Kamis, 06 Agustus 2009

DAPATKAH MANUSIA HIDUP TANPA TUHAN?

Ditinjau dari proses penciptaan, sangat jelas bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Mengapa? Karena nafas hidup manusia berasal daripada-Nya. Dengan kata lain, tanpa Dia, manusia hanyalah debu tanah yang tidak hidup.

Sekian waktu setelah penciptaan, manusia jatuh ke dalam dosa, dan itu menyebabkan mereka hidup secara “tidak normal”. Saya menggunakan istilah “tidak normal” adalah dalam perbandingannya dengan hidup sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Salah satu tanda, ciri atau reaksi manusia yang “tidak normal” itu adalah bahwa mereka bersembunyi dari Tuhan. Mereka ingin menjauh dari Dia dan tidak lagi menyukai kehadiran-Nya (band. Kejadian 3:8).

Di samping itu, Tuhan pun memisahkan diri karena pribadi-Nya yang Maha Kudus. Ia tidak dapat bergaul dengan dosa sehingga manusia harus berpisah dengan-Nya seperti yang dinyatakan ayat berikut ini:

Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan. (Kejadian 3:23-24)


Atau, oleh ayat berikut ini yaitu Yesaya 59:1-2:

Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

Sejak saat itu, hubungan manusia terhadap Tuhan menjadi tak seindah dulu. Manusia terpisah jauh dari-Nya, dan itu sangat memengaruhi kehidupan mereka selanjutnya.

Seiring berjalannya waktu, moralitas manusia semakin mengalami degradasi. Sebaliknya, kejahatan mereka mengalami eskalasi. Kutipan ayat dari Kitab Kejadian berikut ini mengungkapkan fakta tersebut:

kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,…(band. Kejadian 6:7)

Tindakan Tuhan selanjutnya adalah melenyapkan semua manusia dan menyisakan Nuh dan keluarganya. Saya jadi bertanya di dalam hati, “Andai manusia-manusia yang jahat tadi tidak pernah dilenyapkan oleh Tuhan, kira-kira seperti apakah generasi selanjutnya?” Mungkin akan lebih jahat dan semakin jahat dari yang sebelumnya.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa tanpa Tuhan, manusia akan menjadi semakin jahat. Moralitas mereka pasti akan mengalami degradasi dan semakin buruk dari waktu ke waktu. Tetapi, melalui peristiwa Nuh dan air bah, setidaknya Tuhan menunjukkan kepada manusia bahwa Ia adalah Tuhan yang patut dihormati dan disegani, dan bahwa Ia pasti menepati perkataan dan menggenapi janji-janji-Nya. Sehingga dengan demikian, manusia pun akan dapat mengingat peristiwa tersebut, dan dapat dijadikan peringatan untuk tidak menjadi liar, atau asal menjalani hidup dan sesuka hatinya berbuat dosa. Sebaliknya mereka semestinya takut akan Dia.

Setelah penciptaan Adam dan Hawa, Tuhan mengadakan pilihan terhadap manusia yaitu Nuh dan keluarganya sedangkan manusia-manusia yang lain sudah dilenyapkan. Demikian juga generasi selanjutnya, setelah peristiwa Nuh dan air bah, Tuhan menentukan bangsa pilihannya yaitu Abraham dan keturunannya atau biasa disebut sebagai bangsa Israel atau orang-orang Yahudi (band. Kejadian 18:19).

Melalui bangsa yang dipilih -Nya tersebut, sesungguhnya Tuhan pun sedang mengadakan perubahan, pengaruh, dan kemajuan terhadap kehidupan manusia di dunia termasuk moralitas dan peradabannya. Di zaman Perjanjian Lama, bangsa Israel adalah bangsa yang sangat berbeda dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Mereka tidak mengadakan penyembahan berhala, ritual-ritual yang ekstrim dan aneh penuh dengan percabulan dan pengorbanan nyawa manusia seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain. Sekali lagi, fakta ini mengungkapkan bahwa tanpa Tuhan manusia tidak akan mengalami kemajuan moral dan peradaban.

Setelah bangsa Israel atau bangsa Yahudi, lahirlah kekristenan. Saya akan jelaskan tentang lahirnya kekristenan pada kesempatan mendatang tetapi secara ringkas saya sampaikan bahwa kekristenan adalah kesempurnaan dari agama Yahudi. Apakah maksud saya dengan pernyataan ini? Tulisan-tulisan di kitab Perjanjian Lama bangsa Yahudi tidak akan pernah lengkap atau sempurna tanpa kekristenan. Perjanjian Lama adalah nubuat atau janji-janji-Nya, sedangkan Perjanjian Baru adalah penggenapan-Nya. Perjanjian Lama adalah gambar atau bayangannya, sedangkan kekristenan adalah penggenapan atau realisasinya. Itulah sebabnya mengapa agama Yahudi hingga saat ini masih terperangkap di dalam upacara-upacara atau ritual-ritual agamanya termasuk perang merebut tanah Bait Suci karena mereka menganggap nubuat atau janji belum digenapi dan Mesias pun belum juga datang.

Sekarang, mari perhatikan pengaruh Tuhan melalui kekristenan hingga saat ini. Yesus Kristus, rasul-rasul, penginjil, misionaris, pengajar-pengajar alkitab, dan gereja telah banyak memberikan kontribusi di dalam kehidupan dunia. Hasilnya, manusia di zaman sekarang ini mengalami kemajuan moral dan peradaban. Nilai-nilai Kristen memengaruhi moralitas manusia, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, industri, bisnis, perdagangan, dan bidang-bidang yang lain di dalam kehidupan manusia.

Saya tidak dapat menyebutkan satu per satu tetapi sejarah mencatat semua kemajuan dan perkembangan ini sehingga kehidupan menjadi seperti saat sekarang. Hanya Tuhan-lah yang oleh firman dan Roh Kudus-Nya telah memengaruhi hati, pikiran dan jiwa manusia sehingga mereka dapat membangun kehidupan yang jauh lebih baik dibanding era atau zaman-zaman sebelumnya.

Meskipun kehidupan yang seperti sekarang ini bukanlah merupakan akhir atau puncak ekspektasi Tuhan terhadap manusia tetapi dari sini dapat kita lihat bahwa Tuhan sangat berguna dan berpengaruh bagi manusia. Ia sangat dibutuhkan dan tanpa Dia, manusia tidak dapat hidup secara ‘normal’.

Demikian pula halnya dengan kehidupan setelah kematian, manusia mutlak membutuhkan Tuhan. Manusia bukan saja tidak dapat memeroleh hidup yang kekal tetapi juga binasa tanpa Dia, sebagaimana disebutkan ayat berikut ini:

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).

Jadi, kesimpulannya, manusia membutuhkan Tuhan di dalam hidupnya di dunia dan juga setelah kematiannya. Tanpa Dia, mereka tidak dapat hidup secara ‘normal’ baik di dalam kehidupan jasmani, sosial, mental dan spiritual.

Dunia patut merasa ‘berhutang’ dan berterima kasih kepada Tuhan yang melalui Nuh, Abraham, bangsa Yahudi, dan kekristenan telah mengubah moralitas dan peradaban dunia.

Memang ada tercatat di dalam sejarah bahwa ada gereja atau orang-orang Kristen pernah melakukan dosa dengan cara mengadakan peperangan, pembunuhan, dan kejahatan-kejahatan lainnya. Tetapi, menurut saya, mereka sesungguhnya bukanlah orang Kristen dan tidak patut menyandang nama atau sebutan sebagai orang Kristen karena sama sekali tidak mencerminkan pengaruh moral dan peradaban yang berasal dari Tuhan. Kekristenan yang saya maksudkan di dalam penjelasan saya bukanlah kekristenan yang korup yang menyimpang dari pengajaran yang murni dan suci melainkan kekristenan yang alkitabiah, yaitu yang benar dan sejati.

Timbul pertanyaan, apakah pengaruh Tuhan hanya di dalam hal moralitas, peradaban dan hidup setelah mati saja? Tentu saja tidak. Tetapi menurut saya tampaknya hal itu adalah yang paling penting dan mendasar di dalam kehidupan manusia. Karena tanpa moralitas dan peradaban yang sehat maka kehidupan manusia tidak ubahnya seperti hutan rimba yang liar, penuh dengan binatang yang buas, saling memangsa, ganas, menyeramkan dan mengerikan. Dan tanpa kehidupan setelah kematian, apalah artinya hidup ini? (band. 1 Korintus 15:32).



Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: