dan juga dapat mengajarkannya dengan efektif kepada orang lain. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:1-2
6:1 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus?
6:2 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus?
• ...tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia?
• ...jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?
Pertanyaan:
Apa latarbelakang dan arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menegur Jemaat Korintus karena mereka melibatkan orang-orang yang tidak benar dalam perselisihan antar murid Kristus. Besar kemungkinannya bahwa nasihat atau solusi yang diberikan oleh orang-orang yang tidak benar itu adalah nasihat yang sesat atau tidak rohani. Apalagi di kota Korintus terdapat kepercayaan-kepercayaan kepada para dewa dan penyembahan berhala. Tentu saja nasihat yang tidak rohani tersebut dapat mengakibatkan dosa dan pelanggaran terhadap ajaran dan perintah Allah. Contohnya: Di Korintus para penyembah berhala melakukan percabulan raya. Sedangkan orang Kristen menolak bahkan mengusir orang-orang yang tidak bertobat dari dosa percabulan dari dalam Jemaat. Sangat berbeda dan bertentangan, bukan?
Carilah nasihat yang murni dari Alkitab dan dari orang-orang yang berpegang teguh kepada prinsip dan nilai firman-Nya saja.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menemukan nasihat atau pengajaran yang murni dari dalam firmanMu dan juga dapat mengajarkannya dengan efektif kepada orang lain. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
TEGAS DAN ANTISIPATIF
Selasa, 16 September 2008
Bacaan: I Kor 5:12-13
5:12 Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?
5:13 Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat?
• ...kamu hanya dapat atau berhak menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat
• Orang yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah.
• Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus memberikan penegasan kepada Jemaat Korintus bahwa menghakimi orang yang jahat, yang tidak bertobat, atau tidak berdukacita atau menyesal dengan dosa-dosa yang mereka lakukan, patut diusir dari dalam Jemaat. Tindakan tersebut bukanlah tindakan yang kejam, atau tidak berprikemanusiaan, justru sangat bijaksana dan antisipatif.
Bayangkan saja jika seorang ayah menerima binatang atau hewan buas seperti harimau, serigala, ular berbisa, atau binatang buas lainnya, tinggal bersama di dalam rumahnya, dan berinteraksi langsung dengan keluarganya setiap hari. Bukankah binatang atau hewan buas tersebut akan mengancam dan membahayakan keluarga sang ayah tersebut?
Jika dalam hal jasmani, orang Kristen dapat mengerti dan menerima hal tersebut, tentunya dalam hal rohani pun orang Kristen semestinya tidak perlu merasa sukar atau keberatan dengan sikap atau tindakan yang sama tegas dan antisipatifnya. Sepertinya perkataan dan tindakan Paulus tersebut lebih merupakan antisipasi terhadap bahaya yang mengancam dan membahayakan jemaat Korintus daripada perasaan tidak suka yang subjektif terhadap anggota jemaat tertentu.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi orang yang bijaksana, tegas dan antisipatif. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 5:12-13
5:12 Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?
5:13 Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• ...dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat?
• ...kamu hanya dapat atau berhak menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat
• Orang yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah.
• Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus memberikan penegasan kepada Jemaat Korintus bahwa menghakimi orang yang jahat, yang tidak bertobat, atau tidak berdukacita atau menyesal dengan dosa-dosa yang mereka lakukan, patut diusir dari dalam Jemaat. Tindakan tersebut bukanlah tindakan yang kejam, atau tidak berprikemanusiaan, justru sangat bijaksana dan antisipatif.
Bayangkan saja jika seorang ayah menerima binatang atau hewan buas seperti harimau, serigala, ular berbisa, atau binatang buas lainnya, tinggal bersama di dalam rumahnya, dan berinteraksi langsung dengan keluarganya setiap hari. Bukankah binatang atau hewan buas tersebut akan mengancam dan membahayakan keluarga sang ayah tersebut?
Jika dalam hal jasmani, orang Kristen dapat mengerti dan menerima hal tersebut, tentunya dalam hal rohani pun orang Kristen semestinya tidak perlu merasa sukar atau keberatan dengan sikap atau tindakan yang sama tegas dan antisipatifnya. Sepertinya perkataan dan tindakan Paulus tersebut lebih merupakan antisipasi terhadap bahaya yang mengancam dan membahayakan jemaat Korintus daripada perasaan tidak suka yang subjektif terhadap anggota jemaat tertentu.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi orang yang bijaksana, tegas dan antisipatif. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Kamis, 11 September 2008
SEOLAH-OLAH
Senin, 15 September 2008
Bacaan: I Kor 7:29-31
7:29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
7:30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
7:31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
• …dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis;
• …orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira;
• …orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
• …orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya.
• …dunia …akan berlalu.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Sekilas, perkataan Paulus mengandung kebodohan dan tanda tanya bagi mereka yang mendengarnya. Orang-orang yang salah menilai mungkin mengira ia tidak peduli akan kehidupan, semrawut, tidak becus, aneh atau mungkin “gila”.
Secara esensial, Paulus bukan pertama kali mengatakan hal serupa. Dalam suratnya kepada Jemaat Kolose ia mengatakan:”Pikirkanlah perkara diatas, bukan yang di bumi.” (lih. Kolose 3:2)
Sikap Paulus seperti ini adalah salah satu karakteristik pengikut Kristus. Perhatikan saja hidup Yesus Kristus, Ia bukan orang yang materialistis, egois ataupun narsistis , tetapi ia juga bukan orang yang tidak peduli, apatis, aneh, tidak becus, semrawut atau pun gila. Ia adalah seorang yang memiliki tujuan, jadwal, agenda, bahkan manajemen keuangan, dan Yudas Iskariot adalah bendahara-Nya. Seperti Paulus, Yesus pernah berkata:”kumpulkanlah bagimu harta di sorga…”, bukan di bumi.
Murid Yesus yang lain, yaitu Yakobus, dalam suratnya mengatakan:”…persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah…”
Secara hurufiah pun Paulus sangat teliti. Ia menyebutkan kata “seolah-olah”, yang artinya “tidak benar-benar demikian”. Jadi seorang suami yang beristeri tidak benar-benar meninggalkan atau menceraikan suaminya. Orang yang bergembira lantas menjadi sedih. Atau, orang yang membeli barang-barang seketika itu membuang barang-barang yang ia beli.
Kesimpulannya, seorang Kristen haruslah tidak terikat secara emosi dengan dunia dan isinya. Karena keterikatan tersebut dapat menghambat atau menghalangi orang tersebut untuk memperoleh hal yang lebih baik, yang lebih berharga, lebih indah, dan lebih kekal, yaitu Kerajaan Sorga. Contoh nyata dalam hidup sehari-hari, orang Kristen bisa lupa akan arti dan tujuan hidupnya. Mereka bisa lupa berdoa, lupa membaca Alkitab, atau tidak pergi ke gereja karena urusan pribadi, bisnis, hobby, atau kesenangan diri sendiri. Bukankah hal semacam ini dapat menjadi potensi hilangnya iman dan keyakinan seorang Kristen? Dan, pada akhirnya orang Kristen yang seperti itu akan menjadi orang yang tidak percaya, menolak bahkan menentang kekristenan itu sendiri? Walau mungkin tidak secara blak-blakan atau berterus terang.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat mengutamakan dan mengasihi Engkau, dan tidak menjadi materialis, egois atau narsistis, tetapi bijaksana menjalani hidup hamba sebagai murid Kristus. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:29-31
7:29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
7:30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
7:31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
• …dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis;
• …orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira;
• …orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
• …orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya.
• …dunia …akan berlalu.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Sekilas, perkataan Paulus mengandung kebodohan dan tanda tanya bagi mereka yang mendengarnya. Orang-orang yang salah menilai mungkin mengira ia tidak peduli akan kehidupan, semrawut, tidak becus, aneh atau mungkin “gila”.
Secara esensial, Paulus bukan pertama kali mengatakan hal serupa. Dalam suratnya kepada Jemaat Kolose ia mengatakan:”Pikirkanlah perkara diatas, bukan yang di bumi.” (lih. Kolose 3:2)
Sikap Paulus seperti ini adalah salah satu karakteristik pengikut Kristus. Perhatikan saja hidup Yesus Kristus, Ia bukan orang yang materialistis, egois ataupun narsistis , tetapi ia juga bukan orang yang tidak peduli, apatis, aneh, tidak becus, semrawut atau pun gila. Ia adalah seorang yang memiliki tujuan, jadwal, agenda, bahkan manajemen keuangan, dan Yudas Iskariot adalah bendahara-Nya. Seperti Paulus, Yesus pernah berkata:”kumpulkanlah bagimu harta di sorga…”, bukan di bumi.
Murid Yesus yang lain, yaitu Yakobus, dalam suratnya mengatakan:”…persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah…”
Secara hurufiah pun Paulus sangat teliti. Ia menyebutkan kata “seolah-olah”, yang artinya “tidak benar-benar demikian”. Jadi seorang suami yang beristeri tidak benar-benar meninggalkan atau menceraikan suaminya. Orang yang bergembira lantas menjadi sedih. Atau, orang yang membeli barang-barang seketika itu membuang barang-barang yang ia beli.
Kesimpulannya, seorang Kristen haruslah tidak terikat secara emosi dengan dunia dan isinya. Karena keterikatan tersebut dapat menghambat atau menghalangi orang tersebut untuk memperoleh hal yang lebih baik, yang lebih berharga, lebih indah, dan lebih kekal, yaitu Kerajaan Sorga. Contoh nyata dalam hidup sehari-hari, orang Kristen bisa lupa akan arti dan tujuan hidupnya. Mereka bisa lupa berdoa, lupa membaca Alkitab, atau tidak pergi ke gereja karena urusan pribadi, bisnis, hobby, atau kesenangan diri sendiri. Bukankah hal semacam ini dapat menjadi potensi hilangnya iman dan keyakinan seorang Kristen? Dan, pada akhirnya orang Kristen yang seperti itu akan menjadi orang yang tidak percaya, menolak bahkan menentang kekristenan itu sendiri? Walau mungkin tidak secara blak-blakan atau berterus terang.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat mengutamakan dan mengasihi Engkau, dan tidak menjadi materialis, egois atau narsistis, tetapi bijaksana menjalani hidup hamba sebagai murid Kristus. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
FIRMAN ATAU PENDAPAT?
Minggu, 14 September 2008
Bacaan: I Kor 7:25-28
7:25 Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.
7:26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
7:27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
7:28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …tentang para gadis. …aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat …dari Allah.
• Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
• Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
• ...kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa.
• ...kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa.
• ...orang-orang yang kawin akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus membedakan antara perintah Tuhan dan pendapat pribadinya, meskipun ia sangat dihormati, dan perkataannya mudah diterima oleh Jemaat. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang rasul yang menjaga kemurnian firman Allah. Pendapat pribadi yang tidak dibedakan, atau dicampur aduk dengan firman Allah dapat menghasilkan konsekwensi yang buruk di masa yang akan datang. Orang-orang yang mendengarnya tidak memperoleh pesan yang murni dari Allah. Mungkin terjadi kebingungan, kesesatan, bahkan mungkin menghasilkan penolakan atau antipati terhadap kekristenan.
Sejarah mencatat berbagai ulah manusia yang mencampur aduk pendapat pribadi dan firman Allah dan akibat-akibatnya yang pahit dan memilukan. Sebut saja tentang jual-beli surat penghapusan dosa, perang salib, pembunuhan para dukun dan tukang sihir, penentuan angka kiamat, dan masih banyak lagi. Semuanya sangat tidak alkitabiah, walau mungkin menggunakan istilah, asesoris, personil ‘kristen’ atau dengan mengutip ayat alkitab yang tidak kontekstual.
Melalui perkataannya kepada Jemaat Korintus, Paulus ingin mengantisipasi berbagai beban baru yang mungkin timbul akibat pernikahan, perceraian, dan lain-lain. Wanita yang menikah, yang akan melahirkan anak, akan menanggung beban saat mengandung, melahirkan, mengurus, dan membesarkan anaknya. Pria yang menikah menanggung biaya keluarga, yakni istri dan anak-anaknya. Demikian pula suami atau istri yang bercerai. Mereka menanggung beban mental atau psikologis akibat kehilangan pasangan. Menanggung status duda, atau janda di tengah masyarakat. Jika memiliki anak, mereka harus mengurus dan membesarkan anak tanpa salah satunya.
Paulus tidak menggambarkan atau menjelaskan tentang “waktu darurat” yang ia sebutkan pada ayat 26, tetapi melalui perkataannya ini, jelas terlihat kepeduliannya terhadap jemaat, terhadap hal-hal rohani, keselamatan, dan kehidupan yang jauh lebih indah, yang kekal di sorga nanti.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat membedakan antara firman dan pendapat pribadi, dan menyampaikannya dengan benar sehingga menjadi berkat bagi orang lain. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:25-28
7:25 Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.
7:26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
7:27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
7:28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …tentang para gadis. …aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat …dari Allah.
• Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
• Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
• ...kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa.
• ...kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa.
• ...orang-orang yang kawin akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus membedakan antara perintah Tuhan dan pendapat pribadinya, meskipun ia sangat dihormati, dan perkataannya mudah diterima oleh Jemaat. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang rasul yang menjaga kemurnian firman Allah. Pendapat pribadi yang tidak dibedakan, atau dicampur aduk dengan firman Allah dapat menghasilkan konsekwensi yang buruk di masa yang akan datang. Orang-orang yang mendengarnya tidak memperoleh pesan yang murni dari Allah. Mungkin terjadi kebingungan, kesesatan, bahkan mungkin menghasilkan penolakan atau antipati terhadap kekristenan.
Sejarah mencatat berbagai ulah manusia yang mencampur aduk pendapat pribadi dan firman Allah dan akibat-akibatnya yang pahit dan memilukan. Sebut saja tentang jual-beli surat penghapusan dosa, perang salib, pembunuhan para dukun dan tukang sihir, penentuan angka kiamat, dan masih banyak lagi. Semuanya sangat tidak alkitabiah, walau mungkin menggunakan istilah, asesoris, personil ‘kristen’ atau dengan mengutip ayat alkitab yang tidak kontekstual.
Melalui perkataannya kepada Jemaat Korintus, Paulus ingin mengantisipasi berbagai beban baru yang mungkin timbul akibat pernikahan, perceraian, dan lain-lain. Wanita yang menikah, yang akan melahirkan anak, akan menanggung beban saat mengandung, melahirkan, mengurus, dan membesarkan anaknya. Pria yang menikah menanggung biaya keluarga, yakni istri dan anak-anaknya. Demikian pula suami atau istri yang bercerai. Mereka menanggung beban mental atau psikologis akibat kehilangan pasangan. Menanggung status duda, atau janda di tengah masyarakat. Jika memiliki anak, mereka harus mengurus dan membesarkan anak tanpa salah satunya.
Paulus tidak menggambarkan atau menjelaskan tentang “waktu darurat” yang ia sebutkan pada ayat 26, tetapi melalui perkataannya ini, jelas terlihat kepeduliannya terhadap jemaat, terhadap hal-hal rohani, keselamatan, dan kehidupan yang jauh lebih indah, yang kekal di sorga nanti.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat membedakan antara firman dan pendapat pribadi, dan menyampaikannya dengan benar sehingga menjadi berkat bagi orang lain. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
HAMBA ALLAH
Sabtu, 13 September 2008
Bacaan: I Kor 7:20-24
7:20 Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.
7:21 Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.
7:22 Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya.
7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
7:24 Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …tinggallah dalam keadaan, seperti waktu…dipanggil Allah.
• Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa!...jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.
• …seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan.
• …orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya.
• Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
• …hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.
Pertanyaan:
Apa arti perkataan Paulus “…janganlah kamu menjadi hamba manusia”?
Jawaban:
Para hamba pada zaman Paulus bukanlah orang bebas yang memiliki hak atas diri mereka. Sebaliknya mereka adalah orang-orang yang diperjual-belikan, yang patuh dan tunduk kepada majikan yang telah membeli dan membayar mereka lunas.
Paulus dengan cermat menghubungkan situasi-kondisi tersebut dengan kebenaran Allah, yakni, bahwa manusia adalah milik Allah, hamba Allah, yang telah dibeli dan telah lunas dibayar. Dengan kata lain, manusia yang satu tidak berhak atas manusia yang lain, kecuali Allah.
Surat Paulus mengenai hal ini telah menjadi acuan atau dasar bagi orang Kristen pada zaman dahulu dalam menentang perbudakan. Andai saja, alkitab, kekristenan dan rasul Paulus tidak pernah hadir di dunia, tentu saja perbudakan akan terus berlanjut bahkan mungkin mengkristal menjadi hal yang lebih buruk, melebar dan sukar untuk dilukiskan.
Para budak di dunia, mantan budak, calon budak ataupun keturunan budak secara langsung atau tidak langsung berhutang kepada Paulus, kepada kekristenan, dan yang paling utama, berhutang kepada Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Kami bersyukur karena Engkau telah menghapus perbudakan di dunia ini. Berikan hamba keyakinan yang dalam bahwa diri ini adalah milik Engkau dan hamba Engkau, bukan milik dunia atau milik si jahat. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:20-24
7:20 Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.
7:21 Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.
7:22 Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya.
7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
7:24 Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …tinggallah dalam keadaan, seperti waktu…dipanggil Allah.
• Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa!...jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.
• …seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan.
• …orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya.
• Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
• …hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.
Pertanyaan:
Apa arti perkataan Paulus “…janganlah kamu menjadi hamba manusia”?
Jawaban:
Para hamba pada zaman Paulus bukanlah orang bebas yang memiliki hak atas diri mereka. Sebaliknya mereka adalah orang-orang yang diperjual-belikan, yang patuh dan tunduk kepada majikan yang telah membeli dan membayar mereka lunas.
Paulus dengan cermat menghubungkan situasi-kondisi tersebut dengan kebenaran Allah, yakni, bahwa manusia adalah milik Allah, hamba Allah, yang telah dibeli dan telah lunas dibayar. Dengan kata lain, manusia yang satu tidak berhak atas manusia yang lain, kecuali Allah.
Surat Paulus mengenai hal ini telah menjadi acuan atau dasar bagi orang Kristen pada zaman dahulu dalam menentang perbudakan. Andai saja, alkitab, kekristenan dan rasul Paulus tidak pernah hadir di dunia, tentu saja perbudakan akan terus berlanjut bahkan mungkin mengkristal menjadi hal yang lebih buruk, melebar dan sukar untuk dilukiskan.
Para budak di dunia, mantan budak, calon budak ataupun keturunan budak secara langsung atau tidak langsung berhutang kepada Paulus, kepada kekristenan, dan yang paling utama, berhutang kepada Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Kami bersyukur karena Engkau telah menghapus perbudakan di dunia ini. Berikan hamba keyakinan yang dalam bahwa diri ini adalah milik Engkau dan hamba Engkau, bukan milik dunia atau milik si jahat. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
TAK PERLU BINGUNG
Jumat, 12 September 2008
Bacaan: I Kor 7:17-19
7:17 Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
7:18 Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.
7:19 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
• Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu.
• …kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan Paulus menetapkan hal itu, yakni agar tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan dan dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah?
Jawaban:
Setiap perubahan mengandung resiko dan potensi kekacauan. Orang-orang yang menjadi Kristen pada zaman Paulus mungkin mengalami kebingungan atau keraguan tentang bagaimana mereka menjalani hidup yang baru. Orang-orang non-Yahudi mungkin bertanya, apakah mereka harus disunat. Para budak atau hamba mungkin bertanya, apakah mereka harus melepaskan atau melarikan diri dari majikan mereka.
Dalam hal tertentu yang bersifat prinsipil, perubahan tentu harus dilakukan, apalagi yang berkaitan dengan dosa dan pertobatan, tetapi tidak demikian halnya dengan hal yang bersifat tidak prinsipil. Jika seseorang dapat hidup kudus dan benar di hadapan Allah tanpa harus mengalami perubahan status pekerjaan, pernikahan, dan lain-lain, orang tersebut harus tetap di dalam keadaan mereka sebelumnya. Tetapi, jika seseorang bekerja sebagai pelacur, gigolo, pencuri, perampok, mafia, pengusaha judi atau toto gelap, sudah tentu orang tersebut harus percaya kepada Allah, meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang baru.
Perubahan tidak harus dilakukan jika tidak berkaitan atau tidak ada sangkut pautnya dengan dosa dan pertobatan. Sebaliknya, perubahan harus dilakukan jika hal tersebut sangat berkaitan langsung dan memiliki sangkut paut dengan dosa dan pertobatan.
Dengan demikian orang yang telah menjadi murid Kristus tidak perlu ragu atau bingung lagi tentang bagaimana mereka harus menjalani hidup yang baru.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menolong calon atau murid Kristus yang baru sehingga mereka dapat menjalani hidup dengan tepat dan benar di hadapan Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:17-19
7:17 Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
7:18 Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.
7:19 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
• Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu.
• …kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.
Pertanyaan:
Apa arti dan tujuan Paulus menetapkan hal itu, yakni agar tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan dan dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah?
Jawaban:
Setiap perubahan mengandung resiko dan potensi kekacauan. Orang-orang yang menjadi Kristen pada zaman Paulus mungkin mengalami kebingungan atau keraguan tentang bagaimana mereka menjalani hidup yang baru. Orang-orang non-Yahudi mungkin bertanya, apakah mereka harus disunat. Para budak atau hamba mungkin bertanya, apakah mereka harus melepaskan atau melarikan diri dari majikan mereka.
Dalam hal tertentu yang bersifat prinsipil, perubahan tentu harus dilakukan, apalagi yang berkaitan dengan dosa dan pertobatan, tetapi tidak demikian halnya dengan hal yang bersifat tidak prinsipil. Jika seseorang dapat hidup kudus dan benar di hadapan Allah tanpa harus mengalami perubahan status pekerjaan, pernikahan, dan lain-lain, orang tersebut harus tetap di dalam keadaan mereka sebelumnya. Tetapi, jika seseorang bekerja sebagai pelacur, gigolo, pencuri, perampok, mafia, pengusaha judi atau toto gelap, sudah tentu orang tersebut harus percaya kepada Allah, meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang baru.
Perubahan tidak harus dilakukan jika tidak berkaitan atau tidak ada sangkut pautnya dengan dosa dan pertobatan. Sebaliknya, perubahan harus dilakukan jika hal tersebut sangat berkaitan langsung dan memiliki sangkut paut dengan dosa dan pertobatan.
Dengan demikian orang yang telah menjadi murid Kristus tidak perlu ragu atau bingung lagi tentang bagaimana mereka harus menjalani hidup yang baru.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menolong calon atau murid Kristus yang baru sehingga mereka dapat menjalani hidup dengan tepat dan benar di hadapan Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
GOODWILL
Kamis, 11 September 2008
Bacaan: I Kor 7:15-16
7:15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.
7:16 Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.
• …, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? …, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Suami atau isteri yang tidak beriman tentu saja memiliki pengertian dan keyakinan yang berbeda dengan pasangannya, yang beriman. Sehingga, apabila mereka memutuskan untuk bercerai, suami atau isteri yang beriman hanya dapat meyakinkan atau berupaya menyadarkan pasangannya.
Jika mereka tetap bersikeras, apa boleh buat, suami atau isteri yang beriman tidak dapat memaksakan pasangannya tersebut.
Tetapi Paulus sekali lagi melihat bahwa suami atau isteri yang beriman, memiliki peran, amanat atau mandat dari Allah untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus termasuk pasangannya yang tidak beriman. Sehingga pasangan mereka pun dapat beroleh keselamatan dari Allah.
Melalui hal ini dapat terlihat bahwa Paulus sangat bijaksana melihat suatu kasus atau permasalahan pernikahan. Ia dapat melihat realitas bahwa suami atau isteri yang tidak beriman memiliki hak dan pilihan mereka sendiri, dan suami atau istri yang beriman tidak dapat memaksakan kehendak terhadap orang yang tidak beriman. Tetapi, suami atau isteri yang beriman memiliki goodwill dari Allah untuk menolong pasangan mereka secara rohani.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa memiliki goodwill terhadap pasangan saya, dan juga dapat mengajarkan hal ini kepada orang lain. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:15-16
7:15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.
7:16 Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.
• …, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? …, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Suami atau isteri yang tidak beriman tentu saja memiliki pengertian dan keyakinan yang berbeda dengan pasangannya, yang beriman. Sehingga, apabila mereka memutuskan untuk bercerai, suami atau isteri yang beriman hanya dapat meyakinkan atau berupaya menyadarkan pasangannya.
Jika mereka tetap bersikeras, apa boleh buat, suami atau isteri yang beriman tidak dapat memaksakan pasangannya tersebut.
Tetapi Paulus sekali lagi melihat bahwa suami atau isteri yang beriman, memiliki peran, amanat atau mandat dari Allah untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus termasuk pasangannya yang tidak beriman. Sehingga pasangan mereka pun dapat beroleh keselamatan dari Allah.
Melalui hal ini dapat terlihat bahwa Paulus sangat bijaksana melihat suatu kasus atau permasalahan pernikahan. Ia dapat melihat realitas bahwa suami atau isteri yang tidak beriman memiliki hak dan pilihan mereka sendiri, dan suami atau istri yang beriman tidak dapat memaksakan kehendak terhadap orang yang tidak beriman. Tetapi, suami atau isteri yang beriman memiliki goodwill dari Allah untuk menolong pasangan mereka secara rohani.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa memiliki goodwill terhadap pasangan saya, dan juga dapat mengajarkan hal ini kepada orang lain. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Rabu, 10 September 2008
MENIKAH BUKAN KEHARUSAN?
Rabu, 10 September 2008
Bacaan: I Kor 7:7-9
7:7 Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.
7:8 Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.
7:9 Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.
• …kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.
• …kalau orang-orang dewasa yang belum menikah atau janda-janda tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka menikah.
• …lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menilai bahwa lebih baik tidak menikah jika memang seseorang memiliki karunia “tidak menikah” dan dapat menguasai diri dari hawa nafsu. Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki karunia tersebut, adalah lebih baik bagi mereka jika mereka menikah.
Dengan demikian orang-orang yang memiliki karunia “tidak menikah” akan lebih optimal atau lebih efektif dalam pelayanan. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang tidak memiliki karunia tersebut dapat terhindar dari percabulan melalui pernikahan kudus, sehingga orang-orang itu pun dapat melayani Allah tanpa gangguan.
Dengan kata lain, menikah atau tidak menikah bukan menjadi soal. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar seseorang dapat hidup kudus dan lebih optimal melayani Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan hamba keyakinan yang dalam hal ini sehingga hamba dapat dimampukan menangani persoalan-persoalan “menikah atau tidak menikah” dengan efektif. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:7-9
7:7 Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.
7:8 Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.
7:9 Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.
• …kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.
• …kalau orang-orang dewasa yang belum menikah atau janda-janda tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka menikah.
• …lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus menilai bahwa lebih baik tidak menikah jika memang seseorang memiliki karunia “tidak menikah” dan dapat menguasai diri dari hawa nafsu. Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki karunia tersebut, adalah lebih baik bagi mereka jika mereka menikah.
Dengan demikian orang-orang yang memiliki karunia “tidak menikah” akan lebih optimal atau lebih efektif dalam pelayanan. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang tidak memiliki karunia tersebut dapat terhindar dari percabulan melalui pernikahan kudus, sehingga orang-orang itu pun dapat melayani Allah tanpa gangguan.
Dengan kata lain, menikah atau tidak menikah bukan menjadi soal. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar seseorang dapat hidup kudus dan lebih optimal melayani Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan hamba keyakinan yang dalam hal ini sehingga hamba dapat dimampukan menangani persoalan-persoalan “menikah atau tidak menikah” dengan efektif. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
BE CAREFUL
Selasa, 9 September 2008
Bacaan: I Kor 7:5-6
7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
7:6 Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Janganlah suami-istri saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya baik suami maupun istri mendapat kesempatan untuk berdoa.
• …hendaklah suami-istri kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai salah seorang pun, karena suami atau pun istri tidak tahan bertarak.
• Hal ini kukatakan kepada para suami atau pun istri sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus mengantisipasi percabulan dan perzinahan terjadi dalam pernikahan long distance (jarak jauh) atau saling menjauh karena konflik di antara suami-istri.
Sesuai nasihat Paulus, terdapat 4 (tiga) hal penting dalam pernikahan jarak jauh atau saling menjauh:
1. Perpisahan bersifat sementara.
2. Perpisahan sementara disetujui atau disepakati bersama oleh suami dan istri.
3. Perpisahan bertujuan untuk berdoa kepada Allah bukan untuk hal lain, sehingga baik suami atau pun istri dapat memperoleh kekuatan rohani dan damai sejahtera dari Allah.
4. Suami-istri harus kembali hidup bersama-sama dengan situasi kondisi yang lebih baik.
Seorang suami atau istri yang kesal dan marah terhadap pasangannya dapat menjadi benci dan dendam jika mereka tidak berdoa kepada Allah. Kebencian atau dendam dapat berakhir dengan perceraian atau perzinahan dengan orang lain. Sepertinya itulah cara atau strategi Iblis dalam menghancurkan pernikahan. So, be careful!
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat waspada dan mengantisipasi diri dari perceraian atau perzinahan. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 7:5-6
7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
7:6 Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Janganlah suami-istri saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya baik suami maupun istri mendapat kesempatan untuk berdoa.
• …hendaklah suami-istri kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai salah seorang pun, karena suami atau pun istri tidak tahan bertarak.
• Hal ini kukatakan kepada para suami atau pun istri sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus mengantisipasi percabulan dan perzinahan terjadi dalam pernikahan long distance (jarak jauh) atau saling menjauh karena konflik di antara suami-istri.
Sesuai nasihat Paulus, terdapat 4 (tiga) hal penting dalam pernikahan jarak jauh atau saling menjauh:
1. Perpisahan bersifat sementara.
2. Perpisahan sementara disetujui atau disepakati bersama oleh suami dan istri.
3. Perpisahan bertujuan untuk berdoa kepada Allah bukan untuk hal lain, sehingga baik suami atau pun istri dapat memperoleh kekuatan rohani dan damai sejahtera dari Allah.
4. Suami-istri harus kembali hidup bersama-sama dengan situasi kondisi yang lebih baik.
Seorang suami atau istri yang kesal dan marah terhadap pasangannya dapat menjadi benci dan dendam jika mereka tidak berdoa kepada Allah. Kebencian atau dendam dapat berakhir dengan perceraian atau perzinahan dengan orang lain. Sepertinya itulah cara atau strategi Iblis dalam menghancurkan pernikahan. So, be careful!
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat waspada dan mengantisipasi diri dari perceraian atau perzinahan. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Senin, 01 September 2008
PERCABULAN? NO WAY!
Senin, 8 September 2008
Bacaan: I Kor 6:19-20
6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milikmu sendiri?
6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu,…
• …Roh Kudus…kamu peroleh dari Allah, -
• …kamu bukan milikmu sendiri…
• …kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:…
• …muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Secara umum, Paulus menentang kenajisan atau kenistaan dosa di dalam diri Jemaat Korintus sebagai bait Roh Kudus. Secara khusus, tulisan ini dilatarbelakangi dengan dosa percabulan oleh anggota tertentu di dalam jemaat.
Melalui tulisan ini, Paulus hendak mengatakan bahwa murid Kristus atau anggota jemaat adalah milik Allah bukan milik diri mereka sendiri. Mereka telah dibeli dan telah lunas dibayar. Artinya, tidak seorangpun yang berhak atas diri seorang murid Kristus, termasuk murid Kristus itu sendiri, kecuali Allah.
Paulus sering menggunakan frase “tidak tahukah kamu?”. Hal ini menunjukkan upaya rasul tersebut dalam menegaskan suatu pengertian yang dilupakan atau mengkonfirmasi hal yang belum disadari atau diyakini sepenuhnya. Kesimpulannya, Paulus hendak menyadarkan dan meyakinkan Jemaat Korintus bahwa mereka tidak dapat sesuka hati terhadap tubuh mereka, melainkan harus menjaga tubuh mereka agar tetap kudus dan tidak dicemari dengan dosa.
Kesadaran atau keyakinan yang kurang akan hal ini merupakan salah satu akibat mengapa seseorang mudah jatuh ke dalam dosa percabulan.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjaga diri agar tetap kudus dan tidak dicemari oleh dosa percabulan. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:19-20
6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milikmu sendiri?
6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu,…
• …Roh Kudus…kamu peroleh dari Allah, -
• …kamu bukan milikmu sendiri…
• …kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:…
• …muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Pertanyaan:
Apakah arti atau tujuan dari perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Secara umum, Paulus menentang kenajisan atau kenistaan dosa di dalam diri Jemaat Korintus sebagai bait Roh Kudus. Secara khusus, tulisan ini dilatarbelakangi dengan dosa percabulan oleh anggota tertentu di dalam jemaat.
Melalui tulisan ini, Paulus hendak mengatakan bahwa murid Kristus atau anggota jemaat adalah milik Allah bukan milik diri mereka sendiri. Mereka telah dibeli dan telah lunas dibayar. Artinya, tidak seorangpun yang berhak atas diri seorang murid Kristus, termasuk murid Kristus itu sendiri, kecuali Allah.
Paulus sering menggunakan frase “tidak tahukah kamu?”. Hal ini menunjukkan upaya rasul tersebut dalam menegaskan suatu pengertian yang dilupakan atau mengkonfirmasi hal yang belum disadari atau diyakini sepenuhnya. Kesimpulannya, Paulus hendak menyadarkan dan meyakinkan Jemaat Korintus bahwa mereka tidak dapat sesuka hati terhadap tubuh mereka, melainkan harus menjaga tubuh mereka agar tetap kudus dan tidak dicemari dengan dosa.
Kesadaran atau keyakinan yang kurang akan hal ini merupakan salah satu akibat mengapa seseorang mudah jatuh ke dalam dosa percabulan.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjaga diri agar tetap kudus dan tidak dicemari oleh dosa percabulan. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
DOSA TERHADAP DIRI SENDIRI
Minggu, 7 September 2008
Bacaan: I Kor 6:18
Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus: “Jauhkanlah dirimu dari percabulan! … orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Pertanyaan:
Apakah arti atau maksud Paulus tentang “…berdosa terhadap dirinya sendiri”?
Jawaban:
Dalam setiap kejadian atau peristiwa dosa pada umumnya terdapat unsur-unsur berikut: pelaku dosa, dosa itu sendiri, dan korban dosa. Pelaku dosa adalah mereka yang melakukan dosa, sedangkan dosa adalah apa yang pelaku dosa lakukan, dan korban dosa adalah mereka yang mendapat pengaruh dosa, atau yang menanggung akibat dari dosa.
Khusus dosa percabulan, korbannya adalah diri sendiri bukan orang lain. Sama halnya seperti seorang pembunuh yang mengarahkan senjatanya kepada diri sendiri bukan kepada orang lain.
Istilah umum tentang “suka sama suka” bukanlah nilai atau prinsip yang alkitabiah. Hubungan seks “suka sama suka” adalah dosa karena dilakukan di luar pernikahan yang suci dan kudus, tidak peduli apapun alasan atau argumentasinya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjaga diri dari dosa terhadap diri sendiri. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:18
Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus: “Jauhkanlah dirimu dari percabulan! … orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Pertanyaan:
Apakah arti atau maksud Paulus tentang “…berdosa terhadap dirinya sendiri”?
Jawaban:
Dalam setiap kejadian atau peristiwa dosa pada umumnya terdapat unsur-unsur berikut: pelaku dosa, dosa itu sendiri, dan korban dosa. Pelaku dosa adalah mereka yang melakukan dosa, sedangkan dosa adalah apa yang pelaku dosa lakukan, dan korban dosa adalah mereka yang mendapat pengaruh dosa, atau yang menanggung akibat dari dosa.
Khusus dosa percabulan, korbannya adalah diri sendiri bukan orang lain. Sama halnya seperti seorang pembunuh yang mengarahkan senjatanya kepada diri sendiri bukan kepada orang lain.
Istilah umum tentang “suka sama suka” bukanlah nilai atau prinsip yang alkitabiah. Hubungan seks “suka sama suka” adalah dosa karena dilakukan di luar pernikahan yang suci dan kudus, tidak peduli apapun alasan atau argumentasinya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjaga diri dari dosa terhadap diri sendiri. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
PENGAJAR YANG CAKAP
Sabtu, 6 September 2008
Bacaan: I Kor 6:14
6:14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus: “Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.”
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus “Allah, yang membangkitkan Tuhan…”?
Jawaban:
Besar kemungkinan bahwa Paulus merujuk kepada kebangkitan Yesus. Dan yang ia maksud dengan “Allah, yang membangkitkan Tuhan,…” adalah Allah Bapa, yang membangkitkan Allah Anak, yaitu Yesus Kristus.
Paulus sangat setia dan teguh berpegang kepada tulisan Alkitab tentang Trinitas atau Ke-Tritunggal-an Allah. Ia tidak mencoba memperjelas apa yang tidak dinyatakan Allah kepadanya dan kepada umatnya. Penulis surat Korintus tersebut sangat teliti dan bijaksana dalam melihat apa yang dinyatakan Allah, yang dapat dijelaskan dan apa yang belum atau tidak dinyatakan.
Sikap sombong atau sok tahu terhadap tulisan Alkitab tentu saja dapat mengakibatkan seseorang salah dalam mengartikan atau mengajarkannya kepada orang lain. Sedangkan seorang pengajar yang cakap dapat membedakan antara penyataan Allah, pendapat pribadi atau sesuatu yang belum atau tidak dinyatakan Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi pengajar yang cakap, yang setia dan berpegang teguh pada tulisan dan penyataan firman-Mu. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:14
6:14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus: “Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.”
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus “Allah, yang membangkitkan Tuhan…”?
Jawaban:
Besar kemungkinan bahwa Paulus merujuk kepada kebangkitan Yesus. Dan yang ia maksud dengan “Allah, yang membangkitkan Tuhan,…” adalah Allah Bapa, yang membangkitkan Allah Anak, yaitu Yesus Kristus.
Paulus sangat setia dan teguh berpegang kepada tulisan Alkitab tentang Trinitas atau Ke-Tritunggal-an Allah. Ia tidak mencoba memperjelas apa yang tidak dinyatakan Allah kepadanya dan kepada umatnya. Penulis surat Korintus tersebut sangat teliti dan bijaksana dalam melihat apa yang dinyatakan Allah, yang dapat dijelaskan dan apa yang belum atau tidak dinyatakan.
Sikap sombong atau sok tahu terhadap tulisan Alkitab tentu saja dapat mengakibatkan seseorang salah dalam mengartikan atau mengajarkannya kepada orang lain. Sedangkan seorang pengajar yang cakap dapat membedakan antara penyataan Allah, pendapat pribadi atau sesuatu yang belum atau tidak dinyatakan Allah.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba menjadi pengajar yang cakap, yang setia dan berpegang teguh pada tulisan dan penyataan firman-Mu. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
KEGUNAAN DAN KEKUDUSAN
Jumat, 5 September 2008
Bacaan: I Kor 6:12-13
6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
6:13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna.
• …aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
• Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: …kedua-duanya akan dibinasakan Allah.
• …tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus memberi pengertian kepada Jemaat Korintus agar mereka dapat menguasai diri dan tidak diperhamba oleh kedagingan atau hawa nafsu. Ia berharap agar Jemaat Korintus mempertimbangkan sisi kegunaan atau manfaat dari segala sesuatu, bukan asal atau sembarangan, apalagi harus menjadi hamba dosa, kedagingan atau keduniawian.
Paulus pun mengingatkan Jemaat Korintus agar kembali kepada pengertian dan rancangan Allah yaitu bahwa tubuh manusia harus dipersembahkan kepada Allah bukan kepada percabulan.
Melalui perkataan Paulus ini, dapat kita pelajari betapa pentingnya mempertimbangkan sisi kegunaan dari segala sesuatu. Dan disamping itu juga juga penting untuk melihat atau mengingat rancangan awal Allah terhadap hidup manusia.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa mempertimbangkan kegunaan atau manfaat segala sesuatu, dan juga menjaga diri agar tetap kudus bagi Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:12-13
6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
6:13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna.
• …aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
• Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: …kedua-duanya akan dibinasakan Allah.
• …tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Paulus memberi pengertian kepada Jemaat Korintus agar mereka dapat menguasai diri dan tidak diperhamba oleh kedagingan atau hawa nafsu. Ia berharap agar Jemaat Korintus mempertimbangkan sisi kegunaan atau manfaat dari segala sesuatu, bukan asal atau sembarangan, apalagi harus menjadi hamba dosa, kedagingan atau keduniawian.
Paulus pun mengingatkan Jemaat Korintus agar kembali kepada pengertian dan rancangan Allah yaitu bahwa tubuh manusia harus dipersembahkan kepada Allah bukan kepada percabulan.
Melalui perkataan Paulus ini, dapat kita pelajari betapa pentingnya mempertimbangkan sisi kegunaan dari segala sesuatu. Dan disamping itu juga juga penting untuk melihat atau mengingat rancangan awal Allah terhadap hidup manusia.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa mempertimbangkan kegunaan atau manfaat segala sesuatu, dan juga menjaga diri agar tetap kudus bagi Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
MANTAN PENDOSA
Kamis, 4 September 2008
Bacaan: I Kor 6:9b-11
6:9b Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,
6:10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
6:11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Jangan sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
• …beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu.
• …kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Beberapa anggota Jemaat Korintus adalah mantan orang cabul, mantan penyembah berhala, mantan orang berzinah, mantan banci, mantan pemburit, mantan pencuri, mantan orang kikir, mantan pemabuk, mantan pemfitnah, dan mantan penipu.
Melalui latar belakang beberapa anggota Jemaat Korintus tersebut, tergambar moralitas kota Korintus pada zaman itu. Jika ada orang cabul, berarti ada pula partner cabul-nya. Jika ada penyembah berhala, pasti ada fasilitas, izin praktik, pengikut, atau kelompoknya. Demikian pula dengan pemabuk, pezinah, banci dan pendosa-pendosa lainnya.
Sepertinya, kota Korintus mempunyai moralitas yang sangat korup. Dan hal ini merupakan godaan sekaligus tantangan bagi Jemaat di sana.
Paulus bukan saja menjadikan pendosa asal Korintus menjadi murid Yesus, tetapi juga menjaga mereka agar tidak kembali atau menjadi sama seperti para pendosa Korintus. Ia membimbing mereka untuk setia dan bertumbuh di dalam Dia (band Mat 28:19-20). Sehingga pada akhirnya, mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga dan mendapat tempat atau bagian di dalam-Nya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjadikan orang lain menjadi murid Kristus, dan membimbing mereka untuk tetap setia dan bertumbuh di dalam Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:9b-11
6:9b Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,
6:10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
6:11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Jangan sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
• …beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu.
• …kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus tersebut?
Jawaban:
Beberapa anggota Jemaat Korintus adalah mantan orang cabul, mantan penyembah berhala, mantan orang berzinah, mantan banci, mantan pemburit, mantan pencuri, mantan orang kikir, mantan pemabuk, mantan pemfitnah, dan mantan penipu.
Melalui latar belakang beberapa anggota Jemaat Korintus tersebut, tergambar moralitas kota Korintus pada zaman itu. Jika ada orang cabul, berarti ada pula partner cabul-nya. Jika ada penyembah berhala, pasti ada fasilitas, izin praktik, pengikut, atau kelompoknya. Demikian pula dengan pemabuk, pezinah, banci dan pendosa-pendosa lainnya.
Sepertinya, kota Korintus mempunyai moralitas yang sangat korup. Dan hal ini merupakan godaan sekaligus tantangan bagi Jemaat di sana.
Paulus bukan saja menjadikan pendosa asal Korintus menjadi murid Yesus, tetapi juga menjaga mereka agar tidak kembali atau menjadi sama seperti para pendosa Korintus. Ia membimbing mereka untuk setia dan bertumbuh di dalam Dia (band Mat 28:19-20). Sehingga pada akhirnya, mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga dan mendapat tempat atau bagian di dalam-Nya.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat menjadikan orang lain menjadi murid Kristus, dan membimbing mereka untuk tetap setia dan bertumbuh di dalam Engkau. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
KEKUDUSAN ATAU KEADILAN?
Rabu, 3 September 2008
Bacaan: I Kor 6:7-9a
6:7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
6:8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
6:9a Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Adanya…perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu.
• Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
• …kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
• …orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus berikut: “Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?”
Jawaban:
Paulus menilai bahwa menjadi korban ketidakadilan atau dirugikan oleh saudara-saudara di dalam Jemaat adalah lebih baik daripada menjadi pelaku ketidakadilan atau kerugian itu sendiri.
Dengan kata lain, Paulus menjaga hati Jemaat Korintus dari dosa kebencian, kepahitan, dendam atau dosa lainnya.
Ia, yang dahulu adalah seorang Sanhendrin, penganiaya orang Kristen, penganut mata ganti mata, gigi ganti gigi, telah diubahkan oleh kasih Kristus.
Bukan saja terinspirasi oleh kasih dan pengampunan-Nya, Paulus telah hidup seperti Kristus, bahkan mengatakan bahwa Kristus hidup di dalam dirinya (band. Gal 2: 20).
Ayat Renungan:
Gal 2: 20
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat memilih untuk menjadi kudus dan benar meski harus menerima ketidakadilan. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:7-9a
6:7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
6:8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
6:9a Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• Adanya…perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu.
• Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
• …kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
• …orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?
Pertanyaan:
Apakah arti perkataan Paulus berikut: “Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?”
Jawaban:
Paulus menilai bahwa menjadi korban ketidakadilan atau dirugikan oleh saudara-saudara di dalam Jemaat adalah lebih baik daripada menjadi pelaku ketidakadilan atau kerugian itu sendiri.
Dengan kata lain, Paulus menjaga hati Jemaat Korintus dari dosa kebencian, kepahitan, dendam atau dosa lainnya.
Ia, yang dahulu adalah seorang Sanhendrin, penganiaya orang Kristen, penganut mata ganti mata, gigi ganti gigi, telah diubahkan oleh kasih Kristus.
Bukan saja terinspirasi oleh kasih dan pengampunan-Nya, Paulus telah hidup seperti Kristus, bahkan mengatakan bahwa Kristus hidup di dalam dirinya (band. Gal 2: 20).
Ayat Renungan:
Gal 2: 20
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar senantiasa dapat memilih untuk menjadi kudus dan benar meski harus menerima ketidakadilan. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
PERKARA DAN MANDAT
Selasa, 2 September 2008
Bacaan: I Kor 6:3-4
6:3 Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.
6:4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …kita akan menghakimi malaikat-malaikat…dan perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.
• …kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, jangan menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat…
Pertanyaan:
1. Apakah arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
2. Apa arti “kita akan menghakimi malaikat-malaikat”?
Jawaban:
Paulus membedakan perkara ke dalam dua kategori. Pertama, perkara biasa, dan kedua, perkara luar biasa. Yang dimaksudkan oleh Paulus tentang perkara biasa adalah menyangkut penyelesaian perselisihan antar anggota di dalam Jemaat dan disiplin terhadap anggota jemaat yang tidak mau bertobat. Sedangkan yang dimaksud dengan perkara luar biasa adalah menyangkut hari penghakiman, hidup kekal, dan hal-hal yang bersifat supranatural.
Paulus tidak menjelaskan lebih jauh tentang perkara-perkara luar biasa kecuali tentang murid Kristus atau Jemaat yang akan menghakimi malaikat-malaikat yang membelot, atau yang lebih dikenal dengan sebutan iblis.
Dengan demikian, Paulus menekankan bahwa jika murid Kristus atau anggota Jemaat diberi mandat menyelesaikan perkara luar biasa, mengapa mereka seolah tidak berdaya menyelesaiakan perkara biasa, dengan cara menyerahkannya kepada orang duniawi atau tidak berhikmat.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan keyakinan yang dalam akan mandat yang Engkau anugerahkan dalam hidup hamba. Dan mampukan hamba agar senantiasa dapat menyelesaikan berbagai perkara-perkara biasa di dalam Jemaat. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 6:3-4
6:3 Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.
6:4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat?
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …kita akan menghakimi malaikat-malaikat…dan perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.
• …kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, jangan menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat…
Pertanyaan:
1. Apakah arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
2. Apa arti “kita akan menghakimi malaikat-malaikat”?
Jawaban:
Paulus membedakan perkara ke dalam dua kategori. Pertama, perkara biasa, dan kedua, perkara luar biasa. Yang dimaksudkan oleh Paulus tentang perkara biasa adalah menyangkut penyelesaian perselisihan antar anggota di dalam Jemaat dan disiplin terhadap anggota jemaat yang tidak mau bertobat. Sedangkan yang dimaksud dengan perkara luar biasa adalah menyangkut hari penghakiman, hidup kekal, dan hal-hal yang bersifat supranatural.
Paulus tidak menjelaskan lebih jauh tentang perkara-perkara luar biasa kecuali tentang murid Kristus atau Jemaat yang akan menghakimi malaikat-malaikat yang membelot, atau yang lebih dikenal dengan sebutan iblis.
Dengan demikian, Paulus menekankan bahwa jika murid Kristus atau anggota Jemaat diberi mandat menyelesaikan perkara luar biasa, mengapa mereka seolah tidak berdaya menyelesaiakan perkara biasa, dengan cara menyerahkannya kepada orang duniawi atau tidak berhikmat.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan keyakinan yang dalam akan mandat yang Engkau anugerahkan dalam hidup hamba. Dan mampukan hamba agar senantiasa dapat menyelesaikan berbagai perkara-perkara biasa di dalam Jemaat. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
KASIH DAN KETEGASAN
Senin, 1 September 2008
Bacaan: I Kor 5:9-11
5:9 Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.
5:10 Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini.
5:11 Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk, atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.
• ...bukan dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini.
• ...jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk, atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.
Pertanyaan:
1. Apakah arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
2. Apa arti “makan bersama-sama” pada zaman Paulus?
Jawaban:
Paulus mengantisipasi penerimaan dosa dan pengaruhnya di dalam Jemaat sehingga mengakibatkan Jemaat tersebut melakukan hal yang sama, atau menjadi sama seperti si pendosa.
Sepertinya orang berdosa tertentu di dalam Jemaat Korintus tidak mau bertobat, dan menjadi sama seperti dunia. Orang-orang tersebut sudah tidak memiliki sikap, hati, dan karakter seperti murid-murid Kristus di dalam Jemaat. Paulus tidak menganggap mereka saudara asli tetapi saudara palsu.
Paulus adalah rasul yang penuh kasih tetapi ia juga adalah rasul yang tegas. Ia tahu dan cermat menjaga Jemaat Allah dari dosa dan pengaruh saudara palsu, yakni mereka yang sudah tidak memiliki dukacita atau penyesalan terhadap dosa di dalam dirinya.
Di zaman Paulus, makan bersama merupakan bentuk penerimaan, persaudaraan atau kekeluargaan. Dan Paulus tidak menghendaki Jemaat Korintus makan bersama dengan saudara-saudara palsu tersebut.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan hamba hati yang penuh kasih dan tegas terhadap dosa, dan dapat menerapkannya dengan tepat dan benar. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 5:9-11
5:9 Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.
5:10 Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini.
5:11 Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk, atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.
Fakta:
Paulus berkata kepada Jemaat Korintus:
• …telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.
• ...bukan dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini.
• ...jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk, atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.
Pertanyaan:
1. Apakah arti dan tujuan perkataan Paulus tersebut?
2. Apa arti “makan bersama-sama” pada zaman Paulus?
Jawaban:
Paulus mengantisipasi penerimaan dosa dan pengaruhnya di dalam Jemaat sehingga mengakibatkan Jemaat tersebut melakukan hal yang sama, atau menjadi sama seperti si pendosa.
Sepertinya orang berdosa tertentu di dalam Jemaat Korintus tidak mau bertobat, dan menjadi sama seperti dunia. Orang-orang tersebut sudah tidak memiliki sikap, hati, dan karakter seperti murid-murid Kristus di dalam Jemaat. Paulus tidak menganggap mereka saudara asli tetapi saudara palsu.
Paulus adalah rasul yang penuh kasih tetapi ia juga adalah rasul yang tegas. Ia tahu dan cermat menjaga Jemaat Allah dari dosa dan pengaruh saudara palsu, yakni mereka yang sudah tidak memiliki dukacita atau penyesalan terhadap dosa di dalam dirinya.
Di zaman Paulus, makan bersama merupakan bentuk penerimaan, persaudaraan atau kekeluargaan. Dan Paulus tidak menghendaki Jemaat Korintus makan bersama dengan saudara-saudara palsu tersebut.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Berikan hamba hati yang penuh kasih dan tegas terhadap dosa, dan dapat menerapkannya dengan tepat dan benar. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)