Minggu, 02 Agustus 2009

MUJIZAT PENCIPTAAN (Bagian 2)

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (Kejadian 1:1)

Ayat ini mengingatkan saya akan masa kecil ketika merayakan Natal bersama keluarga dan teman-teman, tampil di depan panggung dan melafalkannya di depan banyak orang. Mungkin, karena sering dibacakan atau dilafalkan, ayat ini menjadi jarang dibahas atau dijelaskan secara theologis. Apalagi, ketika teori-teori yang mengesankan mulai tampil dari dunia sains sepertinya menimbulkan perasaan minder theolog-theolog Kristen yang mungkin menganggap dirinya kurang mampu atau capable memberikan penjelasan yang meyakinkan kepada para scientist.

Seperti yang pernah saya nyatakan sebelumnya bahwa penciptaan adalah mujizat. Sehingga, proses penciptaan tidak akan pernah dapat dijelaskan secara sains. Anda mungkin terpikir tentang teori “Big Bang”. Tetapi, saya yakin bahwa teori “Big Bang” pun tidak akan pernah setuju bahwa langit dan bumi dan segala isinya diciptakan hanya dalam kurun waktu enam hari. Apalagi mengiyakan bahwa penciptanya adalah Allah dengan cara berfirman saja. Dengan kata lain, manusia dihadapkan pada salah satu pilihan saja yaitu percaya kepada Kejadian 1:1 atau tidak, termasuk di dalamnya pencarian sains yang tak berujung.

Saya mencermati bahwa ada 3 (tiga) jenis respon manusia terhadap Kejadian 1:1. Respon pertama yaitu tidak percaya sama sekali. Pada umumnya, orang-orang yang tidak percaya terhadap ayat pertama Alkitab tersebut adalah orang-orang atheis yaitu orang yang tidak percaya terhadap Tuhan termasuk penciptaan alam semesta. Orang atheis tertentu tidak dapat eksis dengan lebih meyakinkan karena tidak dapat menjelaskan bahwa Pencipta atau “cause” itu tidak ada. Respon kedua yaitu ragu. Setelah teori evolusi diperkenalkan mungkin orang-orang yang ragu menganggap punya jawaban atau alasan untuk tidak menerima Kejadian 1:1. Menurut saya, evolusionist sendiri terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu yang percaya terhadap penciptaan oleh Tuhan tetapi dalam proses yang sangat amat lama atau evolusi. Kelompok kedua yaitu yang tidak percaya terhadap Tuhan dan penciptaan tetapi percaya kepada evolusi sebagai proses peningkatan atau pertumbuhan dari sesuatu semacam sel atau organisme awal yang terkecil. Sangat mungkin orang-orang atheist beralih menjadi evolusionist atau sebagian mereka hanyalah orang-orang yang sama.

Bagi saya, baik atheist ataupun evolusionist sesungguhnya merefleksikan hal yang serupa yaitu ketidakpercayaan atau keraguan terhadap Alkitab yaitu Kejadian 1:1. Di samping itu, ada terdapat satu alasan lain lagi yang menyebabkan mengapa orang menolak atau tidak menerima Kejadian 1:1. Alasan ini diungkapkan oleh Kejadian pasal 3 yaitu bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa, mereka menyembunyikan diri terhadap Allah. Artinya, dosa mengakibatkan manusia tidak menyukai kehadiran Tuhan. Mereka ingin menjauh dan menyembunyikan diri terhadap Dia. Sedang sikap dan tindakan tersebut mungkin ditampilkan dengan beraneka ragam ekspresi yang salah satunya adalah teori evolusi.

Secara ringkas, berikut ini adalah kesalahan-kesalahan yang ada di dalam teori evolusi:
1. Evolusi percaya tentang adanya progress, peningkatan, dan pertumbuhan makhluk hidup dari waktu ke waktu dalam kurun waktu yang lama, sehingga jenis makhluk hidup yang satu dapat menjadi makhluk hidup yang lain. Contohnya monyet atau kera dapat menjadi manusia.

Kesalahan evolusi adalah bahwa mereka tidak dapat menjelaskan fakta atau realitas adanya penyusutan atau degradasi terhadap benda ataupun makhluk hidup dari waktu ke waktu. Evolusi tampak benar dengan penemuan tentang adanya adaptasi atau mutan oleh atau terhadap makhluk hidup, tetapi, adaptasi tidak menghasilkan makhluk yang baru dan mutan pun bukanlah makhluk yang lebih baik melainkan degradasi dari yang sebelumnya.

2. Evolusionist percaya bahwa proses evolusi memakan waktu yang sangat lama sehingga dengan demikian mereka percaya bahwa alam semesta berawal sejak jutaan tahun yang lalu.

Teori ini tidak dapat menjelaskan berapa lama waktu yang dibutuhkan kera atau monyet untuk menjadi manusia. Di samping itu, seperti apa perbandingan jumlah populasinya? Apakah kera akan menjadi lebih banyak jumlahnya ketimbang manusia? Jika evolusi benar, mungkin kera tidak akan ada lagi karena semuanya sudah menjadi manusia. Kenyataannya, kera masih ada dan perbandingan jumlahnya pun tampak seimbang.

Teori ini bertentangan dengan Alkitab yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam satu hari saja yaitu hari ke-6 bukan kurun waktu evolusi.

3. Evolusi tidak dapat menjelaskan asal muasal adanya standar moralitas manusia.

Jika manusia berasal dari kera, bagaimana evolusionist menjelaskan lahirnya standar moralitas manusia? Baik kera atau hewan lainnya tidak mempunyai standar moralitas. Mereka tidak mempunyai pikiran atau jiwa tetapi insting. Sebaliknya manusia mempunyai semuanya, standar moralitas, pikiran, jiwa, dan potensi kreatif sebagaimana dinyatakan Alkitab yaitu bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Sampai di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penciptaan tidak dapat dijelaskan secara sains. Tidak oleh atheisme tidak pula oleh evolusionisme.

Sekarang, mari lanjutkan ke respon yang ketiga yaitu percaya kepada Kejadian 1:1. Orang yang percaya akan penciptaan menurut Kitab Kejadian tentunya adalah orang Kristen. Mereka percaya bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya dalam kurun waktu enam hari saja. Dengan cara berfirman Ia menciptakan segalanya dari yang tidak ada menjadi ada.

Implikasi dari sikap percaya tersebut adalah sebagai berikut:
1. Orang Kristen semestinya percaya akan kekuatan dan kuasa Tuhan yang tidak terbatas. Sehingga atas dasar pengertian dan kepercayaan itulah mereka mengandalkan Dia, bersandar dan bergantung kepada-Nya. Di dalam setiap permasalahan, tantangan atau pun pergumulan mereka.

2. Orang Kristen semestinya takut akan Tuhan, menyembah dan memuliakan Dia. Jika orang Kristen tahu dan mengerti bagaimana bersikap terhadap orang-orang terhormat atau terpandang seperti pejabat tinggi atau selebritis apalagi Tuhan. Ia layak ditakuti, disembah dan dimuliakan.

3. Orang Kristen semestinya sadar akan kuasa firman-Nya. Penciptaan langit dan bumi dan segala isinya dengan cara “Allah berfirman” menunjukkan betapa kuasa firman-Nya sangat kuat, hebat dan dahsyat. Orang Kristen semestinya tidak mengandalkan hikmat-hikmat manusiawi dan duniawi di dalam menghadapi atau menangani permasalahan, pergumulan dan tantangan hidup melainkan firman Allah.

4. Orang Kristen semestinya bersyukur akan hidupnya karena Tuhan adalah pencipta dan sumber dari segala sumber kehidupan manusia.

5. Orang Kristen semestinya tidak sombong tetapi rendah hati dan menyadari kemampuan dan keterbatasannya.

Evolusionist adalah bukti dari investasi yang salah. Mereka menyita waktu, tenaga, pikiran dan uang yang sangat banyak. Penelitian-penelitian diadakan, kurikulum ditetapkan, teori disosialisasikan, pengajar-pengajar direkrut, biaya dikeluarkan, Hasilnya, malah menambah orang yang ragu bahkan tidak percaya terhadap Alkitab dan kekristenan. Evolusionist adalah bukti tentang konsekuensi terhadap orang yang tidak percaya dan tidak tunduk kepada Alkitab.

Bukankah Tuhan telah menitipkan hikmat-Nya melalui Raja Salomo yang menuliskan di Kitab Amsal:

Percayalah kepada Tuhan dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.



Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: