Rabu, 3 Desember 2008
Bacaan: I Kor 13:1-3
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Siapa yang nggak mau jadi orang hebat? Semua orang menginginkannya. Jika tidak, untuk apakah orang pergi ke sekolah, belajar, mengikuti kursus ini dan itu, seminar, dan lain-lain? Mengapa orang-orang bekerja keras, mengejar prestasi, meningkatkan karir, mengejar posisi atau jabatan, mencoba meningkatkan kualitas diri atau menambah skill? Mengapa para atlit berlatih dengan keras, meningkatkan ketangkasannya, kekuatan, kecepatan, atau ketepatannya? Untuk apakah orang tua bekerja keras, menginvestasikan waktu, tenaga dan uangnya jika tidak menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang hebat di masa depan?
Atau, siapakah yang mau menjadi pecundang? Siapa yang mau menjadi orang kelas dua atau yang terbelakang? Yang kurang terpandang, kurang dihormati, atau kurang diperhatikan? Murid-murid Yesus saja ribut soal siapa yang terbesar di antara mereka. Mereka juga marah dan iri hati ketika Ibu Yohanes dan Yakobus mengajukan agar kedua anaknya ditempatkan di sebelah kiri dan kanan Yesus.
Bukan saja manusia bahkan ada juga malaikat yang ingin menjadi hebat dan menyamai Tuhan. Ia biasa disebut Iblis (band. Yes 14:12-14). Kesimpulannya, semua orang ingin menjadi hebat. Pertanyaannya, salahkah keinginan itu? Seperti apakah kehebatan menurut manusia dan seperti apakah kehebatan menurut Tuhan? Apakah ada bedanya? Jika ya, apakah perbedaannya?
Patut diakui bahwa orang-orang di zaman modern telah terjebak dengan apa yang disebut sebagai materialisme, konsumerisme, egoisme dan narsisme. Kehebatan atau keberhasilan seseorang seringkali diukur berdasarkan materi, posisi, pangkat atau jabatan, popularitas, networking dan lain-lain. Sehingga orang-orang yang menganggap dirinya kaya raya, terkenal atau berpangkat sering kali menjadi sombong bahkan lupa diri. Sebaliknya orang yang menganggap dirinya tidak demikian mengalami “peers pressure”, yaitu suatu tekanan mental yang mengakibatkan perasaan minder, rendah diri atau juga iri hati.
Padahal, Tuhan tidak menghendaki manusia hanya menjadi hebat tetapi menjadi berguna. Menjadi hebat hanyalah satu hal. Dan menjadi hebat tidaklah lengkap tanpa menjadi berguna. Dan menjadi berguna adalah menjadi hebat menurut Tuhan.
Bacalah sekali lagi ayat I Korintus 13:1-3. Jika disingkat menjadi satu kalimat, kira-kira akan menjadi seperti ini:
”Kehebatan tanpa kasih = Tidak berguna”
Dengan demikian apakah yang menjadikan manusia menjadi berguna? Kasih. Kasihlah yang menjadikan manusia menjadi berguna. Kehebatan berupa kekuatan, keahlian, kepintaran, kecakapan atau kemahiran, ketangkasan, pengetahuan, networking, dan lain-lain, yang dibarengi dengan kasih akan menjadikan si empunya kehebatan itu menjadi berguna. Jika tidak, maka ia tak ubahnya seperti sebuah potensi atau kekuatan yang tidak bermakna. Ia seperti senapan tanpa peluru, busur tanpa anak panah, atau umban tanpa batu. Potensi atau kekuatan tanpa tujuan atau arah yang benar yang dikehendaki Allah adalah tidak berguna bagi-Nya.
Kasihilah sesamamu manusia dengan kasih yang berasal dari Allah. Barengilah dan padukanlah kehebatan Anda dengan kasih yang daripada-Nya, maka Anda akan menjadi berguna di hadapan Dia. Pandanglah salib-Nya, kasih dan pengorbanan-Nya. Bersyukurlah senantiasa kepada-Nya dan karena-Nya, sehingga Anda dapat dimampukan untuk mengasihi sesama Anda. Karena Allah adalah Kasih. Dan dari Dialah kasih itu berasal. Kasih yang menjadikan Anda berguna.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengasihi sesama dengan kasih yang berasal daripada Engkau sehingga hamba dapat menjadi berguna di hadapan-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Bacaan: I Kor 13:1-3
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Siapa yang nggak mau jadi orang hebat? Semua orang menginginkannya. Jika tidak, untuk apakah orang pergi ke sekolah, belajar, mengikuti kursus ini dan itu, seminar, dan lain-lain? Mengapa orang-orang bekerja keras, mengejar prestasi, meningkatkan karir, mengejar posisi atau jabatan, mencoba meningkatkan kualitas diri atau menambah skill? Mengapa para atlit berlatih dengan keras, meningkatkan ketangkasannya, kekuatan, kecepatan, atau ketepatannya? Untuk apakah orang tua bekerja keras, menginvestasikan waktu, tenaga dan uangnya jika tidak menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang hebat di masa depan?
Atau, siapakah yang mau menjadi pecundang? Siapa yang mau menjadi orang kelas dua atau yang terbelakang? Yang kurang terpandang, kurang dihormati, atau kurang diperhatikan? Murid-murid Yesus saja ribut soal siapa yang terbesar di antara mereka. Mereka juga marah dan iri hati ketika Ibu Yohanes dan Yakobus mengajukan agar kedua anaknya ditempatkan di sebelah kiri dan kanan Yesus.
Bukan saja manusia bahkan ada juga malaikat yang ingin menjadi hebat dan menyamai Tuhan. Ia biasa disebut Iblis (band. Yes 14:12-14). Kesimpulannya, semua orang ingin menjadi hebat. Pertanyaannya, salahkah keinginan itu? Seperti apakah kehebatan menurut manusia dan seperti apakah kehebatan menurut Tuhan? Apakah ada bedanya? Jika ya, apakah perbedaannya?
Patut diakui bahwa orang-orang di zaman modern telah terjebak dengan apa yang disebut sebagai materialisme, konsumerisme, egoisme dan narsisme. Kehebatan atau keberhasilan seseorang seringkali diukur berdasarkan materi, posisi, pangkat atau jabatan, popularitas, networking dan lain-lain. Sehingga orang-orang yang menganggap dirinya kaya raya, terkenal atau berpangkat sering kali menjadi sombong bahkan lupa diri. Sebaliknya orang yang menganggap dirinya tidak demikian mengalami “peers pressure”, yaitu suatu tekanan mental yang mengakibatkan perasaan minder, rendah diri atau juga iri hati.
Padahal, Tuhan tidak menghendaki manusia hanya menjadi hebat tetapi menjadi berguna. Menjadi hebat hanyalah satu hal. Dan menjadi hebat tidaklah lengkap tanpa menjadi berguna. Dan menjadi berguna adalah menjadi hebat menurut Tuhan.
Bacalah sekali lagi ayat I Korintus 13:1-3. Jika disingkat menjadi satu kalimat, kira-kira akan menjadi seperti ini:
”Kehebatan tanpa kasih = Tidak berguna”
Dengan demikian apakah yang menjadikan manusia menjadi berguna? Kasih. Kasihlah yang menjadikan manusia menjadi berguna. Kehebatan berupa kekuatan, keahlian, kepintaran, kecakapan atau kemahiran, ketangkasan, pengetahuan, networking, dan lain-lain, yang dibarengi dengan kasih akan menjadikan si empunya kehebatan itu menjadi berguna. Jika tidak, maka ia tak ubahnya seperti sebuah potensi atau kekuatan yang tidak bermakna. Ia seperti senapan tanpa peluru, busur tanpa anak panah, atau umban tanpa batu. Potensi atau kekuatan tanpa tujuan atau arah yang benar yang dikehendaki Allah adalah tidak berguna bagi-Nya.
Kasihilah sesamamu manusia dengan kasih yang berasal dari Allah. Barengilah dan padukanlah kehebatan Anda dengan kasih yang daripada-Nya, maka Anda akan menjadi berguna di hadapan Dia. Pandanglah salib-Nya, kasih dan pengorbanan-Nya. Bersyukurlah senantiasa kepada-Nya dan karena-Nya, sehingga Anda dapat dimampukan untuk mengasihi sesama Anda. Karena Allah adalah Kasih. Dan dari Dialah kasih itu berasal. Kasih yang menjadikan Anda berguna.
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengasihi sesama dengan kasih yang berasal daripada Engkau sehingga hamba dapat menjadi berguna di hadapan-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar