Jumat, 18 Desember 2009

Yesus Kristus - Jawaban dan Solusi Hidup

Alkitab membuka mata kita untuk melihat, mengetahui dan mengerti dengan benar tentang kehidupan yang sedang kita jalani sekarang ini - keadaannya, permasalahan, tantangan dan solusinya dan bagaimana menjalani atau menyikapi permasalahan dan tantangan-tantangan tersebut.

Mazmur pasal 119 ayat 105 mengatakan bahwa firman Tuhan adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Di ayat 97 sampai dengan 103 disebutkan bahwa firman Tuhan dapat memberikan kita hikmat dan akal budi mengatasi kemampuan, pikiran dan pengalaman manusia.

Pada kesempatan ini saya akan membahas 6 (enam) permasalahan dan tantangan di dalam hidup kita sebagai orang Kristen.

Masalah atau tantangan yang pertama adalah Hidup yang Berdosa. Sejak awal mulanya, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Suatu anugerah yang luar biasa dari/ oleh Tuhan. Tetapi, manusia jatuh ke dalam dosa, melawan kehendak Allah dan tidak menganggap bahwa kehidupan yang kudus adalah penting bagi manusia bahkan hingga zaman sekarang ini.

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengertian atau keyakinan yang eksis hingga saat ini yang tidak menganggap bahwa kehidupan yang kudus adalah hal yang penting dan serius. Contohnya, ateisme yang percaya bahwa Tuhan itu tidak ada sehingga dengan demikian mereka tidak perlu takut atau bertanggung jawab kepada Dia mengenai dosa-dosa yang mereka lakukan. Contoh yang lain adalah Panteisme yang percaya akan reinkarnasi, sirkulasi dan hidup yang kembali bersatu atau menyatu dengan alam. Pengertian dan keyakinan manusia tentang Tuhan atau terhadap Tuhan, tentu saja berpengaruh terhadap hati, jiwa, pikiran dan tindakan mereka yang juga berpengaruh terhadap moralitas dan integritas manusia itu sendiri.

Di pasal-pasal selanjutnya dari kitab Kejadian pasal 3 disebutkan bahwa dosa-dosa manusia mengalami eskalasi, semakin banyak dan semakin besar. Pembunuhan Habel oleh kakaknya yang bernama Kain, kejahatan manusia di zaman Nuh dan lain sebagainya.

Sebenarnya, dosa bukan saja membuktikan pelanggaran atau kesalahan terhadap Tuhan tetapi juga terhadap sesama manusia. Contohnya adalah aborsi. Ditinjau dari hubungannya dengan Tuhan, itu berarti tidak menghargai manusia sebagai ciptaanNya. Ditinjau dari hubungannya dengan manusia, aborsi berarti tindakan membunuh orang lain yaitu bayi meskipun masih dalam bentuk janin.

Selain aborsi dan pembunuhan, ada banyak lagi dosa-dosa yang lain. Markus pasal 7 ayat 20 sampai 21 menyebutkan dosa demi dosa yang timbul dari dalam dari hati manusia. Dengan kata lain, hati dan pikiran manusia sudah korup sehingga apa yang keluar dari dalam dari hati mereka adalah dosa. Manusia membutuhkan pertolongan Tuhan supaya mereka berubah dari hidup yang berdosa menjadi manusia atau ciptaan yang baru yang benar dan kudus di hadapan Allah.

Manusia butuh memprioritaskan Tuhan, menyembah Dia, berdoa, mempelajari firmanNya, memberitakan Injil, mencari dahulu Kerajaan Allah, membantu yang tak berdaya, melestarikan alam dan lingkungan, bertanggung jawab dalam kehidupan, dan tidak melakukan kekerasan. Dengan demikian mereka bukan saja menjaga diri mereka sendiri tetapi juga dapat membuat perbedaan dan mengajar orang lain tentang kesucian dan kekudusan hidup.

Masalah atau tantangan yang kedua adalah Persatuan yang Duniawi dan Tidak Alkitabiah. Sejak awal, Tuhan menjadikan manusia dan memberinya arah hidup. Allah membiarkan manusia memerintah atas binatang di bumi, berbuah dan bertambah banyak serta memenuhi bumi, menaklukkannya, dan tersebar di bumi bukannya berkumpul di satu wilayah atau daerah saja.

Perkumpulan manusia tampaknya tidak selalu baik apalagi tanpa Tuhan ada di tengah mereka. Perkumpulan atau persatuan manusia tanpa Tuhan akan berakibat fatal bagi manusia dan kehidupan mereka sendiri. Itu pernah terjadi di zaman Nimrod. Manusia membangun sebuah Menara yaitu Menara Babel dan memutuskan untuk tidak mematuhi perintah Allah melainkan diri sendiri. Mereka fokus kepada manusia, mengandalkan kekuatan dan kemampuan manusia dan pada saat yang sama mengabaikan Tuhan dan menentang Dia. Tetapi, Tuhan mengacaukan mereka dengan cara mengubah bahasa-bahasa mereka sehingga mereka tidak mengerti dan tidak dapat bekerjasama antara satu dengan yang lain. Itu dilakukan Tuhan demi kebaikan dan kepentingan manusia yang jauh lebih besar.

Tuhan ingin manusia dapat menjadi satu di dalam Dia bukan dalam kepercayaan atau keyakinan yang salah atau yang palsu. Segala kekuatan dan kemampuan manusia termasuk peningkatan pengetahuan dan teknologi tanpa sikap takut, tunduk dan hormat kepada Tuhan akan membawa kehancuran.

Peristiwa serupa bisa terjadi di zaman modern ini. Ide tentang satu pemerintahan dunia yang popular di masa kini sesungguhnya dapat menimbulkan berbagai masalah di masa depan. Misalnya, jika dunia mempunyai kekuatan militer yang tunggal, itu akan dapat disalahgunakan untuk mengalahkan atau menindas orang-orang tertentu yang seharusnya mendapat penjagaan, perlindungan, atau pembelaan.

Kitab Wahyu berbicara tentang persatuan yang tidak rohani pada akhir zaman. Pada masa itu akan ada kekuatan tunggal yaitu antikris yang akan menguasai agama, politik dan ekonomi dunia. Ia akan berbuat semena-mena bahkan memaksa orang untuk menyembah dia. Ia akan mengadakan siksaan yang dahsyat terhadap orang-orang yang tidak menuruti apa yang ia inginkan.

Persatuan yang tidak alkitabiah bukan saja tidak baik tetapi sangat berbahaya. Menara Babel bukanlah hal yang baik. Ia mendorong ke arah satu pemerintahan dunia yang tidak percaya kepada Allah tetapi kekuasaannya sendiri. Yesus tidak pernah berdoa untuk persatuan yang duniawi tetapi Ia berdoa agar supaya murid-muridNya menjadi satu di dalam Dia dan satu di dalam Bapa (band. Yoh 17). Kita harus menaruh iman kita kepada Allah dan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghindari pembangunan Menara Babel baru. Kita tidak boleh mengikuti atau mendukung hal-hal seperti itu melainkan harus percaya hanya kepada Allah saja. Harapan kita bukan dalam hikmat manusia tetapi dalam kebijaksanaan Kristus. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya pada manusia. Tuhanlah yang akan mengalahkan Iblis dan mengalahkan pemerintahannya pada akhir zaman.

Masalah yang ketiga adalah Pendidikan yang Tidak Alkitabiah. Plato berkata bahwa negara harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dan memilih profesi bagi mereka. Carl Marx menyusul kemudian mengatakan hal yang sama bahwa negara harus meningkatkan dan mendidik anak-anak. John Dewey menyebutkan bahwa system pendidikan harus digunakan oleh negara untuk meng-indoktrinasi anak. Tetapi Alkitab berkata bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua. Mereka tidak boleh diajarkan oleh non-orang percaya di dalam hal iman.

Pandangan atau pendapat-pendapat tadi menandakan bahwa sistem pendidikan dunia pun telah sekian lama dalam keadaan yang dipengaruhi oleh hal-hal duniawi termasuk oleh gerakan New Age dan imigran dari Tengah dan Timur Jauh. Sebaliknya, ajaran-ajaran Alkitab atau kekristenan dikeluhkan. Sepuluh Perintah Allah mulai dibawa keluar dari semua sekolah. Anak-anak diajarkan tentang evolusi bukan penciptaan. Mereka diajar untuk menyembah bumi sebagai pencipta besar, bukan Allah.

Keadaan ini menimbulkan kebingungan. Nilai-nilai moral Kristen semakin digeser dari lingkungan sekolah dan pendidikan. Anak-anak mempelajari standar ganda yaitu yang mereka peroleh dari sekolah dan dari gereja atau sekolah minggu.

Sistem pendidikan dunia sekarang tampaknya bergerak lebih ke arah pemikiran New Age (zaman baru) dan jauh dari tradisi dan nilai-nilai Kristen. Orang Kristen harus melakukan yang terbaik untuk mendidik anak-anak mereka menjadi dewasa dengan pengetahuan Alkitab yang baik, dan teori-teori yang baik seperti pengelolaan financial dan bagaimana ber-fungsi dalam masyarakat. Sehingga, anak-anak tahu mana yang benar dan mana yang salah dan memungkinkan mereka tumbuh dalam masyarakat yang selalu berubah.


(bersambung)


Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: