Rabu, 13 Mei 2009

BUTA ATAU MELIHAT?

Bacaan: Yohanes 9:39-41

9:39 Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."
9:40 Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?"
9:41 Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.

Rasul Yohanes mempunyai gaya tulisan yang khas. Ia biasanya menggunakan kata-kata tertentu untuk mengasosiasikan sesuatu. Contohnya, ia menggunakan kata "gelap" untuk menggambarkan moralitas yang buruk, dan menggunakan kata "terang" untuk menggambarkan apa yang ilahi, yang berasal dari Tuhan, atau pun firman-Nya.

Di pasal 9, ia menggunakan kata buta dan melihat secara jasmani sebagai asosiasi dari “buta” dan “melihat secara rohani.” Di sana, Yohanes bercerita tentang orang yang buta sejak lahir. Ia disembuhkan oleh Yesus dengan cara mengoleskan matanya dengan tanah yang dicampur dengan ludah, kemudian menyuruhnya pergi ke kolam Siloam untuk menyekanya.

Seketika itu orang buta itu pun dapat melihat dengan sempurna. Tidak lama kemudian, desas-desus kesembuhan orang itu pun terdengar dan diketahui banyak orang. Sampai-sampai sejumlah orang Farisi mendatangi dia. Mereka merasa keberatan dan tidak suka dengan mujizat yang terjadi. Karena, fokus atau perhatian mereka bukanlah soal “buta yang kini dapat melihat”, tetapi, “mengapa Yesus menyembuhkannya pada hari Sabat?”.

Kebencian dan kesombongan orang-orang Farisi telah membutakan mereka. Jauh sebelumnya, di pasal 8 dan pasal-pasal sebelumnya telah tercatat bahwa orang-orang Farisi tidak menyukai Yesus. Mereka benci terhadap Dia dan menganggap-Nya sebagai penyesat dan pembawa ajaran baru, yang lain dari yang mereka ajarkan.

Anda mungkin bertanya mengapa dan bagaimana ceritanya orang-orang Farisi benci terhadap Yesus? Peraturan-peraturan yang diterbitkan orang-orang Farisi sangat amat banyak jumlahnya dan itu pun semakin banyak saja dari waktu ke waktu, karena orang-orang Farisi secara kontinu terus-menerus menambahkannya. Tugas atau pekerjaan mereka sehari-hari adalah mendiskusikan Kitab Taurat untuk kemudian menerbitkan peraturan-peraturan yang baru dan terbaru lagi.

Dapat dimengerti bahwa Yesus tidak memenuhi harapan atau keinginan mereka karena Ia tidak mengikuti peraturan-peraturan yang mereka terbitkan. Jadi, terang saja Yesus dipandang menentang, mengancam bahkan membahayakan posisi atau ajaran mereka.

Orang-orang Farisi tidak peduli dan menutup mata terhadap mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Demikian pula seterusnya hingga akhirnya yaitu ketika Yesus bangkit dari mati pun, mereka tetap menolak atau tidak menerima kenyataan tersebut.

Meski orang buta itu telah dapat melihat, orang-orang Farisi terus bertanya berulang kali. Entah mengapa dan apa tujuannya, mereka bertanya dan bertanya lagi. Kepada orang buta itu, kepada orang tuanya dan kembali lagi kepada dia. Tetapi, sepertinya pertanyaan-pertanyaan mereka bukan bertujuan untuk memastikan kebenaran bahwa mujizat itu telah terjadi. Sebaliknya, mereka hanya ingin mendengar apa yang ingin mereka dengarkan yaitu bahwa orang buta itu tidak benar-benar sembuh, atau Yesus tidak menyembuhkannya, atau Yesus salah dan patut dihukum, atau Yesus tidak berasal dari Allah. Jadi, percuma saja mereka bertanya, karena mereka pun tidak menginginkan jawaban yang sebenarnya.

Secara sederhana, orang buta itu menjawab bahwa tadinya ia buta sejak lahir dan kini dapat melihat karena Yesus. Sekali lagi, suatu jawaban yang sangat sederhana.

Bukankah demikian juga di dalam kebutaan rohani? Setelah Tuhan menyembuhkan mata hati atau mata rohani kita, tidak ada penjelasan yang dapat menandinginya. Tidak ada yang lebih meyakinkan selain bahwa dulu kita buta sekarang kita telah melihat. Perubahan hidup jauh lebih jelas dibanding penjelasan-penjelasan yang lain. Pengalaman bersama Tuhan atau hubungan yang dekat dengan-Nya seringkali tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Seperti halnya orang buta tadi, kita hanya perlu membersihkan mata hati kita dari dosa yaitu “bertobat”. Dengan demikian kita dapat melihat Dia dan kebenaran-Nya.

Yakinlah, bahwa memang banyak hal yang dapat kita jelaskan tentang Tuhan, tentang Kitab Suci, dan tentang kekristenan, tetapi tampaknya jauh lebih banyak yang tidak dapat kita jelaskan dengan kata-kata. Ini tidak berarti bahwa orang Kristen cenderung tidak logis atau irasional. Tetapi, sebagai manusia yang juga berpikir logis, semestinya kita menyadari bahwa kita berada di dalam keterbatasan waktu, pikiran dan kemampuan untuk menjelaskan semuanya dari semuanya dalam tahun-tahun hidup kita.

Jadi, alangkah bijaksananya jika kita menerima iman dan penyataan yang dianugerahkan Tuhan saja, sehingga kita mengalami perubahan hidup yang diawali dengan pertobatan yaitu membersihkan mata hati kita, maka kita pun dapat melihat. Ya, penglihatan yang melompat menyeberangi jurang penjelasan-penjelasan.


Di-inspirasi oleh Sdr. Suyanto Salim pada acara PDG Harapan Indah Bekasi, Rabu, 13 Mei 2009.

Tidak ada komentar: