Senin, 27 Juli 2009

APAKAH TUHAN ADA GUNANYA?

Sebagian orang menanggapi pertanyaan ini dengan yakin, “of course, sangat ada gunanya” atau “of course, nggak perlu ditanya”, atau jawaban-jawaban dengan nada serupa. Tetapi, ada pula orang yang menjawab “tidak ada gunanya”, “tidak tahu”, “tidak mengerti” atau “ada gunanya, kadang kala”.

Bicara tentang ada guna atau tidaknya sesuatu atau seseorang di dalam hidup kita, biasanya sangat berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kita. Baik itu kebutuhan jasmani, rohani, mental ataupun sosial. Apakah ia memenuhi setidaknya satu dari antara kebutuhan-kebutuhan tersebut. Jika ya, maka kita menganggap atau menilainya sebagai sesuatu atau seseorang yang berguna. Sebaliknya jika tidak, maka kita menganggapnya tidak berguna.

Orang-orang atheis, atau yang tidak percaya tentang adanya Tuhan tentu saja menilai bahwa Tuhan tidak ada gunanya karena mereka percaya bahwa Ia tidak ada. Dengan demikian, ia tidak punya andil, tidak campur tangan atau sangkut paut di dalam kehidupannya. Bagi mereka, kehidupan adalah upaya, kekuatan dan kemampuan diri sendiri.

Orang Kristen yang “setengah percaya” atau “percaya-nggak percaya” terhadap Tuhan akan mencerminkannya di dalam sikap dan tindakan sehari-hari. Orang yang demikian biasanya tidak sungguh-sungguh atau acuh tak acuh terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan Tuhan atau kekristenan. Mereka mungkin mengakui Tuhan dalam hal atau waktu tertentu saja. Bagi orang Kristen semacam itu, Tuhan tidak mutlak, tidak absolut, atau tidak definitif, sebaliknya relatif dan dapat dirasionalisasikan semaunya, meski terkadang, mereka tidak mengakuinya secara jelas atau terang-terangan. Ada pula orang Kristen yang tidak menyadari bahwa sikap atau cara hidupnya mencerminkan “Tuhan tak ada gunanya” walau secara intelektual mereka mengatakan sebaliknya.

Baik, mari kita tinggalkan sejenak realitas yang ada di tengah kehidupan tentang penilaian atau anggapan orang tentang ada-tidaknya guna Tuhan di dalam kehidupan. Sekarang, mari temukan jawaban atas pertanyaan tadi “apakah Tuhan ada guna-Nya?”.

Alkitab tidak hanya menyatakan bahwa Tuhan ada gunanya, tetapi ia menyatakan bahwa Tuhan adalah mutlak dan utama bagi manusia. Mengapa demikian?

Karena manusia diciptakan untuk mengenal dan mengasihi Tuhan bukan yang lain. Anda mungkin bertanya, apa hubungannya dengan pertanyaan tadi “apakah Tuhan ada gunanya”? Begini, agar lebih mudah dimengerti, mari tanyakan sebaliknya, apakah manusia akan bahagia atau terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya tanpa Tuhan?

Sejarah manusia mengatakan bahwa harta benda, barang-barang tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia secara utuh atau penuh. Tidak jarang kita mendengar kisah ironis tentang orang kaya yang tidak dapat menikmati harta benda dan kekayaannya. Howard Hughes misalnya, yang meningal di dalam kesunyian dan kesepian di sebuah kamar pribadi, mengisolasi diri, dan ditinggal isteri. Bagaimana dengan popularitas? Sama saja. Itu pun tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia seutuhnya dan sepenuhnya. Tidak sedikit selebritis atau orang-orang terkenal mengalami depresi bahkan gangguan jiwa akibat ketenarannya. Anda tentu familiar dengan kisah-kisah selebritis ternama seperti Lady Diana, Michael Jackson, Elvis Presley, dan lain-lain. Mereka kadangkala harus menghindari sorotan public atau media masa bahkan sering pula menjadi gossip, menjadi bahan tertawaan atau olok-olok oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab. Demikian pula hal-hal yang lain seperti seks, karir, jabatan, pendidikan, teknologi, bahkan agama, tidak dapat memenuhi kebutuhan secara penuh dan utuh, jika manusia tidak mengenal Tuhan.

Secara kolektif, Alkitab pun mencatat bahwa kesuksesan bangsa semata tidak dapat memenuhi kekosongan atau kehampaan di dalam hidup orang-orangnya. Salah satu contoh adalah bangsa Yunani di abad pertama, yang mempunyai seni, budaya, dan intelektualitas yang tinggi. Di mata dunia, mereka adalah bangsa yang terpelajar, sangat terpandang, dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain.

Suatu kali, rasul Paulus mengunjungi Athena, ibukota negara tersebut, dan berbicara di ruang Aeropagus, ruang yang besar dan megah, tempat para filsuf dan orang-orang terpelajar mendengarkan pengetahuan terkini dan mendiskusikannya satu dengan yang lain. Paulus mencermati bahwa bangsa tersebut mengalami kekosongan dan kehampaan hidup meski tampaknya mempunyai banyak hal termasuk agama. Hal tersebut tampak ketika mereka membuat satu patung dari sekian banyak patung dan mengalamatkan makanan atau persembahan kepada Dewa Yang Tidak Dikenal (band. Kis 17:16-34). Sesuatu yang menunjukkan adanya kebutuhan atau kerinduan mengenal Allah yang benar , dan itu adalah tujuan hidup manusia yang sesungguhnya.

Sekarang, timbul pertanyaan, apakah artinya mengenal Allah? Ketika kita menyebutkan frase “mengenal Allah”, itu berarti:
1. Menjauhi kejahatan dan dosa. Baca dan perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:

Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. (1 Kor 5:1)

Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. (1 Kor 12:2)

Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu. (1 Kor 15:34)

Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia (Efesus 4:17)

bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, (1 Tes 4:5)

2. Percaya kepada penyediaan Allah. Baca dan perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:

Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (Mat 6:31-32)

Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3)


3. Mengutamakan atau memprioritaskan Tuhan. Baca dan perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33)

Dengan kata lain, mengenal Allah adalah dasar atau awal dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia, entah itu kebutuhan jasmani, rohani, mental dan sosial. Sebaliknya tanpa mengenal Allah, manusia hidup di dalam dosa, yang berdampak kepada moralitas, kepribadian, hubungan, mental, sosial dan spiritual. Tidak heran nabi Yeremia berkata:

“…janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut ini: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 9:23-24)



Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: