Lebih menyedihkan lagi adalah, anggota-anggota yang meninggalkan gereja besar itu akan memulai sebuah gereja yang baru, atau pindah ke gereja lain yang lebih kecil, tetapi terjebak kembali dalam paradigma gereja besar, kemudian bersiap-siap menghadapi prahara dan perpecahan lagi ketika gerejanya bertambah besar.
Tidak jarang para anggota gereja tertentu merupakan anggota beberapa gereja yang lain sebelumnya. Mereka adalah anggota yang sudah beberapa kali pindah gereja dengan beberbagai alasan. Tuding menuding di antara gembala mereka akhirnya mengemuka. Istilah curi domba (Ams 27:23) menjadi istilah klise untuk menyerang gereja lain yang lebih bertumbuh. Bahkan beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang anggota gereja tertentu. Ia berkisah, bahwa beberapa tahun sebelumnya, anggota gereja mereka hampir mencapai 100 orang. Tetapi kini, karena beberapa hal, termasuk masalah kepemimpinan, kehadiran Minggu tidak pernah melebihi 10 orang. Kemana yang ke 90 orang lainnya?
Larry Stockstill, dalam bukunya Gereja Sel, menekankan bahaya ‘pencurian domba’ dengan mengatakan: Di Bethany, kami menekankan bahwa kami tidak mengejar pertumbuhan melalui perpindahan, tetapi pertumbuhan melalui pertobatan.32
Atau Rick Warren mengklaim, bahwa anggota gerejanya hanya terdiri dari mereka-mereka yang tidak memiliki atau tidak pernah datang ke gereja (unchurch). Agaknya Larry, atau Rick benar – paling tidak secara prinsip – tetapi kita harus memahami bahwa istilah ini dapat membahayakan.
Pencuri domba adalah maling. Jadi gereja ‘pencuri domba’ adalah gereja maling. Dan itu bukan gereja. Tuhan memberi istilah pencuri domba adalah serigala, dan pencuri menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu (Yoh 10:12). Istilah untuk serigala adalah iblis. Sangat membahayakan jikalau seorang pindah ke gereja lain, yang diberi stigma gereja pencuri domba. Gereja lain itu berarti jemaah iblis. Bayangkanlah berapa banyak jemaah iblis di dunia ini – jika pola berfi kir kita demikian picik dan terkesan sadis. Sudah selayaknya istilah gereja curi domba dibuang jauh-jauh bagi gereja yang merasa gerejanya adalah gereja Tuhan.
Sementara itu, gereja yang mencap gereja lain sebagai gereja pencuri atau perebut domba harus menyadari, apakah pemimpinnya adalah gembala yang baik, yang memberdayakan atau hanya gembala upahan – sehingga dombadomba yang bodoh itu lari. Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai gembala yang baik (Yoh 10), tetapi Dia katakan bahwa ada juga gembala upahan. Gembala yang bekerja hanya untuk upah, untuk program, dan tidak perduli untuk memberdayakan anggota-anggotanya, mereka adalah gembala yang jahat.
Ketika anggota-anggotanya pindah, bukannya menyadari diri dan bertobat, tetapi menuding gereja lain. Ini adalah tipe pemimpin upahan dan murahan, yang tidak menyadari dirinya. Pikirkanlah ini, anggota jemaat tidak akan pergi ke tempat lain jika mereka nyaman, aman karena doktrin mereka benar, dipimpin oleh orang yang benar dan diberdayakan dengan benar (bacalah Mazmur 23 sepuluh kali lagi dan yakinilah prinsip penggembalaannya). Justru jika hal-hal ini dilakukan oleh pemimpin ataupun gembala sidang, maka anggota jemaat akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan gereja lokal mereka .
Pemimpin yang memusatkan diri kepada pertumbuhan gereja besar semata dan menggunakan anggota-anggotanya untuk mencapai gereja besar hanya akan membuat anggota-anggotanya keletihan dan duniawi. Mereka akan berfikir gereja tidak ubahnya dengan perusahaan MLM (Multi Level Marketing), dan mereka hanya alat yang digunakan untuk mencapai tujuan si pemimpin. Tinggal menunggu waktu saja anggota-anggotanya dengan teratur akan mundur lewat pintu belakang gereja yang akan membuat gereja besar berhenti untuk bertumbuh (stagnant), atau beberapa kelompok yang sakit hati (desperate group) ataupun kelompok reformis menyerukan pemberontakan (revolusi) kerohanian, yang berakhir dengan separatisme dan perpecahan.
Penelitian yang dibuat Christian Schwarz untuk mengukur hubungan gereja dengan tingkat pertumbuhan mereka di gereja Jerman, memperoleh hasil yang cukup signifikan dengan asumsi kita. Menurut data Schwarz, pertumbuhan ratusan gereja-gereja di Jerman (meneliti 58 gereja kecil) dalam 5 tahun berjalan adalah sebagai berikut33:
Ukuran Gereja/ Pertumbuhan jiwa Dalam 5 Tahun/ Persentase keseluruhan:
- 1 – 100 (rata-rata 51 orang)/ 32/ 63%
- 101 – 200/ 32/ 23%
- 201 – 300/ 39/ 17%
- 301 – 400/ 25/ 7%
- 1000++ (rata-rata 2.856 jiwa)/ 112/ 4%
Penelitian ini, meski realistis, tetapi cukup mengejutkan. Karena dengan anggota ukuran gereja besar (2.856 anggota) dibandingkan dengan 58 gereja kecil (dengan rata-rata anggota 51 orang) digabung jadi satu (menjadi sekitar 2958 anggota dari 51x58), dalam kurun waktu 5 tahun akan berbanding 1.792 banding 112. Ke 58 gereja kecil tersebut dapat memenangkan hampir 1800 orang sementara gereja besar hanya 112. Dengan kata lain, sekitar 3000 anggota gereja yang dibagi dalam gereja gereja kecil telah memenangkan hampir 2000 orang, sementara 2900 anggota gereja besar hanya memenangkan 112 orang. Dengan kata lainnya lagi gereja besar telah mencegah 1.680 (=1.792-112) orang untuk masuk ke dalam gereja. Atau setidak-tidaknya dapat dikatakan, gereja besar (yang anggota-anggotanya tidak efektif) telah menjadikan gereja itu sendiri ‘lawan’ dari gereja-gereja kecil.
32. Larry Stockstill, “Gereja Sel”, Metanoia (Jakarta:2000), hal. 111.
33. Christian Schwarz, Pertumbuhan Gereja yang Alamiah, dalam Wolfgang Simson, Gereja Rumah,
hal 294.
32. Larry Stockstill, “Gereja Sel”, Metanoia (Jakarta:2000), hal. 111.
33. Christian Schwarz, Pertumbuhan Gereja yang Alamiah, dalam Wolfgang Simson, Gereja Rumah,
hal 294.
Dikutip dari SUSTAINABLE CHURCH GROWTH oleh Sahat Hutagalung.
Penerbit: BEREAN PUBLICATION HOUSE
Penerbit: BEREAN PUBLICATION HOUSE
Dapatkan diskon 10% s/d Mei 2009 hanya di
BEREAN CORNER BOOKSTORE & GIFTS
Menara Kuningan Unit F2
(SMS. 021 300 15 792 atau E-mail: letters.berean@gmail.com)
BEREAN CORNER BOOKSTORE & GIFTS
Menara Kuningan Unit F2
(SMS. 021 300 15 792 atau E-mail: letters.berean@gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar