Minggu, 09 Agustus 2009

DASAR PRAKTIKA PELAYANAN

Sebelum membahas lebih jauh tentang Dasar Praktika Pelayanan, menurut saya, akan lebih baik jika kita menengok kembali keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan melalui Anak-Nya, Yesus Kristus.

Disebutkan di Yohanes 3:16 bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Kata “percaya” di Yohanes 3:16 adalah interchangeably (dapat bertukar tempat) dengan Lukas 13:3. Mengapa? Karena percaya dan bertobat menghasilkan hal yang sama yaitu “tidak binasa” atau hidup yang kekal. Demikian juga halnya dengan yang tidak percaya atau tidak bertobat menghasilkan hal yang sama yaitu “binasa”. Dengan kata lain, kata “percaya” adalah sama artinya dengan “bertobat”.

Pertobatan sendiri mengandung tiga komponen penting yang tidak terpisahkan yakni sebagai berikut:
1. Pertama adalah meninggalkan dosa (band. Kis 26:20). Artinya, orang yang bertobat adalah orang yang berhenti melakukan dosa. Bukan sebagian dari dosa tetapi semuanya tanpa kecuali. Pengertian atau daftar dosa dapat dilihat di ayat-ayat berikut ini: Markus 7:20-23; Galatia 5:19-21; Yesaya 59:1-2

2. Kedua adalah membina hubungan pribadi dengan Allah. Menurut Rasul Paulus di Kisah 26:10, bertobat adalah berbalik kepada Allah. Artinya, bertobat bukan saja meninggalkan dosa tetapi juga membina hubungan pribadi dengan Allah. Tentu saja pembinaan hubungan yang efektif dan tepat sasaran adalah dengan cara-cara Allah bukan dengan cara-cara sendiri. Karena sudah tentu bahwa hubungan kita tidak akan lebih dekat dengan Allah dengan cara menyembah berhala atau arwah-arwah nenek moyang. Dua tindakan atau aktifitas penting yang efektif dan tepat sasaran dalam membina hubungan pribadi dengan Allah adalah dengan berdoa dan membaca firman-Nya. Melalui kedua hal tersebut, seorang Kristen dapat berkomunikasi dengan Allah. Berdoa adalah berbicara kepada Allah dan membaca firman-Nya adalah mendengarkan Allah. Seseorang akan semakin mengenal Allah melalui studi dan pemahamannya akan atau terhadap Alkitab. Rasul Paulus menyebut orang yang alkitabiah adalah orang yang kaya akan perkataan Kristus (band. Kolose 3:16), penuh dengan Roh Kudus (band. Efesus 6:18) atau memiliki pikiran Kristus (band. 1 Korintus 2:16).

3. Ketiga adalah melayani Allah (band. 1 Tes 1:9). Melayani Allah adalah memenuhi kehendak dan perintah Allah dalam hubungannya juga dengan orang lain, jiwa-jiwa yang hilang, lingkungan sekitar kita, atau masyarakat luas. Contohnya: pelayanan terhadap orang miskin atau yang berkekurangan, pelayanan terhadap orang yang sakit, yang berduka atau mengalami bencana atau kemalangan, pelayanan di dalam gereja atau jemaat termasuk musik, sound system, ushering, media, dan lain-lain.

Kekurangan, ketidaklengkapan atau ketiadaan salah satu dari ketiga komponen tersebut di atas, akan menampilkan jenis pertobatan yang patut dipertanyakan dan diragukan. Karena bagaimana mungkin seseorang meninggalkan dosa tanpa membina hubungan pribadi dengan Tuhan. Tentu akan timbul pertanyaan, mengapa atau apa alasan orang tersebut meninggalkan dosa? Jika meninggalkan dosa semata-mata hanya untuk masuk surga, bukankah seseorang akan merasa asing, atau kurang nyaman terhadap Tuhan bahkan mungkin tidak menginginkan Dia ada bersama-sama dengannya di Sorga? Suatu pemandangan yang lucu, bukan? Jelas demikian karena ia tidak merasakan kedekatan hubungan pribadi dengan Tuhan. Contoh yang lain, jika seorang mengatakan bahwa ia sudah meninggalkan dosa dan membina hubungan pribadi dengan Allah tetapi ia belum siap atau tidak mau melayani. Bukankah itu menunjukkan kerancuan, apakah ia sungguh-sungguh membina hubungan pribadi dengan Tuhan? Apakah ia benar-benar mengenal Dia? Apakah ia tahu, mengerti dan memahami kehendak-Nya? Karena jika seseorang mengenal Dia dan kehendak-Nya maka ia akan memenuhi panggilan dan perintah-Nya. Dengan kata lain, ia pasti akan melayani Dia. Hal serupa yang tak kalah ironis adalah jika seseorang menyatakan bahwa ia sudah bertobat dan melayani tetapi tidak atau belum meninggalkan dosa-dosanya. Maka pertanyaannya, untuk apakah orang itu melayani dan ke manakah arah pelayanan tersebut? Apakah motif dan tujuan dari pelayanannya?

Jadi, atas dasar pengertian tersebut di atas, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa setiap jenis pelayanan haruslah mengarah, bertujuan atau berfokus kepada pertobatan. Sedangkan aplikasinya adalah sebagai berikut di bawah ini:
1. Maintainance yaitu pemeliharaan terhadap jemaat sebagai domba-domba Allah. Pemeliharaan mencakup feeding (memberi makanan rohani) dengan cara mengajar, mengadakan pelatihan, seminar, dan lain-lain; protecting (perlindungan) terhadap ajaran sesat atau pengajar palsu; guardian (penjagaan) terhadap pergaulan yang buruk atau kehidupan yang berdosa.

2. Making disciple atau biasa disebut sebagai evangelizing atau penginjilan (band. Matius 28:19-20). Penginjilan harus beriorientasi kepada “menjadikan murid” bukan hanya spread the gospel tanpa melihat, memperhatikan atau mengukur hasilnya. Penginjilan yang tidak berorientasi kepada “menjadikan murid” akan menjadikan hasilnya menjadi tidak real, tidak jelas dan tidak dapat diukur. Sebaliknya penginjilan yang tepat dan benar adalah penginjilan yang efektif, bertumbuh, maju dan berkembang.

3. Spiritual Growth (pertumbuhan rohani). Pelayanan yang efektif dan tepat sasaran haruslah berdampak terhadap pertumbuhan rohani anggota-anggota jemaat-Nya. Pertumbuhan rohani mencakup pertumbuhan kepribadian, karakter, pengenalan akan Allah termasuk pengertian dan pemahaman terhadap firman Allah, hubungan persaudaraan, kepedulian, perhatian terhadap jiwa-jiwa yang hilang, kepelayanan, gereja, masyarakat, pemerintah, dan lain-lain.

4. Making leaders merupakan konsekuensi positif dari spiritual growth termasuk di dalamnya adalah pertumbuhan jumlah anggota jemaat. Orang Kristen yang percaya, bertobat dan melayani pasti akan bertumbuh. Dengan dasar pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa “menjadikan pemimpin” adalah kebutuhan dan keharusan ditinjau dari pertumbuhan dan masa depan gereja atau jemaat. Pemimpin-pemimpin yang baru dilatih diharapkan dapat memimpin anggota-anggota yang lain di dalam pelayanan dan dapat melahirkan pemimpin baru yang lain di masa depan.

5. Making coach or trainer. Seperti halnya point 3, menjadikan pelatih adalah juga konsekuensi positif dari pertumbuhan jumlah anggota yang diikuti dengan pertumbuhan jumlah pemimpin. Coach atau trainer bertugas atau bertanggung-jawab untuk membantu pemimpin-pemimpin rohani untuk dapat bertumbuh ke level yang lebih tinggi, dengan beban dan tanggung-jawab yang lebih besar pula dibandingkan dengan yang sebelumnya. Mengenai coach atau trainer akan dibahas lebih lanjut pada topik 5 Karunia Jawatan.

Istilah leader atau coach mungkin tidak sering disebutkan secara eksplisit oleh Alkitab kecuali di Kitab Ibrani. Tetapi yang paling penting adalah fungsi dan pelaksanaannya, tugas dan tanggung-jawab mereka haruslah berorientasi kepada hal atau prinsip yang telah dijelaskan tadi yaitu pertumbuhan iman, pertobatan, kepelayanan, maintainance, making disciple dan spiritual growth, bukan yang lain yang berbeda dan tidak alkitabiah.


Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

1 komentar:

haryson mengatakan...

luar biasa...terstruktur bgt buat menjadi kristen2 sejati