Tidak sedikit orang Kristen yang sudah mengangkat isu “cloning” dan membahasnya, apakah upaya itu adalah dosa atau tidak. Seperti hal modern lainnya, Alkitab tidak bicara secara eksplisit tentang cloning tetapi mempunyai prinsip atau nilai yang dapat dijadikan dasar atau acuan.
Hal ini menurut saya justru semakin menunjukkan kedahsyatan Alkitab. Di satu sisi ia tidak membicarakan hal-hal tertentu secara eksplisit sehingga ia menjadi kitab yang sangat efisien. Di sisi lain, ia menyediakan ruang bagi manusia untuk menjadi kreatif tetapi juga secara moral punya tanggung jawab di hadapan Tuhan. Bayangkan jika ia harus membahas cloning secara detil dan spesifik, maka mungkin ketika pergi ke kebaktian Minggu, orang-orang Kristen tidak akan membawa satu Kitab tetapi satu mini library.
Melalui kasus ini, maka dapat kita mengerti bahwa tampaknya alkitab memperhatikan dan menyediakan dasar atau prinsip yang terkait dengan hati dan moral manusia lebih daripada yang bukan.
Seperti yang disebutkan di kitab Amsal bahwa hati adalah pusat kerohanian manusia. Di ayat yang lain alkitab menyatakan bahwa dosa berasal dari dalam hati. Dari sana timbul pikiran jahat, cabul, iri hati, kemarahan, dendam, kesombongan, hawa nafsu, dan lain-lain. Dengan kata lain, Tuhan ingin agar manusia menjaga hatinya sehingga dengan demikian akan berbuah di dalam tindakan-tindakannya. Karena tidak mungkin seseorang pada kondisi rohani yang ‘prima’, komitmen yang tinggi, dan semangat luar biasa, melakukan kejahatan atau kriminalitas di waktu yang sama.
Adapun biasanya kualitas rohani mengalami penurunan atau degradasi secara perlahan atau bertahap. Contohnya adalah Daud. Saat pasukannya pergi berperang, ia malah bermalas-malasan. Ia berpikir bahwa pasukannya pasti akan menang karena memang biasanya selalu menang. Tak lama setelah itu, Daud jatuh ke dalam dosa secara beruntun. Ia berzinah, licik, berpikiran jahat, berbohong, membunuh Uria suami Batsyeba.
Dalam kaitannya dengan cloning, orang-orang Kristen patut bertanya apakah alasan atau motif mereka ketika melakukan upaya canggih tersebut. Apakah ingin mengelola kehidupan dengan lebih baik dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan, atau semata-mata hanya ingin mencari popularitas dan kemuliaan bagi diri sendiri? Apakah cloning yang diupayakan tersebut meningkatkan kualitas jasmani atau justru merusak dan berbahaya bagi kehidupan? Jika orang-orang Kristen sudah dapat menjawabnya dalam scope atau konteks moral, mereka semestinya tidak perlu lagi memperdebatkan soal cloning, karena telah mengetahui apa dan bagaimana sikap, tindakan atau keputusan selanjutnya.
Faktanya, hingga saat ini cloning masih dalam tahap eksperimen dan itu pun baru dilakukan terhadap hewan bukan manusia. Upaya cloning sendiri belum menunjukkan hasil yang sempurna. Masih terdapat kekurangan di sana-sini dan akibatnya hewan hasil cloning tersebut pun tidak cukup kuat dan tahan lama. Itulah alasannya mengapa cloning belum dapat dilakukan terhadap manusia. Jika dilakukan, maka tentunya tindakan tersebut adalah dosa dengan cara menyia-nyiakan dan tidak bijaksana terhadap hidup yang dikaruniakan Allah.
Atas dasar fakta hasil cloning tadi, maka dapat dinyatakan bahwa membahas upaya tersebut saat ini sebenarnya masih sangat dini. Walau memang tidak ada salahnya untuk membahas hal tersebut apalagi jika banyak orang Kristen mulai mempertanyakannya.
Berikut ini adalah sejumlah nasihat atau prinsip yang berkaitan langsung atau pun tidak langsung terhadap upaya cloning:
1. Jadilah manager Tuhan yang baik (Mat 25)
2. Muliakanlah Tuhan (Rasul Paulus)
3. Tuhan adalah awal dan sumber kehidupan (Kejadian)
4. Tuhan menciptakan segala sesuatunya baik (Kejadian)
5. Tuhan tahu segala sesuatu dan mengontrol segala sesuatu (Ayub)
Artinya, manusia tidak semestinya terlalu bangga atau sombong dengan upaya-upaya canggih apapun karena tanpa Tuhan semuanya tidak akan ada dan tidak akan pernah ada.
Hal ini menurut saya justru semakin menunjukkan kedahsyatan Alkitab. Di satu sisi ia tidak membicarakan hal-hal tertentu secara eksplisit sehingga ia menjadi kitab yang sangat efisien. Di sisi lain, ia menyediakan ruang bagi manusia untuk menjadi kreatif tetapi juga secara moral punya tanggung jawab di hadapan Tuhan. Bayangkan jika ia harus membahas cloning secara detil dan spesifik, maka mungkin ketika pergi ke kebaktian Minggu, orang-orang Kristen tidak akan membawa satu Kitab tetapi satu mini library.
Melalui kasus ini, maka dapat kita mengerti bahwa tampaknya alkitab memperhatikan dan menyediakan dasar atau prinsip yang terkait dengan hati dan moral manusia lebih daripada yang bukan.
Seperti yang disebutkan di kitab Amsal bahwa hati adalah pusat kerohanian manusia. Di ayat yang lain alkitab menyatakan bahwa dosa berasal dari dalam hati. Dari sana timbul pikiran jahat, cabul, iri hati, kemarahan, dendam, kesombongan, hawa nafsu, dan lain-lain. Dengan kata lain, Tuhan ingin agar manusia menjaga hatinya sehingga dengan demikian akan berbuah di dalam tindakan-tindakannya. Karena tidak mungkin seseorang pada kondisi rohani yang ‘prima’, komitmen yang tinggi, dan semangat luar biasa, melakukan kejahatan atau kriminalitas di waktu yang sama.
Adapun biasanya kualitas rohani mengalami penurunan atau degradasi secara perlahan atau bertahap. Contohnya adalah Daud. Saat pasukannya pergi berperang, ia malah bermalas-malasan. Ia berpikir bahwa pasukannya pasti akan menang karena memang biasanya selalu menang. Tak lama setelah itu, Daud jatuh ke dalam dosa secara beruntun. Ia berzinah, licik, berpikiran jahat, berbohong, membunuh Uria suami Batsyeba.
Dalam kaitannya dengan cloning, orang-orang Kristen patut bertanya apakah alasan atau motif mereka ketika melakukan upaya canggih tersebut. Apakah ingin mengelola kehidupan dengan lebih baik dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan, atau semata-mata hanya ingin mencari popularitas dan kemuliaan bagi diri sendiri? Apakah cloning yang diupayakan tersebut meningkatkan kualitas jasmani atau justru merusak dan berbahaya bagi kehidupan? Jika orang-orang Kristen sudah dapat menjawabnya dalam scope atau konteks moral, mereka semestinya tidak perlu lagi memperdebatkan soal cloning, karena telah mengetahui apa dan bagaimana sikap, tindakan atau keputusan selanjutnya.
Faktanya, hingga saat ini cloning masih dalam tahap eksperimen dan itu pun baru dilakukan terhadap hewan bukan manusia. Upaya cloning sendiri belum menunjukkan hasil yang sempurna. Masih terdapat kekurangan di sana-sini dan akibatnya hewan hasil cloning tersebut pun tidak cukup kuat dan tahan lama. Itulah alasannya mengapa cloning belum dapat dilakukan terhadap manusia. Jika dilakukan, maka tentunya tindakan tersebut adalah dosa dengan cara menyia-nyiakan dan tidak bijaksana terhadap hidup yang dikaruniakan Allah.
Atas dasar fakta hasil cloning tadi, maka dapat dinyatakan bahwa membahas upaya tersebut saat ini sebenarnya masih sangat dini. Walau memang tidak ada salahnya untuk membahas hal tersebut apalagi jika banyak orang Kristen mulai mempertanyakannya.
Berikut ini adalah sejumlah nasihat atau prinsip yang berkaitan langsung atau pun tidak langsung terhadap upaya cloning:
1. Jadilah manager Tuhan yang baik (Mat 25)
2. Muliakanlah Tuhan (Rasul Paulus)
3. Tuhan adalah awal dan sumber kehidupan (Kejadian)
4. Tuhan menciptakan segala sesuatunya baik (Kejadian)
5. Tuhan tahu segala sesuatu dan mengontrol segala sesuatu (Ayub)
Artinya, manusia tidak semestinya terlalu bangga atau sombong dengan upaya-upaya canggih apapun karena tanpa Tuhan semuanya tidak akan ada dan tidak akan pernah ada.
Copyright (c) Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar