Jumat, 31 Juli 2009

MUJIZAT PENCIPTAAN

Percayakah Anda bahwa sesungguhnya hidup ini tidak sepenuhnya rasional dan juga tidak sepenuhnya ilmiah? Mengapa saya nyatakan demikian? Saya tidak mencoba menyatakan bahwa hidup ini adalah irasional. Tetapi, cobalah menjawab pertanyaan ini. Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana alam semesta dan segala sesuatunya ada seperti sekarang ini? Tanpa informasi dari Alkitab, tentunya Anda tidak dapat menjelaskan apa-apa bukan? Scientist yang manapun tidak akan dan tidak akan pernah mengetahui dan menjelaskan proses penciptaan. Karena proses penciptaan sesungguhnya adalah kekuatan Allah, kuasa dan mujizat Allah. Sesuatu yang supranatural dan super rasional. Ia tidak dapat dijelaskan secara rasio atau pun ilmiah karena ia mengatasi pikiran dan kemampuan manusia.

Manusia dapat menerimanya, dapat pula tidak menerimanya sesuai keputusan pribadi masing-masing. Jika seseorang menerimanya, itu berarti bahwa ia percaya kepada kuasa, mujizat dan kemampuan Tuhan yang tidak terbatas. Jika orang tersebut tidak percaya, itu berarti bahwa ia ragu, curiga, anti atau mungkin menganggap Alkitab sebagai dusta dan omong kosong belaka.

Bagi saya pribadi, penciptaan adalah kekuatan kuasa Allah, mujizat Allah. Hidup ini tidak terlepas dari kekuatan kuasa dan mujizat-Nya. Mujizat pertama yang dilakukan Allah bukanlah 10 tulah terhadap bangsa Mesir melainkan penciptaan langit bumi dan segala isinya. Ia menciptakannya dalam kurun waktu enam hari saja. Dari yang tidak ada menjadi ada.

Sebagian orang Kristen ragu bahkan tidak memercayai ini. Sehingga, timbul upaya-upaya merasionalisasikan secara ekstrim pernyataan-pernyataan Alkitab yang sangat sederhana dan jelas ini. Ada yang menyatakan bahwa enam hari penciptaan bukanlah enam hari yang singkat melainkan yang sangat panjang dan lama. Dengan kata lain, enam hari yang dimaksud oleh Kitab Kejadian bukanlah seperti yang sedang berlaku pada umumnya di masa kini. Sebagian pendapat menyatakan bahwa enam hari yang dimaksud adalah enam ribu tahun dengan mengacu atau merujuk ke surat 2 Petrus yang menyatakan bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Padahal, konteks dari pernyataan rasul Petrus tersebut adalah bahwa “Tuhan sabar terhadap manusia”.

Saya mencermati bahwa rasionalisme atau pemelintiran terhadap pernyataan Alkitab tentang penciptaan yang sangat jelas dan sederhana menunjukkan keraguan, ketidakpercayaan, atau penolakan terhadap Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa atau yang omnipotent. Sebaliknya, sikap percaya terhadap apa adanya tulisan atau pernyataan Alkitab di lembar pertama Kitab Kejadian tersebut merupakan graduation mark terhadap preliminary test menuju pintu masuk ke ‘gudang’ kebenaran Allah yang kaya dan melimpah. Seperti yang disebutkan Kitab Ibrani pasal 11 ayat 1 bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Dengan kata lain, sejak awal, Alkitab sudah menyuguhkan ujian atau test terhadap pembacanya, apakah mereka percaya bahwa Allah adalah pencipta langit bumi dan segala isinya yang diselesaikan hanya dalam tempo enam hari saja. Jika percaya, maka mereka akan melihat dan menyaksikan kebenaran-kebenaran yang jauh lebih banyak lagi seperti yang pernah disampaikan oleh Yesus kepada Natanael (band. Yoh 1:49-51). Jika tidak, maka mereka tidak akan pernah mengerti. Mereka akan tersesat bahkan terjebak dan terperangkap di dalam agama yang salah atau yang palsu.

Bagi saya, tidak ada halangan atau hambatan untuk memercayai pernyataan yang jelas dan sederhana ini. Mengapa? Karena Allah adalah Maha Kuasa. Tidak ada yang mustahil bahkan segala sesuatu sangat amat mudah bagi-Nya termasuk menciptakan langit dan bumi dan segala isinya hanya dalam tempo enam hari saja. Di tambah lagi bahwa Ia tidak dengan susah payah mengerjakannya melainkan hanya dengan ber-firman maka segala sesuatunya pun jadi, dari yang tidak ada menjadi ada.

Seperti halnya mujizat-mujizat yang pernah dilakukan oleh Yesus, rasul-rasul atau para nabi, penciptaan tidak dapat dijelaskan secara science atau ilmiah. Manusia dapat mengadakan studi ilmiah tentang alam semesta dan ciptaan-Nya tetapi tidak tentang penciptaan, bagaimana prosesnya dan mengapa hal itu bisa terjadi. Manusia di zaman Yesus dapat menyaksikan mujizat yang terjadi yaitu air berubah menjadi anggur, orang sakit disembuhkan, orang lumpuh jadi bisa berjalan, orang buta dicelikkan, orang bisu jadi dapat mendengar, orang mati dibangkitkan, angin topan dan ombak badai diredakan dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan Yesus dalam waktu yang sangat singkat dan sangat mudah. Cukup dengan mengatakan “tahirlah!”, “berjalanlah!”, “bangkitlah!”, dan lain sebagainya. Persis seperti Tuhan di Kitab Kejadian yang melakukan mujizat penciptaan yang cukup dengan hanya berfirman.

Jadi, secara prinsip, mujizat tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, detil dan rinci tentang bagaimana prosesnya dan mengapa hal itu bisa terjadi karena proses atau perubahannya pun terjadi dengan sangat cepat dan singkat. Tetapi, manusia dapat menyaksikan orang yang mengalami mujizat tersebut, memeriksanya dan membuktikannya. Demikian pula halnya dengan penciptaan, manusia patut bersyukur, kagum dan memuji Tuhan karena dibantu untuk mengerti dengan mudah, jelas dan sederhana. Tuhan menciptakan langit, bumi dan segala isinya dalam waktu enam hari. Tidak akan ada riset atau penelitian yang menghasilkan yang lain selain kebenaran bahwa Allah adalah pencipta, langit dan bumi adalah ciptaan, dan penciptaan adalah mujizat.

Manusia tidak akan pernah mampu menemukan ‘misteri’ ini. Cukuplah mereka bangga terhadap penemuan bahwa alam semesta terdiri dari ruang, massa, waktu, energy, dan aksi. Dan lagi-lagi, sesungguhnya Alkitab pun sudah menyebutkannya dengan jelas dan sederhana bahkan di halaman pertama kitab-Nya. Perhatikanlah ayat pertama Kitab Kejadian berikut ini:

Pada mulanya (waktu), Allah (energy) menciptakan (aksi) langit (ruang) dan bumi (massa).

Dari sini dapat kita tarik 5 kesimpulan penting yaitu:
1. Manusia patut menyadari batasan antara Science dan Theology.
2. Science mengadakan study terhadap ciptaan sedangkan Theology adalah penyataan Allah sebagai Sang Pencipta.
3. Manusia patut menerima bahwa Science yang benar akan tunduk terhadap Theology yang benar pula. Sebaliknya, yang merendahkan atau meremehkan Alkitab adalah Science yang palsu.
4. Science dan Theology disediakan Allah demi kebaikan manusia bagi kemuliaan Allah.
5. Dasar penggalian atau penemuan-penemuan Science adalah rasio sedangkan Theology adalah iman atau super rasio.

Melalui pelajaran tentang penciptaan ini, manusia dapat mengambil pelajaran tentang siapa dirinya di hadapan Tuhan. Dengan demikian tidak menjadi sombong, angkuh, tidak tahu diri atau kurang ajar terhadap Tuhan. Selain itu, manusia juga patut takut kepada-Nya dan memuliakan Dia. Percaya dan bersandar kepada kekuatan kuasa-Nya.

Bacalah dan perhatikanlah tulisan di Kitab Ayub 38. Berulangkali Tuhan bertanya kepada Ayub “bisakah dia”, “mampukah dia”, “sanggupkah dia” menjangkau atau mengimbangi Tuhan? Ayub menjawab dengan tepat, bijak dan rendah hati “tidak bisa”.

38:4 Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!
38:5 Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? -- Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya?
38:6 Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya
38:7 pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?
38:8 Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim? --
38:9 ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan kekelaman menjadi kain bedungnya;
38:10 ketika Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu;
38:11 ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!
38:12 Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kautunjukkan tempatnya
38:13 untuk memegang ujung-ujung bumi, sehingga orang-orang fasik dikebaskan dari padanya?
…(dan seterusnya)





Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: