Salah satu hot issues di dunia Kristen adalah ABORSI. Sejumlah golongan Kristen tertentu menganggap atau menilainya sebagai dosa. Sebagian lagi mengatakan "tidak" dengan alasan bahwa embrio atau janin belum dapat dikategorikan sebagai manusia karena ia belum dilahirkan. Di tambah lagi, ia tidak atau belum melakukan aktifitas seperti manusia melainkan hanya diam saja di sana di kandungan ibunya.
Kesimpulan semacam ini tentu akan mendapat serangan balik yang tidak kalah tajam mengingat bahwa kemanusiaan seseorang tidak tergantung kepada aktifitas atau kegiatannya. Karena orang-orang yang sedang mengalami koma juga tidak melakukan aktifitas apapun. Dapatkah kita sebut bahwa orang yang koma bukanlah manusia?
Secara medis, para dokter dan ahli sudah dapat mendeteksi detak jantung, kondisi dan kerja otak dari janin atau embrio ketika ia berada di dalam kandungan ibunya. Suatu tanda adanya kehidupan dan ciri-cirinya sebagai calon bayi atau manusia. Itulah sebabnya golongan Kristen tertentu menilai bahwa aborsi adalah tindakan pembunuhan. Dengan kata lain, perbedaan antara janin atau embrio yang ada di dalam kandungan dan bayi yang ada di luar kandungan hanyalah lokasinya.
Sebagian orang sangat mudah menyatakan bahwa aborsi adalah dosa dan tidak pantas atau tidak layak dilakukan. Tetapi ada saja orang yang justru menentang pendapat tersebut dan menilai bahwa aborsi boleh dilakukan dengan alasan-alasan tertentu. Contohnya, belum menginginkan bayi dari pernikahan, tidak menginginkan kehamilan dari hubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya, incest yang mengakibatkan kehamilan, dan lain-lain.
Dari dua pendapat yang berbeda ini saja, orang-orang Kristen dapat terbagi menjadi dua golongan besar, yang pertama adalah yang pro terhadap aborsi dan yang kedua adalah yang anti terhadap aborsi.
Pada umumnya aborsi dilatarbelakangi oleh tindakan atau perbuatan dosa. Bukan saat tindakan aborsi tersebut sedang direncanakan tetapi ketika seorang pria atau wanita sedang akan mengadakan percabulan atau perzinahan. Dalam konteks tersebut, kehamilan adalah dampak atau akibat, dan aborsi adalah tindakan susulan atau lanjutan dari sikap hati yang jahat dan berdosa.
Daripada ribut soal benar atau salah tindakan aborsi, adalah lebih mengena jika kita mencermati dan mengevaluasi pikiran, hati dan tindakan-tindakan kita di waktu-waktu sebelumnya. Apakah kita berpikir cabul? Apakah kita menginginkan percabulan atau perzinahan? Apakah kita menginginkan isteri atau suami orang lain? Apakah kita genit? Jika ya, maka tidaklah lebih penting untuk membahas tentang aborsi sebaliknya bertobatlah maka aborsi tidak akan pernah ada di kamus Anda. Inilah juga yang mungkin menjadi alasan mengapa orang-orang tertentu pro terhadap aborsi, karena mereka mungkin masih menginginkan seks di luar pernikahan yang kudus dan sah.
Alkitab memang tidak berbicara secara eksplisit tentang aborsi. Tidak berarti bahwa alkitab membiarkan atau pun mengizinkannya. Meski pun istilah tersebut tampaknya juga tidak ada di sana, tetapi, secara prinsip dan level moral, alkitab mengajarkan jauh lebih dari sekadar menjawab DO atau DONT.
Alkitab mengajarkan tentang bagaimana menjadi pengelola dan penanggung jawab yang baik di hadapan Allah. Ia memuji pengelola yang baik tetapi menegur pengelola yang buruk bahkan menyebutnya nya sebagai hamba yang jahat (band. Matius 25). Artinya, orang Kristen tidak hanya berdosa karena melakukan tindakan yang salah atau dosa tetapi juga menjadi berdosa karena tidak melakukan yang baik atau benar.
Dalam tindakan aborsi, orang Kristen sesungguhnya sudah berdosa ketika melakukannya sebagai akibat dari percabulan atau perzinahan. Bukan saja ia tidak menjadi pengelola yang baik tetapi juga menjadi perusak kehidupan dengan cara menyia-nyiakan waktu, tenaga, dan biaya percuma, bahkan juga meresikokan kesehatan dan nyawa dengan sangat besar.
Mengenai bayi yang lahir dari pembatalan tindakan aborsi, sesungguhnya sudah jauh di luar kontrol manusia. Setiap bayi atau manusia tidak dapat mengontrol kapan dan di mana ia lahir, melalui rahim siapa, siapa ibunya, siapa ayahnya dan bagaimana ia lahir. Dengan kata lain, manusia tidak semestinya mendiskreditkan bayi yang lahir dari pembatalan tindakan aborsi sebagai anak haram atau sebutan apa saja yang serupa atau sejenis.
Copyright © 2009 by Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
RELATED PRODUCTS available at BEREAN CORNER:
Sex is not the problem (lust is) oleh Joshua Harris (Penerbit PIONIR JAYA)
Ada Apa dengan Pacaran & Seks oleh Pam Stenzel dan Crystal Kirgiss (Penerbit ANDI)
Kesimpulan semacam ini tentu akan mendapat serangan balik yang tidak kalah tajam mengingat bahwa kemanusiaan seseorang tidak tergantung kepada aktifitas atau kegiatannya. Karena orang-orang yang sedang mengalami koma juga tidak melakukan aktifitas apapun. Dapatkah kita sebut bahwa orang yang koma bukanlah manusia?
Secara medis, para dokter dan ahli sudah dapat mendeteksi detak jantung, kondisi dan kerja otak dari janin atau embrio ketika ia berada di dalam kandungan ibunya. Suatu tanda adanya kehidupan dan ciri-cirinya sebagai calon bayi atau manusia. Itulah sebabnya golongan Kristen tertentu menilai bahwa aborsi adalah tindakan pembunuhan. Dengan kata lain, perbedaan antara janin atau embrio yang ada di dalam kandungan dan bayi yang ada di luar kandungan hanyalah lokasinya.
Sebagian orang sangat mudah menyatakan bahwa aborsi adalah dosa dan tidak pantas atau tidak layak dilakukan. Tetapi ada saja orang yang justru menentang pendapat tersebut dan menilai bahwa aborsi boleh dilakukan dengan alasan-alasan tertentu. Contohnya, belum menginginkan bayi dari pernikahan, tidak menginginkan kehamilan dari hubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya, incest yang mengakibatkan kehamilan, dan lain-lain.
Dari dua pendapat yang berbeda ini saja, orang-orang Kristen dapat terbagi menjadi dua golongan besar, yang pertama adalah yang pro terhadap aborsi dan yang kedua adalah yang anti terhadap aborsi.
Pada umumnya aborsi dilatarbelakangi oleh tindakan atau perbuatan dosa. Bukan saat tindakan aborsi tersebut sedang direncanakan tetapi ketika seorang pria atau wanita sedang akan mengadakan percabulan atau perzinahan. Dalam konteks tersebut, kehamilan adalah dampak atau akibat, dan aborsi adalah tindakan susulan atau lanjutan dari sikap hati yang jahat dan berdosa.
Daripada ribut soal benar atau salah tindakan aborsi, adalah lebih mengena jika kita mencermati dan mengevaluasi pikiran, hati dan tindakan-tindakan kita di waktu-waktu sebelumnya. Apakah kita berpikir cabul? Apakah kita menginginkan percabulan atau perzinahan? Apakah kita menginginkan isteri atau suami orang lain? Apakah kita genit? Jika ya, maka tidaklah lebih penting untuk membahas tentang aborsi sebaliknya bertobatlah maka aborsi tidak akan pernah ada di kamus Anda. Inilah juga yang mungkin menjadi alasan mengapa orang-orang tertentu pro terhadap aborsi, karena mereka mungkin masih menginginkan seks di luar pernikahan yang kudus dan sah.
Alkitab memang tidak berbicara secara eksplisit tentang aborsi. Tidak berarti bahwa alkitab membiarkan atau pun mengizinkannya. Meski pun istilah tersebut tampaknya juga tidak ada di sana, tetapi, secara prinsip dan level moral, alkitab mengajarkan jauh lebih dari sekadar menjawab DO atau DONT.
Alkitab mengajarkan tentang bagaimana menjadi pengelola dan penanggung jawab yang baik di hadapan Allah. Ia memuji pengelola yang baik tetapi menegur pengelola yang buruk bahkan menyebutnya nya sebagai hamba yang jahat (band. Matius 25). Artinya, orang Kristen tidak hanya berdosa karena melakukan tindakan yang salah atau dosa tetapi juga menjadi berdosa karena tidak melakukan yang baik atau benar.
Dalam tindakan aborsi, orang Kristen sesungguhnya sudah berdosa ketika melakukannya sebagai akibat dari percabulan atau perzinahan. Bukan saja ia tidak menjadi pengelola yang baik tetapi juga menjadi perusak kehidupan dengan cara menyia-nyiakan waktu, tenaga, dan biaya percuma, bahkan juga meresikokan kesehatan dan nyawa dengan sangat besar.
Mengenai bayi yang lahir dari pembatalan tindakan aborsi, sesungguhnya sudah jauh di luar kontrol manusia. Setiap bayi atau manusia tidak dapat mengontrol kapan dan di mana ia lahir, melalui rahim siapa, siapa ibunya, siapa ayahnya dan bagaimana ia lahir. Dengan kata lain, manusia tidak semestinya mendiskreditkan bayi yang lahir dari pembatalan tindakan aborsi sebagai anak haram atau sebutan apa saja yang serupa atau sejenis.
Copyright © 2009 by Naek http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
RELATED PRODUCTS available at BEREAN CORNER:
Sex is not the problem (lust is) oleh Joshua Harris (Penerbit PIONIR JAYA)
Ada Apa dengan Pacaran & Seks oleh Pam Stenzel dan Crystal Kirgiss (Penerbit ANDI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar