Sabtu, 12 September 2009

Mendefinisikan Kembali Arti Gereja (Bagian 2)

Di bagian pertama, kita sudah membahas tiga dari enam komponen dasar dan penting dari definisi gereja. Yang pertama, bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan. Yang kedua, bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil atas dasar firman Tuhan dengan perantaraan murid-murid-Nya, bukan atas dasar hikmat manusia, bukan cara-cara atau metode-metode manusia, atau apa saja yang lain dari itu. Yang ketiga, bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil dari dosa, dari dunia, dan dari kegelapan. Dengan kata lain, gereja terdiri dari orang-orang yang bertobat, yang meninggalkan dosa, yang lahir baru atau hidup baru.

Sekarang kita lanjutkan ke komponen berikutnya yaitu yang ke-empat bahwa gereja dipanggil kepada hubungan pribadi yang harmonis dan akrab dengan Tuhan. Menjadi anggota gereja bukanlah tanpa tujuan. Salah satunya tujuannya adalah menjadi harmonis dan akrab dengan Tuhan. Mengapa? Karena setelah manusia jatuh ke dalam dosa, mereka terpisah dengan-Nya.

Tuhan telah menyatakan diri-Nya melalui alam semesta, langit bumi dan segala isinya. Ia juga telah menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya, melalui nabi-nabi, rasul-rasul, dan melalui Anak Tunggal Allah, Yesus Kristus, Firman Allah yang Hidup (band. Ibrani 1:1-2; Yoh 1:1;14). Sekarang tinggal kita, apakah kita mau membina hubungan pribadi yang harmonis dan akrab dengan Dia? Jika tidak, maka sia-sia sajalah penyataan-penyataan tersebut di dalam hidup kita.

Sesungguhnya penyataan-penyataan Tuhan merupakan kesempatan terbesar dan terbaik di dalam hidup kita. Mengapa? Karena tanpa Ia menyatakan diri-Nya maka manusia tidak akan pernah dapat mengenal-Nya apalagi dekat dan akrab dengan Dia. Sia-sia saja segala upaya yang dilakukan manusia untuk dapat mengenal Tuhan, untuk dapat dekat dan akrab dengan-Nya, jika Ia tidak pernah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Hal ini sangat penting di dalam menentukan pilihan agama atau kepercayaan: apakah seseorang percaya kepada penyataan-penyataan Tuhan atau memilih cara atau upaya sendiri? Atau tidak keduanya, tidak sama sekali.

Tanpa Alkitab, orang-orang Kristen tidak akan pernah tahu apa atau permasalahan apa yang sesungguhnya terjadi di antara manusia dengan Tuhan. Tanpa Alkitab, orang-orang Kristen tidak akan pernah dapat mengenal Tuhan dengan lebih jelas dan lebih spesifik apalagi membina hubungan yang harmonis dan akrab dengan-Nya. Demikian pula jika orang Kristen bersikap setengah hati terhadapnya, memandangnya dengan sebelah mata, kurang memerhatikan, kurang menghargai dan kurang menghormatinya, maka secara otomatis, kekristenan orang tersebut pun akan menjadi setengah-setengah pula. Ia tidak menjadi seorang Kristen yang sejati yang mengerti firman-Nya secara utuh dan mengikut Dia secara utuh pula.

Komponen kelima adalah bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil dengan yang lain. Gereja tidak terdiri dari satu orang saja tetapi lebih. Ada dua hal penting yang dikatakan Alkitab berkaitan dengan komponen ini. Yang pertama adalah tentang hubungan di antara mereka satu dengan yang lain dan yang kedua adalah tentang kapabilitas rohani dan kontibusi mereka masing-masing kepada gereja dan kepada satu dengan yang lain. Yesus memberikan perintah baru kepada murid-murid-Nya yaitu anggota-anggota gereja bahwa mereka harus saling mengasihi sama seperti Ia telah mengasihi mereka. Perintah ini disebut sebagai perintah baru karena merupakan progres dari perintah yang lama yaitu kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dari antara kedua perintah tersebut dapat kita temukan bahwa standar, kualitas, atau ekspektasi Tuhan di dalam perintah yang baru jauh lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan perintah yang lama. Jika Yesus rela mengorbankan nyawaNya bagi murid-muridNya, itu berarti bahwa kasih atau hubungan di antara murid-muridNya bukanlah kasih atau hubungan yang biasa. Ia jauh melebihi hubungan darah, sanak-family ataupun hubungan kekerabatan.

Standar, kualitas, atau ekpektasi hubungan di antara anggota jemaat merupakan hal yang baru di zaman Yesus dan para rasul. Hubungan atau kasih mereka sungguh tidak ada duanya di zaman itu. Sangat berbeda dengan agama atau kepercayaan yang lain di zaman mereka yang cenderung legalis, mistis, ritualis, dan satu arah.

Selain itu, setiap anggota gereja masing-masing dikaruniakan kapabilitas rohani yang berbeda-beda oleh Roh Kudus. Tetapi, kapabilitas tersebut bukan semata-mata diperuntukkan bagi setiap orang supaya mereka menjadi sombong atau egois, melainkan untuk kepentingan bersama (band. 1 Korintus 12:4-7). Contohnya orang yang cakap mengajar bukan semata-mata untuk kepentingan orang tersebut melainkan orang yang mendengar pengajaran yang disampaikan olehnya; orang yang mempunyai karunia melayani bukan untuk melayani diri sendiri melainkan jemaat, dan lain sebagainya. Dengan demikian, setiap anggota gereja tidak menjadi sombong, angkuh, egois, atau cenderung tidak bersatu bahkan ingin memisahkan diri dari gereja Tuhan. Atau, sebaliknya, dengan mengerti akan hal ini, maka setiap anggota gereja, semestinya jangan menjadi minder melainkan mau membagikan atau memberi kontribusi sesuai dengan kapabilitas yang telah dikaruniakan Roh Kudus kepada dirinya.

Hal ini sangat berbeda dengan pengertian saya dahulu yaitu sebelum saya mempelajari Alkitab dan menjadi murid Kristus. Saya sering mengungkapkan bahwa tujuan saya gereja hanyalah ingin bertemu dengan Tuhan, berdoa, dan mendengarkan firmanNya. Itu saja, bukan yang lain. Sekarang saya mengerti mengapa saya mengungkapkan hal tersebut. Anda mungkin sudah tahu jawabannya. Saya tidak mempunyai kasih dan hubungan yang dekat dan akrab dengan anggota-anggota gereja di sana waktu itu. Kami datang, kami bernyanyi, kami berdoa, kami mendengar firman dan kami pulang. Hampir tidak ada hubungan sama sekali. Saya tidak mengenal anggota-anggota gereja di sana kecuali orang-orang tertentu yang memang sudah saya kenal di luar gereja atau gedung gereja.

Komponen yang keenam adalah bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil untuk misi Tuhan, untuk melayani dan memuliakan Dia. Gereja bukanlah tanpa misi. Sebaliknya misinya sangat jelas dan spesifik. Matius 28 ayat 19 sampai 20 mengatakan bahwa misi Tuhan adalah menjadikan semua bangsa menjadi muridNya dan membimbing mereka menjadi murid-murid yang bertumbuh dan dewasa di dalam Tuhan. Gereja yang tidak mempunyai misi Tuhan adalah gereja yang patut dipertanyakan. Ia mungkin bukan gereja atau gereja juga tetapi yang mempunyai rapor merah di dalam penilaian Tuhan, persis seperti gereja-gereja yang ditegurNya di kitab Wahyu.

Jadi, setelah menjabarkan enam komponen dari definisi gereja, maka dapatlah disimpulkan bahwa gereja adalah orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari dosa berdasar atas firman Tuhan yang disampaikan atau diberitakan oleh murid-muridNya. Gereja adalah orang-orang yang dipanggil kepada hubungan pribadi yang dekat dan akrab dengan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang saling mengasihi satu dengan yang lain, satu di dalam kasih Kristus dan satu di dalam Roh Kudus yang mengaruniakan tiap-tiap kapabilitas rohani untuk kepentingan bersama. Gereja adalah orang-orang yang dipanggil untuk memanggil yang hilang, menjadikan murid Yesus, membimbing, menuntun, mengarahkan, dan melayani sehingga dengan demikian mereka memuliakan Dia.



Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: