Bacaan: Yohanes 9:6-7
9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi
9:7 dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek
Kisah orang buta sejak lahir di Yohanes pasal 9 dapat dijadikan ilustrasi tentang proses kesembuhan rohani.
Mari perhatikan lebih lanjut 6 (enam) tahap berikut ini:
1. Yesus mengulurkan tangan-Nya untuk menyembuhkan si buta.
Tindakan tersebut mengilustrasikan bahwa kesembuhan berasal dari Tuhan. Tanpa Dia, tidak ada yang dapat.
Kebenaran ini juga ditunjukkan atau dikonfirmasikan oleh dua ayat berikut yaitu bahwa Allah adalah mutlak dan satu-satunya sumber dari segala sumber kesembuhan rohani. Ia adalah sumber kebenaran dan kebaikan yang sejati, termasuk: pengampunan dosa, keselamatan, dan perubahan hidup.
Efesus 2
2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
Yohanes 15
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
2. Yesus menawarkan solusi kesembuhan dengan menginstrukskan atau menasihatkan si buta untuk pergi membasuh, menyeka dan menyingkirkan lumpur di matanya.
Tindakan ini mengilustrasikan tentang Tuhan yang menawarkan solusi dengan cara menyampaikan perintah atau nasihat berupa pesan-pesan kepada manusia. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui para nabi, Kitab Suci dan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus (band. Ibr 1:1-3).
3. Si buta mengikuti nasihat, petunjuk atau instruksi yang diberikan oleh Yesus.
Ini menggambarkan tentang seseorang yang patuh terhadap nasihat, petunjuk atau perintah Tuhan, sehingga ia disembuhkan. Selain itu, ini pun mengartikan bahwa ada bagian atau porsi manusia dalam proses penerimaan kesembuhan rohani. Meskipun memang kesembuhan berasal dari Tuhan, tetapi manusia bukan berarti pasif saja, diam dan tidak melakukan apa-apa selama proses tersebut. Sebaliknya, manusia perlu me-respon, mengambil keputusan untuk bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya.
4. Si buta sembuh kemudian mendapat berbagai respon dari orang-orang di sekelilingnya. Ada respon yang positif, ada pula respon yang negatif.
Seorang yang telah bertobat mengalami perubahan-perubahan nyata. Orang-orang di sekelilingnya secara otomatis dapat melihat atau merasakan perubahan tersebut. Contohnya, orang yang kasar menjadi gentle dan penuh penguasaan diri, orang yang cabul menjadi sopan dan tidak ngeres, orang yang suka bohong atau licik menjadi jujur dan terbuka, dan lain-lain.
Perubahan-perubahan besar atau total pasti segera mendapat tanggapan teristimewa dari orang-orang yang biasa berinteraksi dengan orang yang telah bertobat tersebut.
5. Si buta menjawab dengan mengakui kesembuhannya adalah berasal dari dan karena Yesus.
Dalam kesaksiannya, orang Kristen atau orang yang telah bertobat patut mengakui bahwa kesembuhannya adalah berasal dari dan karena TUHAN. Bukan karena kehebatan, kemampuan atau keistimewaan dirinya semata-mata.
6. Si buta teguh dan setia dengan iman dan keyakinannya meskipun mendapatkan tekanan atau intimidasi dari orang lain yaitu orang-orang Farisi.
Orang Kristen atau orang yang bertobat tidak selalu diterima, disetujui atau disukai oleh orang lain. Ada orang tertentu, di tempat tertentu atau masa tertentu, di mana mereka mendapatkan tekanan, intimidasi bahkan penganiayaan. Tetapi, ia harus tetap teguh dan setia. Karena, tidak ada yang lebih kuat dan berkuasa selain daripada TUHAN saja. Ia berkuasa atas langit dan bumi. Sorga dan neraka. Hidup dan mati. Sedang sekuat-kuat dan sehebat-hebatnya manusia, paling lama 120 tahun saja hidupnya.
Setelah itu, setiap orang, yang percaya atau tidak percaya, yang patuh atau tidak patuh, yang garang atau yang bengis, yang baik atau yang jahat, yang benar atau yang tidak benar, akan bertekuk lutut di hadapan TUHAN.
Seperti Fil 2:10 katakan:
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
Bedanya, ada yang bertekuk lutut dengan sikap hati menyembah, tetapi ada pula yang terpaksa menekukkan lututnya karena tidak berdaya di hadapan DIA pada akhir zaman.
9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi
9:7 dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek
Kisah orang buta sejak lahir di Yohanes pasal 9 dapat dijadikan ilustrasi tentang proses kesembuhan rohani.
Mari perhatikan lebih lanjut 6 (enam) tahap berikut ini:
1. Yesus mengulurkan tangan-Nya untuk menyembuhkan si buta.
Tindakan tersebut mengilustrasikan bahwa kesembuhan berasal dari Tuhan. Tanpa Dia, tidak ada yang dapat.
Kebenaran ini juga ditunjukkan atau dikonfirmasikan oleh dua ayat berikut yaitu bahwa Allah adalah mutlak dan satu-satunya sumber dari segala sumber kesembuhan rohani. Ia adalah sumber kebenaran dan kebaikan yang sejati, termasuk: pengampunan dosa, keselamatan, dan perubahan hidup.
Efesus 2
2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
Yohanes 15
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
2. Yesus menawarkan solusi kesembuhan dengan menginstrukskan atau menasihatkan si buta untuk pergi membasuh, menyeka dan menyingkirkan lumpur di matanya.
Tindakan ini mengilustrasikan tentang Tuhan yang menawarkan solusi dengan cara menyampaikan perintah atau nasihat berupa pesan-pesan kepada manusia. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui para nabi, Kitab Suci dan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus (band. Ibr 1:1-3).
3. Si buta mengikuti nasihat, petunjuk atau instruksi yang diberikan oleh Yesus.
Ini menggambarkan tentang seseorang yang patuh terhadap nasihat, petunjuk atau perintah Tuhan, sehingga ia disembuhkan. Selain itu, ini pun mengartikan bahwa ada bagian atau porsi manusia dalam proses penerimaan kesembuhan rohani. Meskipun memang kesembuhan berasal dari Tuhan, tetapi manusia bukan berarti pasif saja, diam dan tidak melakukan apa-apa selama proses tersebut. Sebaliknya, manusia perlu me-respon, mengambil keputusan untuk bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya.
4. Si buta sembuh kemudian mendapat berbagai respon dari orang-orang di sekelilingnya. Ada respon yang positif, ada pula respon yang negatif.
Seorang yang telah bertobat mengalami perubahan-perubahan nyata. Orang-orang di sekelilingnya secara otomatis dapat melihat atau merasakan perubahan tersebut. Contohnya, orang yang kasar menjadi gentle dan penuh penguasaan diri, orang yang cabul menjadi sopan dan tidak ngeres, orang yang suka bohong atau licik menjadi jujur dan terbuka, dan lain-lain.
Perubahan-perubahan besar atau total pasti segera mendapat tanggapan teristimewa dari orang-orang yang biasa berinteraksi dengan orang yang telah bertobat tersebut.
5. Si buta menjawab dengan mengakui kesembuhannya adalah berasal dari dan karena Yesus.
Dalam kesaksiannya, orang Kristen atau orang yang telah bertobat patut mengakui bahwa kesembuhannya adalah berasal dari dan karena TUHAN. Bukan karena kehebatan, kemampuan atau keistimewaan dirinya semata-mata.
6. Si buta teguh dan setia dengan iman dan keyakinannya meskipun mendapatkan tekanan atau intimidasi dari orang lain yaitu orang-orang Farisi.
Orang Kristen atau orang yang bertobat tidak selalu diterima, disetujui atau disukai oleh orang lain. Ada orang tertentu, di tempat tertentu atau masa tertentu, di mana mereka mendapatkan tekanan, intimidasi bahkan penganiayaan. Tetapi, ia harus tetap teguh dan setia. Karena, tidak ada yang lebih kuat dan berkuasa selain daripada TUHAN saja. Ia berkuasa atas langit dan bumi. Sorga dan neraka. Hidup dan mati. Sedang sekuat-kuat dan sehebat-hebatnya manusia, paling lama 120 tahun saja hidupnya.
Setelah itu, setiap orang, yang percaya atau tidak percaya, yang patuh atau tidak patuh, yang garang atau yang bengis, yang baik atau yang jahat, yang benar atau yang tidak benar, akan bertekuk lutut di hadapan TUHAN.
Seperti Fil 2:10 katakan:
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
Bedanya, ada yang bertekuk lutut dengan sikap hati menyembah, tetapi ada pula yang terpaksa menekukkan lututnya karena tidak berdaya di hadapan DIA pada akhir zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar