Senin, 05 Oktober 2009

Kebenaran Alkitabiah tentang Keselamatan (Bagian 2)

Bacaan: Matius 7:13-24

Di bagian pertama artikel ini saya telah membahas lima kebenaran alkitabiah tentang keselamatan. Yang pertama adalah bahwa keselamatan itu bukanlah hal yang mudah. Yang kedua adalah bahwa keselamatan bukan kerja, bukan pencapaian, dan bukan cara manusia tetapi cara Tuhan. Yang ketiga adalah bahwa keselamatan bukan hal yang tidak jelas atau tidak pasti. Yang ke-empat adalah bahwa keselamatan adalah iman dan kepatuhan terhadap firman dan kehendak Tuhan. Dan yang kelima adalah bahwa keselamatan bukanlah hal yang mustahil.

Sekarang, mari kita membahas yang ke-enam yaitu bahwa keselamatan hanya didapati oleh sedikit orang. Menyatakan hal ini cukup sulit bagi saya dan saya yakin juga bagi banyak orang termasuk Anda yang mendengarnya. Saya yakin, manusia pada umumnya cukup sentimental soal selamat atau tidak selamat. Satu hal yang penting untuk dinyatakan sebelum membahas hal ini lebih lanjut adalah bahwa tidak seorang pun termasuk Anda dan saya yang layak atau patut untuk mengetuk palu seperti seorang hakim dan menyatakan siapa selamat dan siapa yang dihukum. Tetapi, Tuhan telah menganugerahkan kepada Anda dan saya hikmat yang menuntun kepada keselamatan yaitu Alkitab (band. 2 Timotius 3:15-17). Sehingga, atas dasar itu, kita dapat menentukan pilihan, memutuskan dan mengambil langkah ke mana jalan yang akan kita tempuh atau lalui.

Ada tiga hal yang mungkin menyebabkan mengapa hanya sedikit orang saja yang mendapati jalan yang menuju kehidupan atau keselamatan tersebut. Kemungkinan yang pertama adalah keengganan untuk masuk melalui pintu yang sesak. Mengapa? Karena orang-orang yang enggan itu menganggap bahwa mereka tidak membutuhkan atau memerlukan keselamatan. Kemungkinan yang kedua adalah karena tertipu oleh diri sendiri. Orang-orang yang memilih pintu yang lebar mungkin tidak mau bersusah payah atau tidak mau repot, sebaliknya, mereka menyukai kemudahan. Orang-orang yang memilih pintu yang lebar mungkin beranggapan bahwa pintu yang lebar atau yang sesak sama saja tujuan atau hasilnya akhirnya. Orang-orang seperti mereka biasanya berkata:”Banyak jalan menuju Roma.” Kemungkinan yang ketiga adalah karena tertipu oleh orang lain. Ayat 17 sampai dengan ayat 23 menunjukkan adanya orang-orang yang demikian. Mereka menyangka bahwa diri mereka selamat padahal tidak. Sesuatu yang sangat menyedihkan, bukan? Padahal, di ayat-ayat tersebut disebutkan bahwa mereka bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan, dan mengadakan banyak (bukan sedikit) mujizat demi nama Tuhan. Apakah arti dari semua ini? Akan saya jelaskan kemudian.

Yang ketujuh adalah bahwa di tengah jalan menuju jalan keselamatan terdapat penipu-penipu yaitu nabi-nabi palsu. Matius 7 ayat 15 mengatakan:”Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” Nabi-nabi palsu tidak berpenampilan asing atau aneh dibandingkan dengan nabi-nabi yang asli. Sebaliknya, mereka sangat sukar dibedakan karena sangat mirip atau persis menyerupai yang asli.

Pertanyaannya, bagaimanakah kita dapat membedakan keduanya? Ada tiga ciri atau tanda yang utama dari nabi-nabi palsu. Ciri atau tanda yang pertama adalah bahwa mereka mengajarkan yang lain, yang tidak alkitabiah, dan berbeda dari firman Tuhan (band. 1 Tim 1:3; 1 Tim 6:3; 2 Tim 2:18). Dampak atau akibat dari ajaran-ajaran nabi-nabi palsu tersebut adalah kerusakan terhadap iman dan kefasikan yang semakin meningkat (band. 2 Tim 2:16, 18). Ciri atau tanda yang kedua adalah bahwa mereka mencari keuntungan secara finansial (band. Titus 1:11). Nabi-nabi palsu bukanlah orang-orang yang iseng atau kurang kerjaan melainkan mereka mempunyai tujuan yang sangat jelas yaitu mencari keuntungan secara finansial sehingga dengan demikian dapat memperkaya diri sendiri. Dan yang ketiga, ciri atau tanda dari nabi-nabi palsu adalah bahwa mereka berfokus kepada atraksi atau spektakularisme dari karunia-karunia seperti penglihatan, karunia mengusir setan, karunia mengadakan mujizat, bahasa roh, dan lain sebagainya. Atraksi atau spektakularisme tersebut bertujuan untuk mempesona dan mengelabui banyak orang supaya mereka tertipu, diperdaya, dan disesatkan. Nabi-nabi palsu tidak fokus terhadap kehendak Tuhan atau firman Tuhan (band. Matius 7:21, 24).

Saya tidak subyektif dalam hal ini tetapi Alkitab-lah yang menyatakannya. 2 Tesalonika pasal 2 ayat 9 mengatakan:”Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.” Wahyu pasal 13 ayat 13 mengatakan tentang nabi palsu:”…ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengna tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu…”

Yang ke-delapan adalah bahwa orang-orang yang diselamatkan dan yang ada disekitar atau disekeliling mereka akan mengalami ujian, seleksi, atau penghakiman. Matius 7 ayat 25 sampai 27 menggambarkan ujian terhadap dasar bangunan yaitu hujan, banjir, dan angin yang datang melanda dua jenis rumah. 1 Korintus 3 ayat 10 sampai dengan 15 menggambarkan hal yang serupa tetapi bukan terhadap dasar melainkan terhadap apa yang dibangun di atas dasar tersebut. 1 Petrus 4 ayat 17 mengatakan bahwa penghakiman dimulai pertama-tama pada rumah Allah sendiri. Sedangkan 1 Korintus 11 ayat 19 dan 1 Yohanes 2 ayat 19 berbicara tentang seleksi terhadap orang-orang di dalam rumah atau bangunan Allah yaitu jemaat.

Yang kesembilan adalah bahwa keselamatan hanya ada satu jalan. Ini sesuatu yang cukup berat untuk dinyatakan karena seseorang mungkin akan dinilai sombong, arogan atau tidak toleran ketika menyatakan hal ini, padahal, agama-agama yang lain tidak seperti demikian. Agama Hindu misalnya, ia sangat toleran dan percaya bahwa setiap individu dapat selamat melalui agama dan kepercayaan masing-masing. Begitu juga agama-agama yang lain seperti Islam, Buddha, dan lain sebagainya, menyebut Yesus sebagai pribadi yang spesial dan luar biasa. Tetapi, sebaliknya, sangat berbeda dengan Yesus, Ia tidak menyebutkan sesuatu pun tentang mereka malah Ia berkata:”Akulah jalan, dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Ravi Zacharias di dalam bukunya Jesus Among Other Gods mengatakan bahwa setiap agama sesungguhnya mempunyai ekslusifitas masing-masing. Dan menurut saya, inilah ekslusifitas dari kekristenan yaitu bahwa ia percaya keselamatan hanya ada satu jalan. Sesuatu yang mungkin sangat menantang bagi setiap orang Kristen yang mengatakannya demikian pula orang-orang non-Kristen yang mendengarnya.

Yang kesepuluh adalah bahwa keselamatan adalah Cuma-Cuma. Anda hanya butuh masuk melalui pintu yang sesak dan sempit itu dan mendapatinya. Anda tidak perlu membayar atau membeli keselamatan Anda sebab Kristus sudah rela datang ke dunia sebagai manusia, hidup di tengah-tengah kita, menjadi hamba, melayani, menderita, disalibkan, mati, dikuburkan, dan bangkit pada hari yang ketiga untuk membayar dan menebus dosa-dosa kita. Sesuatu yang tidak dapat dianugerahkan oleh siapapun kecuali oleh Tuhan (band. Ef 2:8-9).



Related link:
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
http://en.wikipedia.org/wiki/Jesus


Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: