Minggu, 28 Desember 2008

ALASAN HIDUP YANG LEBIH TINGGI


Sabtu, 19 Desember 2008

Bacaan: Lukas 12:22-24

12:22 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.
12:23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.
12:24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu

Pernahkah Anda bertanya mengapa atau untuk apa Anda hidup? Percayakah Anda bahwa Anda ada di dunia bukan tanpa tujuan? Percayakah Anda bahwa perjuangan Anda di dunia bukan semata-mata untuk mendapatkan makan, minum dan berpakaian?

Saya tidak sedang memulai kelas filsafat atau sedang mengajak Anda untuk berpikir filosofis atau sedang mengadakan debat filsuf dengan Anda. Saya ingin mengajak Anda untuk menemukan jawaban yang jelas dan final di Alkitab.

Manusia mempunyai alasan yang rohani untuk hidup. Bukan sekadar makan, minum, berpakaian, atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani lainnya. Meskipun di dalam hidup manusia terdapat aktifitas makan-minum dan berpakaian, tetapi semua itu sesungguhnya bukanlah alasan utama dan terpenting bagi manusia.

Berikut ini adalah pesan Allah kepada manusia:
1. Mencari dahulu Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya (band. Mat 6:31-33)
2. Mencari Dia dengan segenap hati (band. Kis 17:27).
3. Menjadi murid-Nya dan menjadikan orang lain menjadi murid-Nya (band. Mat 28:19-20).
4. Bertobat dan melayani Allah (band. Kis 26:20).
5. Dan masih banyak lagi yang intinya memenuhi kehendak dan panggilan-Nya.

Kenyataannya, kekuatiran menghalangi seseorang untuk memenuhi panggilan atau kehendak Allah. Kekuatiran menyebabkan seseorang tidak mengutamakan Tuhan. Itu adalah produk dari ketidakpercayaan kepada penyediaan Allah, yang menghalangi seseorang untuk percaya kepada kasih-Nya. Bukankah Allah pernah berkata bahwa Ia memperhatikan manusia dan mengadakan penyediaan bagi mereka jauh lebih dari bunga bakung dan burung di udara yang tidak berusaha? Jadi, jika seseorang kuatir akan hidupnya itu berarti bahwa ia tidak percaya kepada pernyataan Allah tentang preferensi-Nya terhadap manusia.

Kebenaran ini tidak sedang menyatakan bahwa manusia tidak perlu menjadi pengelola yang baik di dalam hidupnya. Karena prinsip pengelolaan sendiri berasal dari Tuhan. Tetapi pengelolaan tidak boleh dijadikan dalih untuk menjadi kuatir dan tidak mengutamakan Tuhan. Manusia semestinya mengelola waktunya selain harta bendanya atau yang lain. Dan menempatkan Tuhan di posisi yang pertama di dalam pengelolaannya.

Di dalam dunia usaha dan pekerjaan banyak terdapat orang-orang yang kuatir dan tidak percaya kepada penyediaan Allah. Ekstrimnya mereka menjadi serakah dan hampir tidak memikirkan apa-apa selain bisnis atau pekerjaan. Orang-orang yang demikian biasanya berpikir bahwa mereka adalah satu-satunya pribadi yang dapat memenuhi semua kebutuhan. Mereka lupa bahwa Tuhanlah satu-satunya yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sebab apa yang diperoleh manusia sesungguhnya berasal dari Allah. Tanpa Allah manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan kata lain upaya manusia adalah sia-sia jika tanpa Tuhan.

Para pebisnis atau pekerja Kristen perlu membedakan antara pebisnis atau pekerja yang kuatir dan yang bekerja keras. Pebisnis atau pekerja yang kuatir digerakkan oleh kekuatirannya sehingga mereka bukannya bekerja keras tetapi bekerja dengan “gila” bahkan tidak jarang menjadi serakah, curang atau licik. Sedangkan pebisnis atau pekerja yang bekerja keras dapat menguasai diri dan menjadi optimal sesuai waktu yang disediakan di mana Tuhan tetap menjadi prioritas utama. Di samping itu pebisnis atau pekerja yang bekerja keras juga menyediakan waktunya untuk hal-hal penting lainnya yaitu untuk beristirahat, untuk kehidupan keluarga, sosial, dan lain-lain.

Di zaman modern manusia belajar selangkah dari kesalahan di zaman yang lalu yaitu untuk bekerja “smart”, bekerja efektif, dan bekerja dengan “teamwork”. Semua itu pada dasarnya adalah hasil pembelajaran dari bekerja “gila” atau ‘gila kerja’ yang pada akhirnya terbukti justru merugikan para pebisnis atau pekerja khususnya di dalam pribadi, keluarga dan sosial. Ada pula pekerja menemukan dirinya terbaring di ranjang rumah sakit dalam kurun waktu yang panjang karena tidak pernah beristirahat. Bukankah semua ini menunjukkan kebenaran Allah bahwa manusia semestinya jangan kuatir tetapi percaya kepada Allah? Dan lebih dari sekadar me-manage perasaan kuatir manusia semestinya stop untuk kuatir.

Sekali lagi, alasan hidup manusia adalah untuk memenuhi panggilan dan kehendak Tuhan bukan yang lain. Persilahkan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Anda. Anda adalah makhluk yang lebih tinggi dari hewan dan tanaman. Anda tidak hidup untuk makan, minum dan berpakaian tetapi untuk alasan-alasan yang jauh lebih tinggi yaitu yang rohani dan ilahi.

Alangkah menyedihkan jika seseorang hanya hidup untuk makan dan minum saja. Karena jika demikian apakah bedanya ia dengan (maaf) hewan atau tanaman? Bukankah lebih berarti dan tepat jika seseorang hidup untuk memuliakan Allah. Untuk memenuhi panggilan-Nya, untuk melakukan kehendak-Nya, untuk bekerja, melakukan sesuatu, melayani, memberi kontribusi di dalam Kerajaan-Nya?

Kita hidup karena alasan-alasan yang lebih tinggi yaitu yang rohani.

Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa memenuhi panggilan dan kehendak Engkau bukan yang lain. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Tidak ada komentar: