Selasa, 15 September 2009

Khotbah Ekspositori (Bagian 1)

Khotbah ekspositori, menurut saya, adalah khotbah yang paling efektif. Jangan buru-buru mengatakan tidak dan menentang saya. Percayalah bahwa saya tidak sedang mengupayakan kepentingan pribadi ketika menyatakan hal ini. Secara jujur dan berterus terang saya mengatakan bahwa jenis khotbah ini yaitu khotbah ekspositori adalah khotbah yang paling sederhana, klasik, dan mungkin dianggap ketinggalan zaman atau kurang trendy di era kontemporer seperti sekarang ini. Kesaksian-kesaksian, ilustrasi-ilustrasi yang menarik yang dikemas dengan media, audio-visual yang atraktif, mempesona dan mengagumkan, tampaknya menjadi preferensi yang lebih disukai di masa kini. Tentu saja, tidak ada yang salah dengan cara atau metode tersebut. Pembahasan kita adalah tentang apa yang efektif, yang mana yang kurang efektif dan yang mana yang tidak efektif.

Khotbah ekspositori adalah khotbah yang mengekspos, memaparkan dan menjelaskan apa yang tertulis di dalam Alkitab, apa adanya. Ia hampir-hampir tidak dipengaruhi atau menyertakan hal-hal lain atau sumber-sumber yang lain yang ada di luarnya kecuali yang memang sangat erat kaitannya dengan Alkitab yaitu teks, bahasa, budaya, geografi, dan lain sebagainya.

1 Timotius 4 ayat 13 menggambarkan ini dengan sangat jelas. Paulus berkata kepada Timotius:”…bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.” Artinya, upaya membangun dan mengajar jemaat di masa itu dilakukan dengan cara membaca kitab-kitab suci. Contoh atau bukti yang lain adalah tentang surat-surat Paulus. Penginjil atau penatua gereja membacakannya kepada jemaat, di hadapan jemaat, menyalinnya lalu mengirimkan surat tersebut kepada jemaat yang lain demikian selanjutnya dan seterusnya (band. Kolose 4:16).

Saya pernah menyampaikan hal ini kepada kelompok kecil saya di Bekasi. Saya mengatakan:”Jika kalian pada satu kesempatan diminta, terpilih, atau dijadwalkan untuk berkhotbah atau menyampaikan firman Tuhan dan kalian tidak tahu atau mungkin tidak siap menyampaikan sesuatu apapun, pilihlah salah satu dari surat-surat rasul yang panjangnya 5 sampai 6 pasal, kemudian bacalah dengan penuh semangat, dan akhiri dengan doa.” Anda mungkin tidak biasa mendengar hal ini dan mengira saya sedikit aneh. Tetapi, menurut saya itu jauh lebih baik, jauh lebih efektif dan lebih berguna daripada mengajarkan sesuatu yang bukan firman Tuhan, yang tidak alkitabiah bahkan mungkin yang duniawi. Bukankah demikian juga cara yang dilakukan oleh jemaat-jemaat di abad pertama?

Saya tidak sedang mengatakan bahwa cara yang lain adalah salah atau tidak diperbolehkan. Tetapi, spontan, ketika saya menyampaikan hal tersebut, saya melihat mata yang berseri-seri, dan senyum yang gembira di wajah orang-orang yang berada di kelompok kecil tersebut. Mengapa? Karena mungkin, berkhotbah, mengajar atau berbicara di depan umum bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang, bahkan, sebagian besar orang. Sehingga, tidak jarang pula, kesempatan untuk berkhotbah atau menyampaikan firman Tuhan merupakan momok bagi orang-orang tertentu atau justru dapat juga menjadi bergeser atau menyimpang dari tujuan sejatinya. Orang-orang yang berkhotbah juga sangat mungkin tergoda untuk menyampaikan opini pribadi, keinginan atau kepentingan pribadinya sendiri.

Sekarang, yang penting adalah bagaimana kita mengantisipasi hal-hal semacam itu. Saya akan menjelaskan kepada Anda sedikit latar belakang dan alasan mengapa saya mengatakan bahwa khotbah eskpositori adalah khotbah yang sangat efektif. Pertama-tama, mari perhatikan proses penciptaan manusia oleh Tuhan di kitab Kejadian. Tuhan memberikan hidup dengan cara menghembuskan nafas kepada manusia. Itu merupakan satu perbedaan yang sangat jelas antara manusia dan ciptaan-ciptaan Tuhan yang lainnya yaitu yang diciptakan di hari pertama sampai dengan hari kelima. Semuanya diciptakan Tuhan dengan hanya berfirman kecuali manusia, mereka diciptakan Tuhan dengan pertama-tama membentuknya dari debu tanah lalu kemudian menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (band. Kejadian 2:7). Hal yang sama juga dilakukan Tuhan terhadap firmanNya. 2 Timotius 3:16 mengatakan bahwa Tuhan mengilhamkan firmanNya. Tetapi di dalam bahasa Yunani kata “mengilhamkan” tersebut diterjemahkan dari bahasa Yunani yaitu “theopneustos” yang artinya God breathed (Tuhan menafaskan).

Dengan kata lain, Tuhan memberikan hidup kepada manusia dengan menghembuskan nafas, demikian juga ketika ia memberikan firmanNya kepada manusia yang berdosa supaya mereka dapat memeroleh hidup baru. Bukankah Yesus juga mengatakan bahwa manusia hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah bukan dari roti saja? Hidup yang dimaksud oleh Yesus adalah hidup yang seutuhnya dan sepenuhnya bukan jasmani saja. Jadi, ada tiga kata kunci yang terdapat di sana yaitu hidup, nafas yaitu yang keluar dari mulut Allah, dan firman. Semuanya saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan, satu dengan yang lain.

Alkitab sepertinya tidak meladeni setiap permintaan logika manusia. Lagipula, logika semata sesungguhnya hanyalah salah satu komponen di dalam pengenalan antar manusia demikian juga terhadap Tuhan. Saya tidak dapat mengenal seseorang dengan baik, dekat dan jelas hanya dengan logika saya semata. Tetapi akan sangat efektif dan tepat sasaran jika pengenalan dan hubungan tersebut juga melibatkan hal-hal yang lain dari dalam diri saya termasuk perasaan, hati, jiwa, bahkan roh saya.

Itulah yang dilakukan Tuhan terhadap manusia. Ia tidak menawarkan pengenalan atau hubungan berdasarkan atas logika melainkan rohNya. 1 Korintus 2:12 mengatakan:”Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.” Ayat sebelumnya yaitu ayat 11 mengatakan:”Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” Artinya, Roh Allah yang diam di dalam diri orang Kristen yang membuat orang Kristen dapat mengerti, mengenal Allah dan membina hubungan yang dekat dan akrab denganNya.

Apakah itu berarti bahwa kita yang telah mempunyai Roh Allah tidak perlu lagi membaca Alkitab? Tentu saja tidak. Justru kita harus membacanya karena Alkitab dihasilkan oleh Roh Allah (band. 2 Petrus 1:20-21). Dengan cara demikian, maka kita akan mengerti kehendak Tuhan, mengenalNya, berjalan bersama dengan Dia dan dipimpin olehNya. Kolose pasal 3 ayat 16 mengatakan:”Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu…” Jadi, bukan saja RohNya yang diam di dalam diri kita tetapi juga perkataanNya yaitu firmanNya.

Khotbah ekspositori adalah khotbah yang bebas dari upaya yang sia-sia. Resikonya menjadi salah juga sangat kecil atau minim. Sebaliknya, pengajaran-pengajaran diupayakan dengan logika-logika semata justru sangat melelahkan, beresiko tinggi menjadi salah, bahkan, saya yakin, itu sangat tidak efektif. Bukan karena saya benci logika atau saya adalah orang yang tidak logis atau gila. Tetapi, saya menyadari bahwa Alkitab adalah beyond logic. Ia ada di atas logika manusia. Bukankah Alkitab pun juga mengatakan demikian? Bahwa kita harus percaya atau mempunyai iman. Bahwa pengenalan terhadap Tuhan dimulai dengan takut kepadaNya dan percaya (iman) kepadaNya bukan logika. Iman adalah dasar dari segala sesuatu dan tanpa iman tidak mungkin kita berkenan di hadapan Allah. Dengan kata lain, tidak mungkin kita dapat mengerti Dia, mengenalNya dan mempunyai hubungan yang akrab denganNya tanpa iman. Sekali lagi, iman adalah dasar, modal awal yang harus kita miliki sebelumnya.

Kepercayaan atau iman itulah yang kemudian menghantarkan kita kepada bukti-bukti yang tidak terbantahkan dan tidak terkatakan sehingga kita sampai kepada kesimpulan yang menyatakan “Ya” kepada Tuhan dan kepada kebenaran firmanNya. Contohnya pernyataan dan prinsip-prinsip Alkitab tentang tentang perubahan karakter, temperamen atau kepribadian, tentang pembimbingan anak, tentang pernikahan, tentang hubungan antar manusia, tentang dosa, tentang kesehatan, tentang sains, tentang langit, bumi, air, dan lain-lain. Sangat tidak sedikit manusia yang mengalami kebenaran firman Tuhan ketika mereka percaya dan hidup di dalamNya.



(bersambung)



Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: