Karena manusia telah jatuh ke dalam dosa maka mereka tidak dapat mengenal Allah. Mereka terpisah dari-Nya (band. Yes 59:1-2). Sehingga pengenalan akan Allah hanya mungkin dimulai pertama-tama dari Allah sendiri. Ia yang pertama harus menyatakan diri-Nya. Dan memang demikian yang telah terjadi bahwa Ia menyatakan diri-Nya melalui para nabi hingga akhirnya melalui Anak-Nya (band. Ibr 1:1-3; Yoh 3:16).
Bagi orang Kristen yang hidup di masa kini tentu akan lebih mudah mengenal Allah melalui buku Perjanjian Baru. Mereka dapat mengenal Dia melalui Yesus Kristus. Sebab Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah (the exact representation of His nature). Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Seluruh kepenuhan Allah berkenan di dalam Dia (band. Kol 1:15, 19). Ia sama dengan Allah (band. Fil 2:6), dan Ia adalah Allah (band. Yoh 1:1; 14).
Dengan demikian, sebagai orang Kristen di masa kini, seseorang tidak perlu heran atau pusing tentang mengapa atau bagaimana kepercayaan atau interpretasi tentang Tuhan dapat berbeda-beda dan beraneka ragam. Hal itu sangat mungkin disebabkan karena mereka hanya mengambil sebagian saja dari semua penyataan Allah yang utuh yaitu melalui Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Jika penyataan Allah kita bagi ke dalam 3 (tiga) periode yaitu Sebelum Alkitab ditulis, periode Perjanjian Lama, dan periode Perjanjian Baru, maka orang-orang yang yang tidak menerima Perjanjian Baru tentunya akan menolak Yesus. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang percaya kepada satu Allah yang tidak kelihatan bukan Allah di dalam daging atau yang ber-inkarnasi. Apalagi yang berasal dari daerah yang tidak terpandang seperti Galilea atau Nazareth. Tentu kebenaran tersebut sangat sukar diterima oleh bangsa tersebut bahkan menjadi batu sandungan bagi mereka.
Sebagai orang Kristen yang menerima kanon Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tentunya kita tidak dapat mengambil satu atau dua periode saja dari ketiga periode tadi tetapi semuanya yaitu keseluruhan. Sehingga pengenalan akan Allah tidak akan menjadi potongan puzzle yang tidak lengkap yang menghasilkan gambar yang tak jelas.
Memang ada terdapat kelompok atau golongan Kristen yang meskipun telah menerima Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mempunyai perbedaan interpretasi yang cukup serius. Salah satu contohnya adalah tentang trinitas. Orang Kristen yang disebut sebagai golongan “mainstream” percaya bahwa Allah adalah tiga pribadi tetapi satu atau biasa disebut dengan “Tritunggal”. Tetapi adapula golongan tertentu seperti: Saksi Yehovah, Yudaisme, atau Orang-orang Suci Zaman Akhir tidak percaya kepada hal tersebut. Selain itu ada juga yang tidak berpihak kepada keduanya seperti golongan restorasionis seperti Church of Christ. Dengan alasan bahwa trinitas bukan istilah alkitab dan di samping itu memang hal itu tidak begitu nyata jelas di Alkitab.
Mengenai kata “trinitas”, memang tidak disebutkan secara eksplisit di Alkitab tetapi hubungan yang sangat dekat dan tak terpisahkan antara Allah Bapa (Yahweh), Yesus Kristus (Anak) dan Roh Kudus membuat kita dapat melihat-Nya sebagai tiga pribadi tetapi juga satu. Seperti yang berulang kali dinyatakan oleh Yesus Kristus: “Aku dan Bapa adalah satu” atau “Bapa ada di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Ia adalah satu Allah yang menyatakan diri-Nya dengan tiga pribadi yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dengan demikian, kebenaran ini tidak bertentangan dengan keyakinan Yudaisme yang percaya bahwa hanya ada 1 (satu) Allah saja.
Sangat rasional pernyataan C.S Lewis yang menyatakan bahwa Allah adalah superpersonal bukan impersonal. Ia adalah pribadi yang Maha Tinggi yang jauh di atas sehingga dalam kondisi dan keterbatasan manusia, mereka tidak dapat menjangkau-Nya apalagi menyederhanakan-Nya.
Kecuali yang telah Ia nyatakan kepada kita, maka tidak satu hal pun yang nyata tentang Dia. Ia adalah Allah yang Maha Kuasa, Allah yang Baik, Maha Tahu dan Bijaksana, Allah yang Maha Kudus, Benar & Adil, Cemburu, Penuh Kasih Karunia, Maha Memerintah, Juruselamat, Tak Berubah, Penuh Sukacita, Tidak Kelihatan, Maha Pengampun, Kekal, Maha Mengasihi, Maha Mulia, dan Maha Mulia. Semua itu nyata bagi kita melalui Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Memang, ada terdapat orang tertentu seperti Marcion pernah menyatakan bahwa Allah Perjanjian Lama adalah Allah yang kejam sedangkan Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang Maha Kasih. Tetapi tidak demikian yang tercatat di Alkitab. Allah Perjanjian Lama pernah tawar menawar dengan Abraham dan Musa tentang hukuman terhadap manusia dan bangsa Israel. Ia pernah mengampuni bangsa Niniwe yang jahat. Di Kitab Raja-Raja tercatat bahwa Ia pernah menarik hukumannya terhadap raja Hizkia yang telah divonis mati melalui nubuat nabi Yesaya. Dan berbagai tindakan kasih lainnya yang Ia tunjukkan melalui penyediaan dan penyertaan-Nya terhadap bangsa Israel.
Intinya, betapa pentingnya untuk menerima Allah sesuai apa yang Ia nyatakan kepada kita meskipun ada terdapat hal-hal tertentu yang belum atau tidak dapat kita jangkau karena keterbatasan kita sebagai manusia. Karena pengenalan akan Allah akan mempengaruhi sikap, pikiran dan hati kita. Jika kita hanya percaya bahwa Allah adalah Allah yang kejam maka kita akan dihantui perasaan takut. Jika kita hanya percaya bahwa Allah adalah Maha Kasih tanpa percaya bahwa Ia adalah Allah yang Kudus dan Benar mungkin kita tidak mau bertobat. Jika kita tidak percaya bahwa Allah tidak punya Kasih Karunia maka kita akan menjadi seorang legalis.
Percayalah kepada Allah yang dinyatakan seutuhnya oleh Alkitab. Seutuhnya!
Bagi orang Kristen yang hidup di masa kini tentu akan lebih mudah mengenal Allah melalui buku Perjanjian Baru. Mereka dapat mengenal Dia melalui Yesus Kristus. Sebab Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah (the exact representation of His nature). Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Seluruh kepenuhan Allah berkenan di dalam Dia (band. Kol 1:15, 19). Ia sama dengan Allah (band. Fil 2:6), dan Ia adalah Allah (band. Yoh 1:1; 14).
Dengan demikian, sebagai orang Kristen di masa kini, seseorang tidak perlu heran atau pusing tentang mengapa atau bagaimana kepercayaan atau interpretasi tentang Tuhan dapat berbeda-beda dan beraneka ragam. Hal itu sangat mungkin disebabkan karena mereka hanya mengambil sebagian saja dari semua penyataan Allah yang utuh yaitu melalui Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Jika penyataan Allah kita bagi ke dalam 3 (tiga) periode yaitu Sebelum Alkitab ditulis, periode Perjanjian Lama, dan periode Perjanjian Baru, maka orang-orang yang yang tidak menerima Perjanjian Baru tentunya akan menolak Yesus. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang percaya kepada satu Allah yang tidak kelihatan bukan Allah di dalam daging atau yang ber-inkarnasi. Apalagi yang berasal dari daerah yang tidak terpandang seperti Galilea atau Nazareth. Tentu kebenaran tersebut sangat sukar diterima oleh bangsa tersebut bahkan menjadi batu sandungan bagi mereka.
Sebagai orang Kristen yang menerima kanon Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tentunya kita tidak dapat mengambil satu atau dua periode saja dari ketiga periode tadi tetapi semuanya yaitu keseluruhan. Sehingga pengenalan akan Allah tidak akan menjadi potongan puzzle yang tidak lengkap yang menghasilkan gambar yang tak jelas.
Memang ada terdapat kelompok atau golongan Kristen yang meskipun telah menerima Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mempunyai perbedaan interpretasi yang cukup serius. Salah satu contohnya adalah tentang trinitas. Orang Kristen yang disebut sebagai golongan “mainstream” percaya bahwa Allah adalah tiga pribadi tetapi satu atau biasa disebut dengan “Tritunggal”. Tetapi adapula golongan tertentu seperti: Saksi Yehovah, Yudaisme, atau Orang-orang Suci Zaman Akhir tidak percaya kepada hal tersebut. Selain itu ada juga yang tidak berpihak kepada keduanya seperti golongan restorasionis seperti Church of Christ. Dengan alasan bahwa trinitas bukan istilah alkitab dan di samping itu memang hal itu tidak begitu nyata jelas di Alkitab.
Mengenai kata “trinitas”, memang tidak disebutkan secara eksplisit di Alkitab tetapi hubungan yang sangat dekat dan tak terpisahkan antara Allah Bapa (Yahweh), Yesus Kristus (Anak) dan Roh Kudus membuat kita dapat melihat-Nya sebagai tiga pribadi tetapi juga satu. Seperti yang berulang kali dinyatakan oleh Yesus Kristus: “Aku dan Bapa adalah satu” atau “Bapa ada di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Ia adalah satu Allah yang menyatakan diri-Nya dengan tiga pribadi yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dengan demikian, kebenaran ini tidak bertentangan dengan keyakinan Yudaisme yang percaya bahwa hanya ada 1 (satu) Allah saja.
Sangat rasional pernyataan C.S Lewis yang menyatakan bahwa Allah adalah superpersonal bukan impersonal. Ia adalah pribadi yang Maha Tinggi yang jauh di atas sehingga dalam kondisi dan keterbatasan manusia, mereka tidak dapat menjangkau-Nya apalagi menyederhanakan-Nya.
Kecuali yang telah Ia nyatakan kepada kita, maka tidak satu hal pun yang nyata tentang Dia. Ia adalah Allah yang Maha Kuasa, Allah yang Baik, Maha Tahu dan Bijaksana, Allah yang Maha Kudus, Benar & Adil, Cemburu, Penuh Kasih Karunia, Maha Memerintah, Juruselamat, Tak Berubah, Penuh Sukacita, Tidak Kelihatan, Maha Pengampun, Kekal, Maha Mengasihi, Maha Mulia, dan Maha Mulia. Semua itu nyata bagi kita melalui Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Memang, ada terdapat orang tertentu seperti Marcion pernah menyatakan bahwa Allah Perjanjian Lama adalah Allah yang kejam sedangkan Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang Maha Kasih. Tetapi tidak demikian yang tercatat di Alkitab. Allah Perjanjian Lama pernah tawar menawar dengan Abraham dan Musa tentang hukuman terhadap manusia dan bangsa Israel. Ia pernah mengampuni bangsa Niniwe yang jahat. Di Kitab Raja-Raja tercatat bahwa Ia pernah menarik hukumannya terhadap raja Hizkia yang telah divonis mati melalui nubuat nabi Yesaya. Dan berbagai tindakan kasih lainnya yang Ia tunjukkan melalui penyediaan dan penyertaan-Nya terhadap bangsa Israel.
Intinya, betapa pentingnya untuk menerima Allah sesuai apa yang Ia nyatakan kepada kita meskipun ada terdapat hal-hal tertentu yang belum atau tidak dapat kita jangkau karena keterbatasan kita sebagai manusia. Karena pengenalan akan Allah akan mempengaruhi sikap, pikiran dan hati kita. Jika kita hanya percaya bahwa Allah adalah Allah yang kejam maka kita akan dihantui perasaan takut. Jika kita hanya percaya bahwa Allah adalah Maha Kasih tanpa percaya bahwa Ia adalah Allah yang Kudus dan Benar mungkin kita tidak mau bertobat. Jika kita tidak percaya bahwa Allah tidak punya Kasih Karunia maka kita akan menjadi seorang legalis.
Percayalah kepada Allah yang dinyatakan seutuhnya oleh Alkitab. Seutuhnya!
1 komentar:
Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini
Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )
”
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
🕎✡️👁️📜🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️☁️☀️⚡🌧️🌈🌒🌌🔥💧🌊🌬️🏞️🗺️🏡⛵⚓👨👩👧👦❤️🛐🤲🏻🖖🏻🌱🌾🍇🍎🍏🌹🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪🇮🇱⛪
Posting Komentar