Selama menjadi seorang Kristen saya sudah mendengar isu-isu yang men-diskreditkan Yesus atau Alkitab, baik secara verbal maupun melalui media masa. Saya percaya bahwa tentu saja orang-orang yang menyebarkannya mempunyai tujuan atau kepentingan tersendiri. Entah itu demi sensasi, popularitas, politisasi, atau mungkin semata-mata karena anti terhadap kekristenan. Saya tidak akan menyebutnya di sini satu per satu tetapi satu hal yang pasti tentang isu-isu tersebut bahwa semuanya terkikis habis, hilang, lenyap ditelan oleh waktu. Tidak ada satu pun dari isu-isu tersebut yang bertahan hingga saat ini.
Ini sebenarnya merupakan suatu bukti atau pelajaran bagi orang-orang Kristen agar tidak akan pernah percaya, terpancing, marah, atau tersinggung dengan isu-isu semacam itu. Apa yang semestinya dilakukan oleh orang-orang Kristen semestinya adalah tetap tekun mempelajari Kitab Suci mereka. Mengapa? Karena Alkitab adalah kebenaran dan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar di dalam hidup manusia. Yesus berkata di Yohanes pasal 17 ayat 17:”…firman Tuhan adalah kebenaran.”
Dengan demikian, setiap apologis Kristen yang percaya kepada kuasa firman Tuhan tidak harus mengambil langkah atau tindakan yang tidak tepat atau tidak sesuai dalam merespon isu-isu yang demikian. Cukup membaca, memerhatikan dan menyelidiki Alkitab yang ada di rumah, maka mereka akan dapat menemukan jawabannya. Jika seseorang apologis bukanlah sejarahwan atau arkeolog, tentu ia tidak perlu mengunjungi tempat-tempat atau lokasi-lokasi tertentu untuk mengadakan penelitian sejarah atau arkeologi. Mengapa? Karena Alkitab sebenarnya cukup untuk menjawab isu-isu semacam itu. Mazmur pasal 19:8 berkata:”Taurat Tuhan itu sempurna”. Ibrani pasal 4 ayat 12 mengatakan:”…firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun,…ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Contohnya terhadap isu-isu yang men-diskreditkan Yesus, Alkitab dengan sangat jelas telah menubuatkan tentang kedatangan Yesus, kelahiran-Nya, kehidupan, pelayanan, kematian dan kebangkitan-Nya. Sehingga atas dasar itu, isu-isu apapun yang negatif, yang sensasionl yang seperti apapun tentang Yesus dapat dibuktikan kesalahannya oleh Alkitab, termasuk isu tentang Yesus yang pernah hijrah ke India atau menikah dengan Maria Magdalena. Itu jelas adalah kebohongan dan fitnah.
Seorang apologis memang tidak ada salahnya mengetahui atau mengenali teknik-teknik yang biasa dilakukan oleh orang-orang tertentu untuk memutarbalik atau mengubah haluan orang Kristen atau apologis sehingga tidak percaya kepada Alkitab. Menurut saya ada 4 (empat) teknik yang biasanya digunakan oleh orang-orang seperti mereka.
Teknik yang pertama adalah menghina atau mengejek. Ini biasanya dilakukan terhadap seorang apologis yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Mereka mungkin akan mengamati dan memerhatikan apa yang dapat dijadikan senjata untuk menjatuhkan seorang apologis tersebut. Apakah itu soal penampilannya, caranya berbicara atau menyampaikan jawaban, atau mengenai apa yang sedang atau baru saja ia sampaikan.
Teknik yang serupa juga digunakan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terhadap Yesus. Mereka menghina, mengejek Dia, menyebut-Nya sebagai penghujat, mitra Belzebul, dan sebagainya. Tetapi mereka tidak pernah berhasil. Mengapa? Karena Yesus menjawab mereka dengan Kitab Suci yang kuat dan penuh kuasa. Ia seringkali menjawab dengan cara melontarkan pertanyaan seperti ini:”Tidakkah engkau baca?”, “Bukankah ada tertulis?” dan semacamnya. Ini menunjukkan saya dua hal penting. Yang pertama adalah bahwa Kitab Suci adalah kuasa Tuhan. Dan yang kedua adalah bahwa Yesus memberikan teladan kepada orang-orang Kristen untuk menjawab dengan Alkitab meskipun sebenarnya Ia sendiri adalah Firman yang hidup (band. Yoh 1:1, 14). Ia dapat menyatakan sesuatu dan sesuatu itu adalah firman.
Teknik yang kedua adalah dengan cara memuji. Ini sangat berbeda dan bertolak belakang dengan teknik yang pertama. Jika teknik yang pertama digunakan terhadap seorang apologis yang percaya diri, maka teknik yang kedua adalah terhadap apologis yang kurang percaya diri. Dengan menggunakan teknik ini diharapkan apologis tadi dapat dimenangkan hatinya, kemudian dirangkul menjadi teman sehingga meskipun mungkin tidak menjadi pendukung utama, tetapi setidaknya sudah tidak terlalu serius atau sungguh-sungguh bahkan mungkin akan menjadi kompromis terhadap kebenaran.
Teknik yang ketiga adalah repetisi. Repetisi bukan saja dilakukan oleh orang-orang sekuler, tetapi juga orang-orang yang relijius dan orang-orang Kristen pun melakukannya. Repetisi sangat berguna dan menguntungkan jika dilakukan terhadap ajaran atau doktrin yang Alkitabiah, sebaliknya tidak demikian terhadap yang tidak Alkitabiah. Contohnya, iklan produk-produk di media seperti televisi, internet, radio, surat kabar, billboard, dan sebagainya biasanya dilakukan dengan teknik repetisi yaitu mengkomunikasikan atau mengeksposnya berulang-ulang kali. Dengan demikian diharapkan orang-orang yang melihat, mendengar atau memerhatikan iklan tersebut akan tahu, mengingat, percaya dan yakin kepada produk yang diiklankan tersebut. Bahkan lebih dari itu mereka mungkin akan nge-fans atau ‘fanatik’ terhadap apa, siapa atau bagaimana produk itu diiklankan. Akibatnya, tidak sedikit orang di masa kini yang terjebak dan terperangkap di dalam materialisme dan konsumerisme. Lukas 11:28 berkata:”Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya”. Bukan yang materialis atau yang konsumeris. Jika demikian, salahkah mengiklankan produk? Tentu saja tidak. Tetapi, setiap orang perlu mengetahui dan menyadari seperti apakah sejatinya iklan-iklan tersebut secara umum yaitu bahwa ia biasanya tidak akan mengkomunikasikan kekurangan, kelemahan, efek samping, resiko atau dampak negatif dari produk-produknya.
Orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen semestinya juga sangat familiar dengan repetisi terhadap Alkitab. Baca dan perhatikanlah Ulangan pasal 6:6-8 dan Ibrani 1:1 berikut ini:
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. (Ulangan 6:6-8)
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (Ibrani 1:1-2)
Bedanya, semua produk tanpa kecuali adalah fana tetapi firman Tuhan yang tertulis di Alkitab adalah kekal selamanya (band. Luk 21:32; 1 Pet 1:24-25; Mzm 119:89). Sekarang tergantung tiap-tiap orang apakah ia akan percaya kepada Alkitab atau tidak? Setiap orang mempunyai banyak pilihan di dalam hidupnya. Apakah yang ia inginkan? Apakah yang ia percayai atau yakini? Apakah yang akan ia jadikan sebagai panduan hidupnya? Apakah ia mau mengikut Yesus atau orang seperti Hitler? Seseorang mungkin menyatakan bahwa ia tidak mau percaya kepada apapun atau kepada siapapun? Bukankah itu juga berarti pilihan. Sesuatu semacam kepercayaan atau keyakinan dalam bentuk yang berbeda yaitu bahwa ia tidak percaya kepada apa atau siapapun tetapi dirinya sendiri? Dengan kata lain, setiap manusia pasti akan percaya dan memilih sesuatu di dalam hidupnya, entahkah itu Tuhan atau yang lain.
Teknik yang keempat adalah dengan menggunakan public figure. Caranya adalah dengan mengekspos pernyataan atau testimony dari orang-orang terkenal, selebritis, yang mempunyai banyak fans atau audiens di dunia atau masyarakat luas yang berpotensi memutarbalikkan atau mengubah haluan orang-orang Kristen atau apologis. Orang-orang tertentu mempunyai potensi untuk melakukan hal semacam ini dan dapat memengaruhi banyak orang secara emosional.
Terlepas benar atau tidak tayangan-tayangan video di internet, YouTube, saya mengakui pernah merasa down dan kecewa terhadap pernyataan-pernyataan pendeta dan penginjil besar seperti Billy Graham dan Robert Schuller. Secara eksplisit, mereka menyatakan bahwa Yesus bukanlah satu-satunya jalan. Benarkah? Tidak. Alkitab selalu mempunyai jawaban dan dapat menjaga dan memertahankan dirinya. Galatia pasal 1 ayat 8 berkata tentang orang-orang seperti ini:
”Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.”
Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Ini sebenarnya merupakan suatu bukti atau pelajaran bagi orang-orang Kristen agar tidak akan pernah percaya, terpancing, marah, atau tersinggung dengan isu-isu semacam itu. Apa yang semestinya dilakukan oleh orang-orang Kristen semestinya adalah tetap tekun mempelajari Kitab Suci mereka. Mengapa? Karena Alkitab adalah kebenaran dan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar di dalam hidup manusia. Yesus berkata di Yohanes pasal 17 ayat 17:”…firman Tuhan adalah kebenaran.”
Dengan demikian, setiap apologis Kristen yang percaya kepada kuasa firman Tuhan tidak harus mengambil langkah atau tindakan yang tidak tepat atau tidak sesuai dalam merespon isu-isu yang demikian. Cukup membaca, memerhatikan dan menyelidiki Alkitab yang ada di rumah, maka mereka akan dapat menemukan jawabannya. Jika seseorang apologis bukanlah sejarahwan atau arkeolog, tentu ia tidak perlu mengunjungi tempat-tempat atau lokasi-lokasi tertentu untuk mengadakan penelitian sejarah atau arkeologi. Mengapa? Karena Alkitab sebenarnya cukup untuk menjawab isu-isu semacam itu. Mazmur pasal 19:8 berkata:”Taurat Tuhan itu sempurna”. Ibrani pasal 4 ayat 12 mengatakan:”…firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun,…ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Contohnya terhadap isu-isu yang men-diskreditkan Yesus, Alkitab dengan sangat jelas telah menubuatkan tentang kedatangan Yesus, kelahiran-Nya, kehidupan, pelayanan, kematian dan kebangkitan-Nya. Sehingga atas dasar itu, isu-isu apapun yang negatif, yang sensasionl yang seperti apapun tentang Yesus dapat dibuktikan kesalahannya oleh Alkitab, termasuk isu tentang Yesus yang pernah hijrah ke India atau menikah dengan Maria Magdalena. Itu jelas adalah kebohongan dan fitnah.
Seorang apologis memang tidak ada salahnya mengetahui atau mengenali teknik-teknik yang biasa dilakukan oleh orang-orang tertentu untuk memutarbalik atau mengubah haluan orang Kristen atau apologis sehingga tidak percaya kepada Alkitab. Menurut saya ada 4 (empat) teknik yang biasanya digunakan oleh orang-orang seperti mereka.
Teknik yang pertama adalah menghina atau mengejek. Ini biasanya dilakukan terhadap seorang apologis yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Mereka mungkin akan mengamati dan memerhatikan apa yang dapat dijadikan senjata untuk menjatuhkan seorang apologis tersebut. Apakah itu soal penampilannya, caranya berbicara atau menyampaikan jawaban, atau mengenai apa yang sedang atau baru saja ia sampaikan.
Teknik yang serupa juga digunakan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terhadap Yesus. Mereka menghina, mengejek Dia, menyebut-Nya sebagai penghujat, mitra Belzebul, dan sebagainya. Tetapi mereka tidak pernah berhasil. Mengapa? Karena Yesus menjawab mereka dengan Kitab Suci yang kuat dan penuh kuasa. Ia seringkali menjawab dengan cara melontarkan pertanyaan seperti ini:”Tidakkah engkau baca?”, “Bukankah ada tertulis?” dan semacamnya. Ini menunjukkan saya dua hal penting. Yang pertama adalah bahwa Kitab Suci adalah kuasa Tuhan. Dan yang kedua adalah bahwa Yesus memberikan teladan kepada orang-orang Kristen untuk menjawab dengan Alkitab meskipun sebenarnya Ia sendiri adalah Firman yang hidup (band. Yoh 1:1, 14). Ia dapat menyatakan sesuatu dan sesuatu itu adalah firman.
Teknik yang kedua adalah dengan cara memuji. Ini sangat berbeda dan bertolak belakang dengan teknik yang pertama. Jika teknik yang pertama digunakan terhadap seorang apologis yang percaya diri, maka teknik yang kedua adalah terhadap apologis yang kurang percaya diri. Dengan menggunakan teknik ini diharapkan apologis tadi dapat dimenangkan hatinya, kemudian dirangkul menjadi teman sehingga meskipun mungkin tidak menjadi pendukung utama, tetapi setidaknya sudah tidak terlalu serius atau sungguh-sungguh bahkan mungkin akan menjadi kompromis terhadap kebenaran.
Teknik yang ketiga adalah repetisi. Repetisi bukan saja dilakukan oleh orang-orang sekuler, tetapi juga orang-orang yang relijius dan orang-orang Kristen pun melakukannya. Repetisi sangat berguna dan menguntungkan jika dilakukan terhadap ajaran atau doktrin yang Alkitabiah, sebaliknya tidak demikian terhadap yang tidak Alkitabiah. Contohnya, iklan produk-produk di media seperti televisi, internet, radio, surat kabar, billboard, dan sebagainya biasanya dilakukan dengan teknik repetisi yaitu mengkomunikasikan atau mengeksposnya berulang-ulang kali. Dengan demikian diharapkan orang-orang yang melihat, mendengar atau memerhatikan iklan tersebut akan tahu, mengingat, percaya dan yakin kepada produk yang diiklankan tersebut. Bahkan lebih dari itu mereka mungkin akan nge-fans atau ‘fanatik’ terhadap apa, siapa atau bagaimana produk itu diiklankan. Akibatnya, tidak sedikit orang di masa kini yang terjebak dan terperangkap di dalam materialisme dan konsumerisme. Lukas 11:28 berkata:”Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya”. Bukan yang materialis atau yang konsumeris. Jika demikian, salahkah mengiklankan produk? Tentu saja tidak. Tetapi, setiap orang perlu mengetahui dan menyadari seperti apakah sejatinya iklan-iklan tersebut secara umum yaitu bahwa ia biasanya tidak akan mengkomunikasikan kekurangan, kelemahan, efek samping, resiko atau dampak negatif dari produk-produknya.
Orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen semestinya juga sangat familiar dengan repetisi terhadap Alkitab. Baca dan perhatikanlah Ulangan pasal 6:6-8 dan Ibrani 1:1 berikut ini:
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. (Ulangan 6:6-8)
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (Ibrani 1:1-2)
Bedanya, semua produk tanpa kecuali adalah fana tetapi firman Tuhan yang tertulis di Alkitab adalah kekal selamanya (band. Luk 21:32; 1 Pet 1:24-25; Mzm 119:89). Sekarang tergantung tiap-tiap orang apakah ia akan percaya kepada Alkitab atau tidak? Setiap orang mempunyai banyak pilihan di dalam hidupnya. Apakah yang ia inginkan? Apakah yang ia percayai atau yakini? Apakah yang akan ia jadikan sebagai panduan hidupnya? Apakah ia mau mengikut Yesus atau orang seperti Hitler? Seseorang mungkin menyatakan bahwa ia tidak mau percaya kepada apapun atau kepada siapapun? Bukankah itu juga berarti pilihan. Sesuatu semacam kepercayaan atau keyakinan dalam bentuk yang berbeda yaitu bahwa ia tidak percaya kepada apa atau siapapun tetapi dirinya sendiri? Dengan kata lain, setiap manusia pasti akan percaya dan memilih sesuatu di dalam hidupnya, entahkah itu Tuhan atau yang lain.
Teknik yang keempat adalah dengan menggunakan public figure. Caranya adalah dengan mengekspos pernyataan atau testimony dari orang-orang terkenal, selebritis, yang mempunyai banyak fans atau audiens di dunia atau masyarakat luas yang berpotensi memutarbalikkan atau mengubah haluan orang-orang Kristen atau apologis. Orang-orang tertentu mempunyai potensi untuk melakukan hal semacam ini dan dapat memengaruhi banyak orang secara emosional.
Terlepas benar atau tidak tayangan-tayangan video di internet, YouTube, saya mengakui pernah merasa down dan kecewa terhadap pernyataan-pernyataan pendeta dan penginjil besar seperti Billy Graham dan Robert Schuller. Secara eksplisit, mereka menyatakan bahwa Yesus bukanlah satu-satunya jalan. Benarkah? Tidak. Alkitab selalu mempunyai jawaban dan dapat menjaga dan memertahankan dirinya. Galatia pasal 1 ayat 8 berkata tentang orang-orang seperti ini:
”Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.”
Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar