Senin, 17 Agustus 2009

APOLOGETIK (Bagian 1)

Kata apologetic berasal dari bahasa Yunani yaitu “apologia” yang berarti “in defense of”. Kata “defense” sendiri berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai sejumlah sinonim yaitu protection, resistence, guard, security, atau cover yang berarti perlindungan, pertahanan, penjagaan, pengamanan atau pembelaan. Jadi sederhananya, “apologia” berarti “dalam penjagaan terhadap” atau dapat juga berarti yang sinonim dengan arti kata “defense” tersebut. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah penjagaan terhadap apa atau siapa? Tergantung di scope atau area mana kita bicara.

Di dalam ruang lingkup kekristenan, secara sederhana atau singkat, apologetik berarti penjagaan terhadap Alkitab. Saya cenderung menyebutnya terhadap Alkitab bukan saja terhadap iman atau kekristenan karena Alkitab adalah sumber atau asal usul iman dan kekristenan. Roma 10:17 berkata, “…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. Dengan kata lain, tanpa Alkitab, iman atau kekristenan tidak akan pernah ada.

Selain alasan tersebut, ada satu hal penting yang patut diperhatikan dan diantisipasi yaitu bahwa kekristenan saat ini sangat banyak ragam dan jenisnya. Sehingga arti apologetika dapat berpotensi menjadi berat sebelah, subjektif dan relatif tentang siapa atau Kristen mana yang sedang dijaga atau dibela? Jadi adalah sangat tepat dan bijaksana, menurut saya, untuk menyatakan bahwa apologetik adalah penjagaan terhadap Alkitab lebih daripada penjagaan terhadap kekristenan. Jika seorang apologis dapat menjaga Alkitab dengan tepat, kuat dan benar, barulah ia dapat menjaga kekristenan. Penjagaan yang dimaksud bukan saja terhadap Alkitab nya secara fisik tetapi juga terhadap tulisan, isi, pesan dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.

Tantangannya kemudian adalah apakah orang-orang Kristen tertentu akan rela meninggalkan pengertian, doktrin atau ajarannya yang salah atau tidak sesuai dengan pesan murni Alkitab? Atau, malah timbul konflik atau permusuhan yang tidak sehat? Persatuan yang superfisial, menurut saya bukanlah jawaban atas masa depan apologetika. Biarlah orang-orang Kristen terus belajar, berdiskusi dan saling memengaruhi secara sehat. Jika tidak demikian, maka mungkin saja semangat atau dinamika pembelajaran akan mati atau melempem. Yang penting adalah sikap yang senantiasa mau belajar, objektif, terbuka dan rendah hati.

Sebelum kita membahas lebih lanjut atau lebih jauh lagi tentang apologetik, ada baiknya kita memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Apakah artinya menjaga Alkitab? Mengapa Alkitab perlu dijaga? Siapakah yang disebut sebagai penjaga Alkitab? Mengapa seseorang disebut sebagai penjaga Alkitab atau apologis? Benarkah Alkitab perlu dijaga?

Seperti yang saya katakan tadi bahwa penjagaan Alkitab bukan saja terhadap buku atau kitabnya secara fisik tetapi juga terhadap tulisan, isi dan pesan yang terkandung di dalamnya. Apologis atau penjaga Alkitab bertugas, bertanggung jawab atau berperan menjaga Alkitab terhadap serangan-serangan langsung ataupun tidak langsung yang berasal dari luar kekristenan atau pun dari orang-orang Kristen yang menganut pengertian atau ajaran yang berbeda dari yang sebenarnya atau yang semestinya. Di antara nya adalah Christian Mystics, Christian Cults, Christian Occultists, Non-Christian Cults, New Age groups, The New Prajapati Movement, Occultic Cults, Secular Cults, Rationalist Groups, atau Humanists.

Di zaman rasul-rasul atau era apostolik pun sudah ada serangan-serangan terhadap Alkitab yang berasal dari luar kekristenan yaitu yang berasal dari penganut atau pengajar agama Yahudi dan juga dari agama-agama non-Yahudi, orang-orang mistis, para filsuf Yunani, dan penyembah-penyembah berhala. Selain itu ada juga orang-orang yang sebelumnya pernah menjadi anggota jemaat, tetapi seiring waktu berjalan, mereka kemudian mengundurkan diri, dan menjadi lawan, musuh, penentang atau penyerang Alkitab. Rasul Yohanes, melalui 1 Yohanes 2:19, menyatakan satu kesimpulan penting yang dapat dijadikan dasar atau pegangan tentang orang-orang Kristen semacam ini:

Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita (1 Yohanes 2:19)

Artinya, orang Kristen tertentu yang pernah menjadi anggota jemaat tetapi kemudian meninggalkannya, bahkan menjadi lawan, menjadi musuh, penentang, atau penyerang Alkitab, sesungguhnya bukanlah anggota jemaat sejati melainkan orang yang mengalami seleksi rohani. Sehingga, secara sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, ia telah mengundurkan diri dan keluar dari jemaat Tuhan. Mazmur pasal 1 mengkonfirmasi hal ini bahwa orang benar suka terhadap kebenaran dan berada di dalam kumpulan orang benar pula, sebaliknya orang fasik tidak menyukainya.

Mengingat realitas dunia yang seperti sekarang ini, Alkitab memang harus dijaga. Mengapa? Karena manusia mengalami perubahan mentalitas. Kejahatan pun mengalami eskalasi. Dari waktu ke waktu, manusia sangat mungkin menjadi semakin pintar dalam kejahatan. Hal ini dinyatakan oleh Rasul Paulus melalui suratnya kepada Timotius yang mengingatkan, bahwa akan tiba saatnya di mana orang-orang lebih suka menyenangkan telinganya. Mereka tidak menyukai ajaran yang benar. Di dalam suratnya kepada Jemaat Korintus, rasul Paulus seperti memberikan gambaran di masa depan bahwa akan terjadi semacam suatu pengkristalan, yaitu di mana orang-orang yang jahat akan semakin jahat, dan yang benar akan semakin benar. Itulah salah satu sebab mengapa Alkitab harus dijaga.

Alkitab harus dijaga terhadap para scientist yang tidak percaya atau tunduk kepada Tuhan seperti evolusionis. Ia harus dijaga terhadap penulis atau pengarang cerita fiksi seperti Dan Brown yang ahli dan terlatih menarik perhatian dunia dengan kata-kata sehingga men-diskreditkan Kristus. Alkitab harus dijaga terhadap misinterpretasi manusia, human wisdom, rasionalisme, mistisme, atau wahyu atau nubuat palsu.

Sejarah mencatat bahwa pernah terjadi di mana orang-orang Kristen (dalam tanda kutip) mengeksekusi tukang-tukang sihir, orang-orang mistis, dukun, atau semacamnya dengan cara-cara yang tidak terpuji. Ini bukanlah sikap atau tindakan yang disebut sebagai penjagaan terhadap Alkitab atau apologetik. Mengapa? Karena pembunuhan, kekerasan, kekejaman, tindakan-tindakan represif, atau kebencian adalah dosa di hadapan Tuhan.

Lagipula, sesungguhnya Tuhan sendiri tidak butuh bantuan atau pertolongan dari kita. karena Ia adalah Maha Kuasa. Ia sanggup menjaga dan melindungi firman-Nya. Atas dasar ini, saya menyadari bahwa pernyataan saya barusan tentang penjagaan terhadap Alkitab sebenarnya merupakan bahasa yang berdasar atas human perspective. Apakah maksud saya? Maksud saya adalah bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang menjaga Alkitab bukan manusia. Dialah yang mempertahankan dan melindungi firman-Nya Sedangkan seorang apologis hanyalah alat bagi-Nya. Matius 24:35 mencatat janji Tuhan tentang Alkitab bahwa ia tidak akan musnah, hilang atau lenyap.

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan (Tuhan) tidak akan berlalu.”

Jadi, jika seseorang terlibat atau dilibatkan di dalam penjagaan Alkitab, itu artinya bahwa Ia menggunakan atau memilih orang tersebut, dan itu adalah suatu kehormatan dan kebanggan. Rasul Paulus sangat mengerti hal ini, itulah sebabnya mengapa ia berkata kepada jemaat Korintus bahwa memberitakan Injil tanpa upah adalah upah bagi dirinya.

Sekarang, siapakah atau seperti apakah orang yang disebut sebagai apologis atau penjaga Alkitab itu? Mereka tentunya adalah orang-orang Kristen yang cakap dan terampil membaca Alkitab secara kontekstual, mengetahui latar belakang sejarah, geografis, kultur, latar belakang penulis atau penulisan, bahasa, tata-gaya bahasa, dan lain sebagainya. Sehingga dengan demikian pesan Alkitab dapat dimengerti secara murni, tepat dan benar. Di samping itu, seorang apologis yang baik semestinya juga adalah seorang Kristen yang memiliki kualitas rohani yang baik pula. Seperti yang selalu dinasihatkan oleh Paulus “Jadilah teladan…!”.


Copyright (c) Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: