Senin, 23 November 2009

Kristen atau Mistisisme?

Ada terdapat dua hal yang mendasar tentang mistisisme. Yang pertama adalah keinginan mencari pengalaman langsung dengan Tuhan dan kedua adalah seluruh kebenaran agama adalah subyektif kepada pencari pengalaman.

Yesaya pasal 59 ayat 2 mengatakan:”…tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Roma pasal 3:23 mengatakan:”Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Dengan kata lain, manusia terpisah dari Allah karena dosa, sehingga dengan demikian, upaya subyektif manusia seperti mistisisme yaitu mencari pengalaman langsung dengan Tuhan dengan cara meditasi dan lain sebagainya tidak akan pernah berhasil. Apa dasar saya menyatakannya demikian? Yang pertama adalah bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah dimulai dari Tuhan, oleh Tuhan, atas inisiatif Tuhan dan penyataan Tuhan. Ibrani pasal 1 ayat 1 dan 2 mengatakan:

”…Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya,…”

2 Timotius pasal 3 ayat 15 berkata bahwa Alkitab dapat memberi hikmat dan menuntun manusia kepada keselamatan. 2 Petrus 1 ayat 20 sampai 21 mengatakan bahwa Alkitab adalah tulisan yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Dengan kata lain, hubungan antara manusia dengan Tuhan hanya akan berhasil dengan atau melalui firmanNya bukan dengan mistisisme atau pencarian pengalaman yang subyektif dengan Tuhan.


Matius pasal 7 ayat 21 sampai 24 menggambarkan kegagalan manusia dalam upaya mereka untuk dapat berkenan di hadapan Tuhan. Mereka menyangka bahwa mereka berkenan dan diterima oleh Dia tetapi sebaliknya mereka ditolak bahkan Tuhan berkata kepada mereka bahwa Ia tidak mengenal mereka. Padahal di ayat 22 disebutkan bahwa orang-orang tersebut berseru-seru kepada Dia, bernubuat demi namaNya, mengusir setan demi namaNya, dan mengadakan banyak mujizat demi namaNya juga. Apa masalahnya? Di ayat 21 dan 24 disebutkan bahwa Tuhan hanya berkenan kepada mereka yang mendengar dan melakukan perkataanNya dan yang melakukan kehendak Bapa di Sorga. Dengan kata lain, firman Tuhan adalah otoritatif dan mutlak dibutuhkan dalam membina hubungan yang harmonis dan akrab dengan Dia, bukan mistisisme atau pencarian pengalaman rohani yang subyektif. Sekalipun mungkin ada terdapat pengalaman-pengalaman rohani yang mempesona, dahsyat dan menggemparkan, tetapi jika itu tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka orang Kristen patut menolak dan tidak menerimanya.

Timbul pertanyaan, bagaimana dengan kesaksian Paulus di 2 Korintus 12 ayat 2 sampai 4 yang mengatakan:” Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya-- ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”

Gambaran yang semacam inilah yang seringkali kita dengar dari orang-orang Kristen tertentu yang menganut aliran atau unsur mistisisme di masa kini. Ada terdapat perbedaan yang pokok atau mendasar antara pengalaman Paulus dibandingkan dengan mereka yang seperti itu. Yang pertama, ditinjau dari jabatannya Paulus adalah seorang rasul sedangkan mereka bukan. Yang kedua, ditinjau dari cara mengkomunikasikannya Paulus tampak tidak ingin bermegah tentang pengalaman itu bahkan ia tidak menyebutkan namanya atau dirinya melainkan menyebutnya dengan kata “seorang Kristen”. Sangat berbeda halnya dengan orang-orang Kristen tertentu yang mengkomunikasikan pengalaman yang semacam itu secara besar-besaran melalui media masa seperti radio, televisi, rekaman audio-visual, buku, KKR, seminar, dan lain sebagainya. Yang ketiga, ditinjau dari segi waktu, rasul Paulus hidup di era apostolik, yaitu era pemberitaan firman yang diteguhkan atau di-verifikasi secara langsung dengan mujizat atau tanda-tanda ajaib. Sedangkan di masa kini, tanpa peneguhan atau verifikasi mujizat atau tanda-tanda ajaib lagi yang lain yang baru di masa kini, semestinya firman Tuhan sudah dapat diterima dan tidak perlu diragukan lagi. Ibrani pasal 2 ayat 4 mengatakan:”Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.” Dengan kata lain, peneguhan tersebut terjadi atau dilakukan Tuhan di masa yang lampau bukan di masa kini ataupun di masa yang akan datang. Yang ke-empat, ditinjau dari frekwensinya, pengalaman orang-orang Kristen tertentu di masa kini yang bersaksi tentang pengangkatan atau kunjungannya ke Surga adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan Paulus yang adalah seorang rasul. Setahu saya tidak ada ayat yang lain lagi yang menyatakan bahwa Paulus diangkat atau mengunjungi Surga kecuali satu kutipan ayat di surat 2 Korintus pasal 12 tadi.

Selain itu, ada terdapat dua perbedaan besar di antara mistisisme yaitu bahwa mereka menyangkal fakta Inkarnasi Kristus dan mereka juga bahkan menyangkal bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa sebagai penebus atau juruselamat. Mereka tidak percaya pada penebusan dan merasa bahwa mereka dapat dibuat benar dengan Tuhan melalui pengalaman mereka. Hal ini jelas sama sekali bertentangan dan tidak sesuai dengan Alkitab. Yesaya pasal 7 mengatakan bahwa Kristus dikandung oleh Roh Kudus dan lahir dari rahim seorang perawan. Ia disebut Yesus (Juruselamat) dan Immanuel (Allah beserta kita). Yesaya pasal 9 mengatakan bahwa Kristus adalah Allah yang Perkasa dan Bapa yang Kekal. Mikha pasal 5 mengatakan bahwa Ia akan lahir di Betlehem tetapi permulaannya sudah ada sejak dahulu kala. Di Yohanes pasal 8, Yesus berkata bahwa Ia sudah ada sebelum Abraham. Di pasal-pasal yang lain di Injil Yohanes, Yesus menyebut diriNya dengan “I AM” kata yang sama yang disebutkan oleh Allah Abraham, Ishak dan Yakub kepada nabi Musa. Sebutan itulah yang membuat geram orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sehingga ingin melemparnya dengan batu. Sebutan itu juga yang membuat orang-orang yang ingin menangkapNya menjadi mundur dan jatuh ke tanah (band. Yoh 18:6). Dari sejumlah ayat tadi dapat disimpulkan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah (the second member of trinity) yang ber-inkarnasi menjadi manusia. Ia adalah Allah di dalam daging (God in human flesh). Ia adalah 100% Allah dan 100% manusia (fully man and fully God).

Yohanes pasal 5 ayat 22 sampai 23 mengatakan:”Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.”

Kesimpulannya, Kristen sesungguhnya adalah berbeda dengan mistisisme meski dibungkus dengan nama, sebutan atau panggilan Kristen.




Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: