Bacaan: Mat 5:3
5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga
Memang, pada zaman Yesus, orang-orang sangat tertekan dan terhimpit secara ekonomi. Di samping itu, secara politis pun, bangsa Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Sekelompok orang yang disebut orang Zelot di sana masih terus berusaha keras mempertahankan tanah airnya, mengusir penjajah demi merebut kemerdekaan. Bayang-bayang tentang kesejahteraan ekonomi, pemerintahan atau kerajaan yang baru terpatri dalam hati dan pikiran mereka. Tetapi, sekali lagi, khotbah Yesus bukanlah tentang hal-hal tersebut. Bukan karena Yesus cuek atau tidak peduli dengan situasi kondisi yang sedang mereka alami. Malah sebaliknya, Yesus sangat amat peduli. Bedanya, bagi Yesus, persoalan spiritual atau rohani pada masa itu tidak kalah mendesaknya dibandingkan persoalan-persoalan yang lain.
Selain krisis ekonomi dan politik, orang-orang di zaman Yesus juga mengalami krisis kerohanian. Pesan Tuhan tertutup kabut legalisme. Tidak ada pertobatan tetapi upacara-upacara, peraturan-peraturan, aktifitas-aktifitas relijius. Tanpa gairah, tanpa hubungan, tanpa kejujuran dan tanpa kerendahan hati.
Tokoh-tokoh agama seperti orang-orang Farisi tidak bicara soal hati. Mereka terus menerus berpikir dan berbicara soal peraturan demi peraturan baru, mensahkan yang baru dan menerbitkan yang baru. Semakin lama semakin sukar dan berat saja peraturan-peraturan tersebut. Dengan begitu mereka menilai atau beranggapan bahwa adalah merupakan suatu achievement jika orang-orang dapat atau sanggup menerapkan dan mengikutinya. Hal yang sama dengan aksi berbeda dilakukan oleh orang Esene. Dengan semakin jauh, terpencil, tersembunyi dan terpisah dari dunia, mereka mungkin beranggapan bahwa semakin banyak dan besar pula achievement yang mereka peroleh atau dapatkan. Tanpa membahas tentang orang Zelot, orang Romawi, dan orang awam Yahudi yang mungkin sudah bosan, eneg dan tidak peduli dengan agama. Tidak jauh berbeda dengan orang Saduki yang hidup “hari ini” dan untuk “hari ini”, karena mereka tidak percaya akan kebangkitan dan hari “esok”.
Situasi kondisi tersebut sepertinya dicermati Yesus dengan kebiasaannya yang selalu mengasosiasikan pesan-pesan yang ingin Ia sampaikan melalui keadaan terkini manusia. Apa yang sedang dialami, yang sedang dirasakan atau dipikirkan oleh manusia seringkali digunakan-Nya untuk menyampaikan pesan-pesan yang benar, tepat dan tidak kadaluwarsa. Makanya, Ia menyerukan: Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Dengan kata-kata yang lain Yesus menyerukan, “Hey, jangan mengandalkan legalisme Anda, kekuatan fisik Anda, politik atau ekonomi Anda, pikiran Anda atau kepercayaan diri Anda! Jangan bergantung dan bersandar kepada itu semua! Tetapi, andalkanlah Tuhan, bergantunglah dan bersandarlah hanya kepada Nya saja!”
Selain mengasosiasikan sesuatu, Yesus seringkali juga memperjelas pesan-Nya dengan mengkontraskan apa yang benar dengan yang salah atau yang paling buruk. Untuk lebih jelas lagi, perhatikanlah kontras-kontras yang terdapat di Injil Lukas berikut ini:
Luk 18:10-14 adalah tentang orang Farisi yang kaya di hadapan Allah dan pemungut cukai yang miskin di hadapan Allah.
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Luk 18:18-25 semakin memperjelas lagi yaitu ketika Yesus menjawab pemuda yang sangat bergantung, mengandalkan atau menyandarkan diri kepada kekuatan ekonomi-nya yaitu harta benda.
18:18 Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
18:19 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.
18:20 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu."
18:21 Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
18:22 Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
18:23 Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya.
18:24 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.
18:25 Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Maka semakin jelaslah pesan Yesus yaitu sebagai berikut:
Bergantunglah dan bersandarlah kepada Tuhan saja. Andalkanlah Dia bukan yang lain, maka Anda dijamin pasti 100% akan bahagia dan kebahagiaan Anda tidak dapat diambil, dicuri atau hilang lenyap. Statement ini bukan janji tetapi ilahi sifatnya, benar, sejati, kekal, dan tidak terbantahkan. Jika demikian, maka Andalah yang empunya Kerajaan Sorga. Anda adalah warga-Nya.
Referensi: Wikipedia; PASH Matius oleh DR. William Barclay - Penerbit BPK Gunung Mulia; Audio Sermon Grace to You - Happy are the Poor in Spirit by Mac Arthur, John; Audio Sermon Berean Publication House - Seri Khotbah di Bukit oleh Pdt. Harliem Salim
Copyright © 2009 by Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga
Memang, pada zaman Yesus, orang-orang sangat tertekan dan terhimpit secara ekonomi. Di samping itu, secara politis pun, bangsa Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Sekelompok orang yang disebut orang Zelot di sana masih terus berusaha keras mempertahankan tanah airnya, mengusir penjajah demi merebut kemerdekaan. Bayang-bayang tentang kesejahteraan ekonomi, pemerintahan atau kerajaan yang baru terpatri dalam hati dan pikiran mereka. Tetapi, sekali lagi, khotbah Yesus bukanlah tentang hal-hal tersebut. Bukan karena Yesus cuek atau tidak peduli dengan situasi kondisi yang sedang mereka alami. Malah sebaliknya, Yesus sangat amat peduli. Bedanya, bagi Yesus, persoalan spiritual atau rohani pada masa itu tidak kalah mendesaknya dibandingkan persoalan-persoalan yang lain.
Selain krisis ekonomi dan politik, orang-orang di zaman Yesus juga mengalami krisis kerohanian. Pesan Tuhan tertutup kabut legalisme. Tidak ada pertobatan tetapi upacara-upacara, peraturan-peraturan, aktifitas-aktifitas relijius. Tanpa gairah, tanpa hubungan, tanpa kejujuran dan tanpa kerendahan hati.
Tokoh-tokoh agama seperti orang-orang Farisi tidak bicara soal hati. Mereka terus menerus berpikir dan berbicara soal peraturan demi peraturan baru, mensahkan yang baru dan menerbitkan yang baru. Semakin lama semakin sukar dan berat saja peraturan-peraturan tersebut. Dengan begitu mereka menilai atau beranggapan bahwa adalah merupakan suatu achievement jika orang-orang dapat atau sanggup menerapkan dan mengikutinya. Hal yang sama dengan aksi berbeda dilakukan oleh orang Esene. Dengan semakin jauh, terpencil, tersembunyi dan terpisah dari dunia, mereka mungkin beranggapan bahwa semakin banyak dan besar pula achievement yang mereka peroleh atau dapatkan. Tanpa membahas tentang orang Zelot, orang Romawi, dan orang awam Yahudi yang mungkin sudah bosan, eneg dan tidak peduli dengan agama. Tidak jauh berbeda dengan orang Saduki yang hidup “hari ini” dan untuk “hari ini”, karena mereka tidak percaya akan kebangkitan dan hari “esok”.
Situasi kondisi tersebut sepertinya dicermati Yesus dengan kebiasaannya yang selalu mengasosiasikan pesan-pesan yang ingin Ia sampaikan melalui keadaan terkini manusia. Apa yang sedang dialami, yang sedang dirasakan atau dipikirkan oleh manusia seringkali digunakan-Nya untuk menyampaikan pesan-pesan yang benar, tepat dan tidak kadaluwarsa. Makanya, Ia menyerukan: Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Dengan kata-kata yang lain Yesus menyerukan, “Hey, jangan mengandalkan legalisme Anda, kekuatan fisik Anda, politik atau ekonomi Anda, pikiran Anda atau kepercayaan diri Anda! Jangan bergantung dan bersandar kepada itu semua! Tetapi, andalkanlah Tuhan, bergantunglah dan bersandarlah hanya kepada Nya saja!”
Selain mengasosiasikan sesuatu, Yesus seringkali juga memperjelas pesan-Nya dengan mengkontraskan apa yang benar dengan yang salah atau yang paling buruk. Untuk lebih jelas lagi, perhatikanlah kontras-kontras yang terdapat di Injil Lukas berikut ini:
Luk 18:10-14 adalah tentang orang Farisi yang kaya di hadapan Allah dan pemungut cukai yang miskin di hadapan Allah.
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Luk 18:18-25 semakin memperjelas lagi yaitu ketika Yesus menjawab pemuda yang sangat bergantung, mengandalkan atau menyandarkan diri kepada kekuatan ekonomi-nya yaitu harta benda.
18:18 Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
18:19 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.
18:20 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu."
18:21 Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
18:22 Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
18:23 Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya.
18:24 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.
18:25 Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Maka semakin jelaslah pesan Yesus yaitu sebagai berikut:
Bergantunglah dan bersandarlah kepada Tuhan saja. Andalkanlah Dia bukan yang lain, maka Anda dijamin pasti 100% akan bahagia dan kebahagiaan Anda tidak dapat diambil, dicuri atau hilang lenyap. Statement ini bukan janji tetapi ilahi sifatnya, benar, sejati, kekal, dan tidak terbantahkan. Jika demikian, maka Andalah yang empunya Kerajaan Sorga. Anda adalah warga-Nya.
Referensi: Wikipedia; PASH Matius oleh DR. William Barclay - Penerbit BPK Gunung Mulia; Audio Sermon Grace to You - Happy are the Poor in Spirit by Mac Arthur, John; Audio Sermon Berean Publication House - Seri Khotbah di Bukit oleh Pdt. Harliem Salim
Copyright © 2009 by Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar