Bacaan: Matius 7:13-27; Ibrani 10:19-26
Di tiga artikel sebelumnya, kita sudah mempelajari 10 hal penting tentang keselamatan dan apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan keselamatan itu. Secara nyata atau yang dapat dilihat oleh mata, keselamatan adalah berarti menjadi muridNya. Mengapa? Karena yang dimaksud dengan pintu yang sesak, jalan yang sempit menuju kehidupan adalah Yesus Kristus sendiri. Ia berkata:” Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput (band. Yohanes 10:9)” Di Yohanes 14 ayat 6, Ia juga mengatakan:”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Saya tertarik dengan penggunaan kata “pintu” dan “jalan” karena itu menggambarkan tentang sesuatu yang kita temukan bukan yang kita usahakan. Agama, sesungguhnya, adalah usaha manusia untuk mencapai Tuhan dan untuk sampai kepada Dia, tetapi, Yesus berkata bahwa Dialah yang menganugerahkan pintu atau jalan menuju keselamatan, manusia tidak dapat membuat pintu atau jalan mereka sendiri menuju ke sana. Yohanes 14 ayat 6b mengatakan:”Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Sorga), kalau tidak melalui Aku.” Dengan kata lain, itu berarti bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan yang lain selain Dia. Itu juga berarti bahwa pintu atau jalan yang lain tidak akan menghantarkan atau menibakan seseorang sampai ke Sorga. Ibrani 10 ayat 19 dan 20 juga mengatakan hal yang sama dan semakin meneguhkannya. Baca dan perhatikanlah ayat tersebut berikut di bawah ini:
”…oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,..”
Sekali lagi, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, secara nyata atau yang dapat dilihat oleh mata, keselamatan adalah berarti menjadi muridNya bukan yang lain. Tentang siapa atau yang manakah murid Yesus yang sejati adalah hal yang lain. Di artikel sebelumnya, kita sudah mengetahui melalui Alkitab bahwa murid-murid Yesus atau jemaat juga akan mengalami ujian, seleksi, dan penghakiman. Menurut saya, itulah yang final, jika kita ingin mengetahui siapa atau manakah murid Kristus yang sejati dan siapa atau manakah yang bukan. Matius 7:25-27, 1 Korintus 3:10-15, 1 Petrus 4:17, 1 Korintus 11:19, dan 1 Yohanes 2:19 mengatakan demikian. Apa dan bagaimana semestinya seorang murid Yesus bersikap sebelum ujian, seleksi dan penghakiman itu datang, itulah hal yang sangat amat penting untuk dimiliki oleh setiap murid Yesus.
Di artikel ini, saya akan membahas 7 sikap yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap murid Yesus atau yang sudah diselamatkan.
Yang pertama adalah “tekun”. Memasuki pintu yang sesak dan sempit seperti yang digambarkan oleh oleh Matius pasal 7 ayat 13 dan 14 membantu kita mengerti bahwa seorang murid Yesus harus tekun. Demikian juga ayat 24 menggambarkan hal yang serupa yaitu tentang dasar rumah yang didirikan di atas batu. Sesuatu yang tidak mudah dibandingkan dengan mendirikan rumah di atas pasir. Seseorang yang mendirikan rumahnya di atas batu adalah orang yang sabar. Ia tahu bahwa suatu waktu nanti akan datang hujan, banjir, dan angin yang akan melanda semua jenis rumah. Jika ia tidak membangun rumah yang kokoh di atas dasar yang kuat yaitu batu, maka nanti rumahnya akan rubuh dan rusak seperti halnya rumah yang didirikan di atas pasir. Di ayat 24, ketekunan dan kesabaran yang dimaksud bahkan sangat spesifik disebutkan yaitu di dalam hal mendengar dan melakukan firman Tuhan. Seorang murid Kristus yang sejati akan tekun mempelajari firmanNya dan melakukannya. Demikian juga di dalam menangani permasalahan-permasalahan dalam hidupnya, ia akan senantiasa mendasari pilihan, keputusan, dan tindakannya atas dasar prinsip-prinsip dan nilai-nilai alkitabiah.
Yang kedua, selain sikap yang tekun dan sabar, seorang murid Yesus juga harus waspada atau antisipatif. Mengapa? Karena bukan saja akan ada hujan, banjir, atau angin, tetapi juga penipu-penipu yaitu pengajar-pengajar yang sesat atau nabi-nabi palsu. Mereka akan berupaya menggiring murid-murid Yesus untuk tidak tekun dan setia untuk masuk melalui pintu yang sesak dan jalan yang sempit melainkan melalui pintu yang lebar dan jalan yang luas. Ayat 15 pasal 7 Injil Matius mengatakan;”Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”
Orang-orang Kristen perlu waspada, teliti, detil dan spesifik terhadap kekristenan dan terhadap firman Tuhan (band. Kisah 17:11). Tidak semua pengajar, pengkhotbah, penginjil, pendeta, atau pemimpin Kristen adalah sejati. Saya tidak sedang menciptakan polemik dengan menyatakan ini, tetapi, Alkitab menyebutkan kata “menyamar seperti domba” terhadap nabi-nabi palsu. Itu berarti bahwa nabi-nabi palsu tersebut mempunyai kemiripan atau tampak serupa dengan yang asli. Jika mereka jelas-jelas nyata sangat berbeda tentu Alkitab tidak perlu mengingatkan “Waspadalah!”
Salah satu indikasi dari nabi-nabi palsu disebutkan di ayat 16 yaitu bahwa mereka dapat dikenali dari buah-buahnya yaitu sikap hidup mereka. Contohnya adalah sikap yang sombong, arogan, egois, materialistis, tidak tulus, penuh rekayasa, licik, manipulatif, dan lain sebagainya yang berbeda dan bertolak belakang dengan sikap seorang nabi yang sejati. Cobalah membaca dan memerhatikan sikap nabi-nabi yang sejati di kitab Perjanjian Lama. Mereka adalah orang yang patuh, taat, setia, rendah hati, tulus, murni, penuh pengabdian, penuh pengorbanan, dan bahkan nabi-nabi tersebut menderita penganiayaan di zaman mereka (band. Matius 5:12).
Sikap yang ketiga yang semestinya dimiliki oleh seorang murid Kristus adalah tulus. Ibrani 10 ayat 22 mengatakan:”…marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” Seorang murid Kristus harus tulus mengikut Tuhan. Bukan mengikut Dia demi mencari keuntungan diri sendiri semata. Janganlah berdoa hanya memohon berkat atau kesuksesan semata. Tetapi, bersyukurlah di dalam hidup ini bukan malah menjadi serakah atau “take it for granted”.
Orang Kristen yang tulus adalah juga orang yang fokus terhadap Tuhan. Tidak ada yang paling Ia inginkan lebih daripada Tuhan. Seperti yang diungkapkan oleh Mazmur 73:25:”Tiada yang kuingini di bumi selain Engkau.” Orang Kristen yang tulus adalah tidak duniawi dan tidak menginginkan apa pun yang menjadikannya setara dengan Tuhan, dengan firmanNya, dengan keselamatan, dan segala sesuatu tentangNya. Orang-orang awam menyebut orang yang tulus sebagai orang yang lurus dan tidak neko-neko. Itu tidak berarti bahwa mereka adalah orang yang tidak waras atau tidak normal, tetapi, jika diperhadapkan kepada pilihan antara Tuhan dengan yang lain, mereka pasti akan memilih Tuhan bahkan dengan sangat mudah dan tidak butuh waktu yang lama untuk memilih atau memutuskannya.
Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Di tiga artikel sebelumnya, kita sudah mempelajari 10 hal penting tentang keselamatan dan apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan keselamatan itu. Secara nyata atau yang dapat dilihat oleh mata, keselamatan adalah berarti menjadi muridNya. Mengapa? Karena yang dimaksud dengan pintu yang sesak, jalan yang sempit menuju kehidupan adalah Yesus Kristus sendiri. Ia berkata:” Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput (band. Yohanes 10:9)” Di Yohanes 14 ayat 6, Ia juga mengatakan:”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Saya tertarik dengan penggunaan kata “pintu” dan “jalan” karena itu menggambarkan tentang sesuatu yang kita temukan bukan yang kita usahakan. Agama, sesungguhnya, adalah usaha manusia untuk mencapai Tuhan dan untuk sampai kepada Dia, tetapi, Yesus berkata bahwa Dialah yang menganugerahkan pintu atau jalan menuju keselamatan, manusia tidak dapat membuat pintu atau jalan mereka sendiri menuju ke sana. Yohanes 14 ayat 6b mengatakan:”Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Sorga), kalau tidak melalui Aku.” Dengan kata lain, itu berarti bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan yang lain selain Dia. Itu juga berarti bahwa pintu atau jalan yang lain tidak akan menghantarkan atau menibakan seseorang sampai ke Sorga. Ibrani 10 ayat 19 dan 20 juga mengatakan hal yang sama dan semakin meneguhkannya. Baca dan perhatikanlah ayat tersebut berikut di bawah ini:
”…oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,..”
Sekali lagi, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, secara nyata atau yang dapat dilihat oleh mata, keselamatan adalah berarti menjadi muridNya bukan yang lain. Tentang siapa atau yang manakah murid Yesus yang sejati adalah hal yang lain. Di artikel sebelumnya, kita sudah mengetahui melalui Alkitab bahwa murid-murid Yesus atau jemaat juga akan mengalami ujian, seleksi, dan penghakiman. Menurut saya, itulah yang final, jika kita ingin mengetahui siapa atau manakah murid Kristus yang sejati dan siapa atau manakah yang bukan. Matius 7:25-27, 1 Korintus 3:10-15, 1 Petrus 4:17, 1 Korintus 11:19, dan 1 Yohanes 2:19 mengatakan demikian. Apa dan bagaimana semestinya seorang murid Yesus bersikap sebelum ujian, seleksi dan penghakiman itu datang, itulah hal yang sangat amat penting untuk dimiliki oleh setiap murid Yesus.
Di artikel ini, saya akan membahas 7 sikap yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap murid Yesus atau yang sudah diselamatkan.
Yang pertama adalah “tekun”. Memasuki pintu yang sesak dan sempit seperti yang digambarkan oleh oleh Matius pasal 7 ayat 13 dan 14 membantu kita mengerti bahwa seorang murid Yesus harus tekun. Demikian juga ayat 24 menggambarkan hal yang serupa yaitu tentang dasar rumah yang didirikan di atas batu. Sesuatu yang tidak mudah dibandingkan dengan mendirikan rumah di atas pasir. Seseorang yang mendirikan rumahnya di atas batu adalah orang yang sabar. Ia tahu bahwa suatu waktu nanti akan datang hujan, banjir, dan angin yang akan melanda semua jenis rumah. Jika ia tidak membangun rumah yang kokoh di atas dasar yang kuat yaitu batu, maka nanti rumahnya akan rubuh dan rusak seperti halnya rumah yang didirikan di atas pasir. Di ayat 24, ketekunan dan kesabaran yang dimaksud bahkan sangat spesifik disebutkan yaitu di dalam hal mendengar dan melakukan firman Tuhan. Seorang murid Kristus yang sejati akan tekun mempelajari firmanNya dan melakukannya. Demikian juga di dalam menangani permasalahan-permasalahan dalam hidupnya, ia akan senantiasa mendasari pilihan, keputusan, dan tindakannya atas dasar prinsip-prinsip dan nilai-nilai alkitabiah.
Yang kedua, selain sikap yang tekun dan sabar, seorang murid Yesus juga harus waspada atau antisipatif. Mengapa? Karena bukan saja akan ada hujan, banjir, atau angin, tetapi juga penipu-penipu yaitu pengajar-pengajar yang sesat atau nabi-nabi palsu. Mereka akan berupaya menggiring murid-murid Yesus untuk tidak tekun dan setia untuk masuk melalui pintu yang sesak dan jalan yang sempit melainkan melalui pintu yang lebar dan jalan yang luas. Ayat 15 pasal 7 Injil Matius mengatakan;”Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”
Orang-orang Kristen perlu waspada, teliti, detil dan spesifik terhadap kekristenan dan terhadap firman Tuhan (band. Kisah 17:11). Tidak semua pengajar, pengkhotbah, penginjil, pendeta, atau pemimpin Kristen adalah sejati. Saya tidak sedang menciptakan polemik dengan menyatakan ini, tetapi, Alkitab menyebutkan kata “menyamar seperti domba” terhadap nabi-nabi palsu. Itu berarti bahwa nabi-nabi palsu tersebut mempunyai kemiripan atau tampak serupa dengan yang asli. Jika mereka jelas-jelas nyata sangat berbeda tentu Alkitab tidak perlu mengingatkan “Waspadalah!”
Salah satu indikasi dari nabi-nabi palsu disebutkan di ayat 16 yaitu bahwa mereka dapat dikenali dari buah-buahnya yaitu sikap hidup mereka. Contohnya adalah sikap yang sombong, arogan, egois, materialistis, tidak tulus, penuh rekayasa, licik, manipulatif, dan lain sebagainya yang berbeda dan bertolak belakang dengan sikap seorang nabi yang sejati. Cobalah membaca dan memerhatikan sikap nabi-nabi yang sejati di kitab Perjanjian Lama. Mereka adalah orang yang patuh, taat, setia, rendah hati, tulus, murni, penuh pengabdian, penuh pengorbanan, dan bahkan nabi-nabi tersebut menderita penganiayaan di zaman mereka (band. Matius 5:12).
Sikap yang ketiga yang semestinya dimiliki oleh seorang murid Kristus adalah tulus. Ibrani 10 ayat 22 mengatakan:”…marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” Seorang murid Kristus harus tulus mengikut Tuhan. Bukan mengikut Dia demi mencari keuntungan diri sendiri semata. Janganlah berdoa hanya memohon berkat atau kesuksesan semata. Tetapi, bersyukurlah di dalam hidup ini bukan malah menjadi serakah atau “take it for granted”.
Orang Kristen yang tulus adalah juga orang yang fokus terhadap Tuhan. Tidak ada yang paling Ia inginkan lebih daripada Tuhan. Seperti yang diungkapkan oleh Mazmur 73:25:”Tiada yang kuingini di bumi selain Engkau.” Orang Kristen yang tulus adalah tidak duniawi dan tidak menginginkan apa pun yang menjadikannya setara dengan Tuhan, dengan firmanNya, dengan keselamatan, dan segala sesuatu tentangNya. Orang-orang awam menyebut orang yang tulus sebagai orang yang lurus dan tidak neko-neko. Itu tidak berarti bahwa mereka adalah orang yang tidak waras atau tidak normal, tetapi, jika diperhadapkan kepada pilihan antara Tuhan dengan yang lain, mereka pasti akan memilih Tuhan bahkan dengan sangat mudah dan tidak butuh waktu yang lama untuk memilih atau memutuskannya.
Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar