Bacaan: Ayub 1:7-12
1:7 Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis:”Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:”Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.”
1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis:”Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
1:9 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:”Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
1:10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kau berkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
1:11 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”
1:12 Maka firman TUHAN kepada Iblis:”Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
Di sepanjang zaman, ada saja bencana atau malapetaka yang mengundang tanya tentang di mana TUHAN saat semuanya terjadi? Apakah IA sedang tidur atau bersembunyi? Apakah IA berdaya atau tidak? Tidakkah IA tahu tentang pencobaan yang akan atau sedang datang? Jika IA tahu mengapa IA membiarkan-Nya? Tidakkah IA dapat menghalanginya, menghentikan atau membatalkannya? Jika ya, mengapa IA tidak melakukannya? Atau, jangan-jangan IA tidak peduli dengan apa yang terjadi?
Atau, siapa sesungguhnya di balik pencobaan-pencobaan itu? TUHAN atau iblis? Jika TUHAN, bagaimana mungkin? Bukankah IA - Allah yang Maha Mengasihi? Jika Iblis, mengapa TUHAN tidak menghalaunya? Mengapa TUHAN tidak turun tangan, berbuat sesuatu sehingga apa yang tidak diharapkan terjadi, tidak terjadi? Bukankah demikian?
Sebut saja peristiwa WTC 911, tsunami, topan, badai, perang dunia atau perang antar bangsa, bombing, penganiayaan, dan banyak lagi yang tidak tersebutkan di ruang ini. Semua itu dapat dijadikan bahan untuk menyerang TUHAN, berpikir negatif terhadap-Nya, curiga atau menyalahkan DIA. Seolah mendudukkan-Nya di kursi terdakwa. Guilty or Not guilty?
Itulah reaksi spontan manusia terhadap bencana atau malapetaka di dunia pada umumnya. Mungkin termasuk Anda dan saya. Sebaliknya, jika Anda mengerti dan memahaminya berdasarkan Kitab Suci, Anda tidak akan menjadi kecewa dan putus asa. Melainkan, dapat melihat jauh ke depan sampai di ujung atau akhir dari pencobaan itu. Bukannya fokus terhadap pencobaan yang sedang terjadi, pada prosesnya yang sukar, sulit atau bahkan menyakitkan.
Mari baca dan pelajarilah kutipan ayat Alkitab tentang pencobaan berikut ini.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (I Korintus 10:13)
…Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)
…Aku (TUHAN) ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)
Anda tentunya telah mengerti, bukan? Janganlah menjadi seperti isteri Ayub atau teman-temannya. Di antara mereka ada yang menyalahkan TUHAN. Ada pula yang menyalahkan Ayub. Isterinya dan teman-teman Ayub adalah gambaran dari orang-orang yang tidak mengerti dan tidak menyadari bahwa bencana atau malapetaka bukanlah melulu hukuman atau konsekuensi logis. Tetapi juga, adalah peristiwa atau kejadian yang di-izinkan TUHAN untuk menyempurnakan orang yang dikasihi-Nya. Sehingga dengan demikian orang tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karakternya, hubungannya, perspektifnya atau imannya.
Seperti halnya Ayub setelah pencobaannya berakhir. Selain memperoleh harta dan keturunan yang berlipat ganda, ia mendapat sesuatu yang sangat berharga. Mungkin paling berharga sepanjang hidupnya. Apakah itu? Pengalaman dengan TUHAN. Ia, setelah itu menjadi pribadi yang lebih baik. Jauh lebih baik dari sebelumnya. Bukannya hanya mengerti TUHAN secara intelektual tetapi juga emosional. Hati dan jiwanya lebih dekat kepada-Nya. Jika sebelumnya, ia banyak melihat dan mendengar TUHAN, tetapi setelah pencobaan itu, ia lebih merasakan-Nya bahwa IA baik, terlepas dari pencobaan yang sedang terjadi. Seperti yang digambarkan pemazmur di Mazmur 34:9 berikut ini:
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
Anda mungkin bertanya, bagaimana dengan korban bencana atau korban jiwa? TUHAN adalah adil. Ia tahu yang final dan yang tidak final. Dan lagi kematian bukanlah keadaan yang final, bukan?
Jika demikian apakah setiap peristiwa adalah pencobaan “Ayub”? Tidak. Ada terdapat 3 (tiga) rupa-rupa atau jenis peristiwa:
1. Peristiwa yang berupa konsekuensi logis dari kesalahan di masa lalu. Contohnya, banjir sebagai akibat dari membuang sampah sembarangan.
2. Peristiwa yang berupa hukuman atau disiplin.
Contohnya, pelaku kriminal ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara
karena mencuri, merampok atau membunuh.
3. Peristiwa yang di-izinkan TUHAN untuk menyempurnakan kualitas pribadi, karakter, hubungan, perspektif, iman, kasih, dan pengharapan dari orang-orang yang dikasihi-Nya.
Ringkasnya, kebenaran-kebenaran tentang pencobaan berdasarkan Kitab Ayub adalah seperti berikut:
1. Kontrol kehidupan ada di tangan TUHAN. Ada atau tidak ada pencobaan.
2. Pencobaan berasal dari iblis dengan seizin TUHAN.
3. Iblis bertujuan supaya manusia berbuat dosa, tidak percaya, apatis atau memusuhi Allah. Sedangkan TUHAN bertujuan menjadikan manusia lebih baik dan sempurna.
4. Pilihan dan keputusan manusia sangat menentukan hasil akhirnya.
Semoga Anda mengerti penjelasan saya. GOD is GOOD my friend!
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa yakin dan percaya bahwa Engkau adalah Allah yang baik. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
1:7 Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis:”Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:”Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.”
1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis:”Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
1:9 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:”Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
1:10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kau berkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
1:11 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”
1:12 Maka firman TUHAN kepada Iblis:”Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
Di sepanjang zaman, ada saja bencana atau malapetaka yang mengundang tanya tentang di mana TUHAN saat semuanya terjadi? Apakah IA sedang tidur atau bersembunyi? Apakah IA berdaya atau tidak? Tidakkah IA tahu tentang pencobaan yang akan atau sedang datang? Jika IA tahu mengapa IA membiarkan-Nya? Tidakkah IA dapat menghalanginya, menghentikan atau membatalkannya? Jika ya, mengapa IA tidak melakukannya? Atau, jangan-jangan IA tidak peduli dengan apa yang terjadi?
Atau, siapa sesungguhnya di balik pencobaan-pencobaan itu? TUHAN atau iblis? Jika TUHAN, bagaimana mungkin? Bukankah IA - Allah yang Maha Mengasihi? Jika Iblis, mengapa TUHAN tidak menghalaunya? Mengapa TUHAN tidak turun tangan, berbuat sesuatu sehingga apa yang tidak diharapkan terjadi, tidak terjadi? Bukankah demikian?
Sebut saja peristiwa WTC 911, tsunami, topan, badai, perang dunia atau perang antar bangsa, bombing, penganiayaan, dan banyak lagi yang tidak tersebutkan di ruang ini. Semua itu dapat dijadikan bahan untuk menyerang TUHAN, berpikir negatif terhadap-Nya, curiga atau menyalahkan DIA. Seolah mendudukkan-Nya di kursi terdakwa. Guilty or Not guilty?
Itulah reaksi spontan manusia terhadap bencana atau malapetaka di dunia pada umumnya. Mungkin termasuk Anda dan saya. Sebaliknya, jika Anda mengerti dan memahaminya berdasarkan Kitab Suci, Anda tidak akan menjadi kecewa dan putus asa. Melainkan, dapat melihat jauh ke depan sampai di ujung atau akhir dari pencobaan itu. Bukannya fokus terhadap pencobaan yang sedang terjadi, pada prosesnya yang sukar, sulit atau bahkan menyakitkan.
Mari baca dan pelajarilah kutipan ayat Alkitab tentang pencobaan berikut ini.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (I Korintus 10:13)
…Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)
…Aku (TUHAN) ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)
Anda tentunya telah mengerti, bukan? Janganlah menjadi seperti isteri Ayub atau teman-temannya. Di antara mereka ada yang menyalahkan TUHAN. Ada pula yang menyalahkan Ayub. Isterinya dan teman-teman Ayub adalah gambaran dari orang-orang yang tidak mengerti dan tidak menyadari bahwa bencana atau malapetaka bukanlah melulu hukuman atau konsekuensi logis. Tetapi juga, adalah peristiwa atau kejadian yang di-izinkan TUHAN untuk menyempurnakan orang yang dikasihi-Nya. Sehingga dengan demikian orang tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karakternya, hubungannya, perspektifnya atau imannya.
Seperti halnya Ayub setelah pencobaannya berakhir. Selain memperoleh harta dan keturunan yang berlipat ganda, ia mendapat sesuatu yang sangat berharga. Mungkin paling berharga sepanjang hidupnya. Apakah itu? Pengalaman dengan TUHAN. Ia, setelah itu menjadi pribadi yang lebih baik. Jauh lebih baik dari sebelumnya. Bukannya hanya mengerti TUHAN secara intelektual tetapi juga emosional. Hati dan jiwanya lebih dekat kepada-Nya. Jika sebelumnya, ia banyak melihat dan mendengar TUHAN, tetapi setelah pencobaan itu, ia lebih merasakan-Nya bahwa IA baik, terlepas dari pencobaan yang sedang terjadi. Seperti yang digambarkan pemazmur di Mazmur 34:9 berikut ini:
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
Anda mungkin bertanya, bagaimana dengan korban bencana atau korban jiwa? TUHAN adalah adil. Ia tahu yang final dan yang tidak final. Dan lagi kematian bukanlah keadaan yang final, bukan?
Jika demikian apakah setiap peristiwa adalah pencobaan “Ayub”? Tidak. Ada terdapat 3 (tiga) rupa-rupa atau jenis peristiwa:
1. Peristiwa yang berupa konsekuensi logis dari kesalahan di masa lalu. Contohnya, banjir sebagai akibat dari membuang sampah sembarangan.
2. Peristiwa yang berupa hukuman atau disiplin.
Contohnya, pelaku kriminal ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara
karena mencuri, merampok atau membunuh.
3. Peristiwa yang di-izinkan TUHAN untuk menyempurnakan kualitas pribadi, karakter, hubungan, perspektif, iman, kasih, dan pengharapan dari orang-orang yang dikasihi-Nya.
Ringkasnya, kebenaran-kebenaran tentang pencobaan berdasarkan Kitab Ayub adalah seperti berikut:
1. Kontrol kehidupan ada di tangan TUHAN. Ada atau tidak ada pencobaan.
2. Pencobaan berasal dari iblis dengan seizin TUHAN.
3. Iblis bertujuan supaya manusia berbuat dosa, tidak percaya, apatis atau memusuhi Allah. Sedangkan TUHAN bertujuan menjadikan manusia lebih baik dan sempurna.
4. Pilihan dan keputusan manusia sangat menentukan hasil akhirnya.
Semoga Anda mengerti penjelasan saya. GOD is GOOD my friend!
Doa:
Tuhan terima kasih atas pelajaran pagi ini. Mampukan hamba agar dapat senantiasa yakin dan percaya bahwa Engkau adalah Allah yang baik. Di dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar