Jumat, 19 Desember 2008

AYAM PANGGANG DALAM OVEN

Selasa, 16 Desember 2008

Bacaan: Roma 4:9-12

4:9 Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran.
4:10 Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya.
4:11 Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia disunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka,
4:12 dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.

Anda mungkin pernah mendengar ilustrasi “Ayam Panggang Dalam Oven”. Saya akan menggunakannya untuk mendapat gambaran tentang keadaan bangsa Yahudi di zaman Paulus. Mungkin ilustrasi ini bukanlah ilustrasi yang sempurna, dan saya pun tidak berharap Anda lebih mengingatnya daripada Alkitab dan kebenaran yang terkandung di dalamnya. Jika demikian izinkan saya menyampaikannya sebelum menjelaskan Roma 4:9-12.

Seorang gadis kecil menyaksikan ibunya memenggal leher seekor ayam panggang, memotong ekornya lalu memasukkannya ke dalam sebuah oven. Sang ibu menatap wajah gadis kecil itu dengan senyum lalu bertanya: ”Apa yang kau perhatikan, nak?” Sang anak bertanya: ”Ibu, mengapa ibu memenggal leher ayam itu dan memotong ekornya?” Sang ibu menjawab: ”Sejak dulu nenekmu melakukannya dan mengajarkannya seperti itu kepada ibu.” Singkat cerita, sang gadis kecil bertumbuh dewasa dan menjadi ibu dari seorang gadis kecil pula. Di dapur dengan aktifitas yang serupa, gadis kecilnya bertanya: ”Ibu, mengapa ibu memenggal leher ayam itu dan memotong ekornya? Bukankah bagian leher dan ekor ayam itu dapat dimakan dan dinikmati dagingnya?” Ibu gadis kecil itu menjawab: ”Entahlah nak, nenekmu melakukannya sejak dulu dan mengajarkannya kepada ibu. Dan menurut beliau, nenek moyang kita telah melakukannya sejak dulu.”

Waktu berjalan, generasi demi generasi dilahirkan hingga ditemukan peninggalan sejarah keluarga berupa tulisan atau catatan yang menyebutkan, bahwa pemenggalan leher ayam dan ekor disebabkan karena oven di masa itu sangat kecil, sehingga tidak dapat memuat ayam panggang dengan utuh masuk ke dalamnya. Maka sejak saat itu, keluarga gadis kecil tidak lagi memenggal leher dan memotong ekor ayam mengingat oven-oven di masa selanjutnya jauh lebih bagus dan besar ukurannya.

Dari ilustrasi “Ayam Panggang Dalam Oven” tadi dapat ditemukan 3 (tiga) kesalahan utama:
1. Sang ibu tidak tahu alasan, latar belakang atau dasar, mengapa memenggal leher ayam dan memotong ekornya.
2. Sang ibu tidak mencari tahu tetapi mengikuti kebiasaan ibunya dan mengajarkannya kepada anaknya.
3. Sang ibu melakukan tindakan yang sama di zaman yang berbeda dengan oven yang berbeda pula.

Demikian pula halnya dengan bangsa Yahudi di zaman Paulus, mereka tidak tahu alasan, latar belakang atau dasar dari sunat dan hukum Taurat yang sesungguhnya yaitu iman. Bangsa itu tidak mencari tahu kebenaran tetapi hanya mengikuti kebiasaan leluhur atau nenek moyang mereka dan mengajarkannya turun temurun. Mereka tetap menerapkan sunat, hukum Taurat termasuk persembahan korban penghapusan dosa di zaman Perjanjian Baru di mana Kristus adalah kegenapan atau kesempurnaan dari hukum Taurat (band. Kol 2:16-17).

Padahal kebenaran itu bukan saja nyata melalui kisah Abraham tetapi juga secara eksplisit disebutkan di buku Perjanjian Lama, yaitu Habakuk 2:4b yang berbunyi demikian:
“… orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.”

Orang Kristen di masa kini dapat mengambil pelajaran untuk tidak hanya mengikuti tindakan atau kebiasaan yang tidak berdasar atas iman Kristen atau firman Allah. Sekalipun tindakan atau kebiasaan itu dipandang agung atau sakral, orang Kristen tidak harus mengikutinya apalagi mengajarkannya turun temurun.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa mengikuti tindakan atau kebiasaan yang berdasar atas iman Kristen atau firman Engkau saja. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.



Tidak ada komentar: