Minggu, 06 September 2009

Mendefinisikan Kembali Arti Gereja (Bagian 1)

Gereja pasti mempunyai definisi yang asli, tetap, benar dan tepat. Mendefinisikan kembali arti gereja sesungguhnya adalah upaya memertahankan gereja dari kesalahmengertian, penyalahgunaan istilah, bahkan tipu muslihat terhadap orang-orang Kristen. Banyaknya organisasi, kelompok, atau kumpulan yang menamakan diri sebagai gereja mungkin menimbulkan tanda tanya bagi orang awam termasuk orang Kristen sendiri. Di zaman ini, tampaknya bukanlah hal yang sukar untuk mendirikan organisasi, kelompok atau kumpulan dan menamakannya sebagai gereja, meski mungkin doktrin atau ajarannya adalah gnostisme, new age, atau yang lain yang tidak alkitabiah. Sepanjang nama Yesus disebutkan, doa-doa dipanjatkan, dan lagu-lagu rohani dinyanyikan, orang-orang mungkin tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu apakah itu adalah gereja atau bukan?

Jika demikian, apakah arti dari gereja itu? Apakah gereja semata-mata hanya merupakan tempat untuk berdoa, menyanyikan lagu rohani, menyebut nama Tuhan, dan mendengarkan khotbah? Apakah ia semata-mata hanyalah merupakan tempat untuk hidup bersosial? Apakah gereja hanyalah tempat yang wajib dikunjungi setiap minggu oleh orang-orang yang beragama Kristen? Apakah sebenarnya arti dari gereja itu?

Secara etimologi, kata “gereja” dipungut dari Bahasa Portugis yaitu igreja. Bahasa Portugis memungutnya dari Bahasa Latin yang memungutnya dari Bahasa Yunani ekklêsia yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata kaleo=memanggil). Jadi ekklesia berarti kumpulan orang yang dipanggil ke luar (dari dosa, dari dunia, atau dari kegelapan).

Arti kata “gereja” tersebut cukup memberikan kita gambaran secara umum tentang kira-kira seperti apakah gereja itu. Ada tiga komponen dasar yang terdapat di sana. Yang pertama adalah bahwa ia terdiri dari kumpulan orang. Yang kedua adalah bahwa ia dipanggil oleh Tuhan, dan yang ketiga adalah bahwa ia merupakan hasil transformasi dari satu kualitas atau kondisi, dari gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran,

Tetapi, lebih dari itu, Alkitab sesungguhnya sudah menyajikan informasi yang lengkap dan cukup tentang seperti apakah gereja yang sejati, sehingga atas dasar informasi tersebut, orang-orang Kristen di masa kini pun dapat membangun dan mempunyai gereja yang benar yang berkenan di hadapan Tuhan. Kitab Kisah Para Rasul menyajikan sejarah gereja dan model gereja yang pertama, yang asli dan yang sejati (band Kis 2:41-47). Surat 1 Tesalonika juga menyajikan informasi tentang model gereja yaitu jemaat Tesalonika. Sedangkan kontrasnya yaitu gereja yang korup, yang tidak rohani, yang penuh dosa dan pemasalahan dapat diperoleh melalui 1 dan 2 Korintus yaitu gereja Korintus. Surat 1 dan 2 Timotius, dan Titus adalah tentang kepemimpinan gereja, tentang penatua dan diaken, dan tentang ajaran sehat di dalam gereja. Demikian juga surat Efesus adalah doktrin tentang gereja.

Secara alkitabiah, menurut saya, ada terdapat 6 (enam) komponen dasar dan penting dari arti atau defenisi gereja. Yang pertama adalah panggilan Tuhan. Gereja adalah orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan, atas kerja kuasa Tuhan, inisiatif Tuhan, dengan cara-cara Tuhan bukan manusia. Dengan kata lain, gereja bukanlah organisasi atau intitusi biasa. Ia bukan organisasi bisnis, bukan perusahaan, bukan politis, bukan pemerintahan, bukan sosial, bukan klub, atau bukan apapun yang dibangun atas dasar keinginan, kepentingan, dan hikmat manusia melainkan Tuhan.

Timbul pertanyaan, jika demikian, bagaimanakah cara Tuhan memanggil orang-orang masuk ke dalam gereja dan menjadi anggotanya? Jawabannya adalah dengan firman-Nya. Itu adalah komponen yang kedua dari arti atau defenisi gereja. Roma pasal 10 ayat 17 mengatakan:”…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” di ayat 14 Roma pasal 10 mengatakan:”…Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” Dengan kata lain, Tuhan memanggil orang-orang masuk ke dalam gereja dan menjadi anggota gereja dengan firman Tuhan yang disampaikan, diajarkan atau dikhotbahkan oleh murid-murid-Nya (band. Mat 28:19-20).

Gereja tidak dibangun di atas dasar hikmat manusia tetapi di atas dasar Alkitab melalui orang-orang yang Alkitabiah. Hal ini jelas tergambar di kitab Kisah Para Rasul. Petrus memanggil 3000 orang dengan berkhotbah dari kitab Yoel. Tuhan juga memanggil sida-sida dari Ethiopia melalui Filipus yang mengajar dan menjelaskan firman Tuhan yaitu kitab Yesaya. Demikian juga, Kornelius dipanggil Tuhan melalui Petrus, dan Saulus yang dipertemukan dengan Ananias. Di Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 39, jelas disebutkan bahwa Tuhan memanggil mereka, juga orang-orang lain termasuk keturunan mereka di masa mendatang. Jadi, dapat kita temukan bahwa selalu ada terdapat dua unsur ketika Tuhan memanggil seseorang menjadi anggota gereja-Nya yaitu firman-Nya dan murid-murid-Nya yang mengajarkan atau yang menjelaskan.

Satu hal yang penting tentang menyampaikan, mengajar, atau mengkhotbahkan firman Tuhan adalah bahwa Tuhan tidak akan merendahkan, melemahkan atau men-down-grade pesan firman-Nya demi menyesuaikannya terhadap orang-orang yang mendengar atau yang akan menerimanya, melainkan, mereka yang mendengarnya semestinya hormat, takut, dan gentar terhadap Dia. Persis seperti di zaman Nuh. Orang-orang di zaman itu menganggap konyol tentang air bah yang akan datang dan bahtera raksasa yang dibangun oleh Nuh. Tetapi, apa yang ditertawakan orang-orang di zaman itu, yang dianggap sebagai kekonyolan, sesungguhnya adalah hal yang real, yang nyata, yang pasti akan terjadi di dalam hidup mereka bahkan tidak lama setelah mereka mendengarnya. Anda tahu akhir kisah tersebut, tawaan dan olok-olok tersebut berubah menjadi jeritan, ketakutan, penyesalan, dan teriakan minta tolong. Sangat menyedihkan, bukan?

Rasul Paulus juga menyebutkan hal yang serupa di Perjanjian Baru yaitu tentang salib, yang adalah kebodohan bagi bangsa Yunani dan batu sandungan bagi bangsa Yahudi tetapi kekuatan bagi orang-orang yang percaya. Itu artinya bahwa orang-orang Kristen tidak perlu merasa kecil hati terhadap mereka yang menolak pemberitaan firman Tuhan. Mereka semestinya jangan sekali-kali mengorbankan kebenaran-Nya demi diterima oleh orang banyak.

Komponen yang ketiga adalah pertobatan. Gereja yang sejati adalah terdiri dari orang-orang yang bertobat, yang lahir baru atau hidup baru. Gereja adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari dosa, dari dunia, dan dari kegelapan. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan dosa, yang hidup baru dan yang menanggalkan manusia lama. Ini mungkin salah satu komponen yang sangat menantang bahkan sukar diterima oleh gereja tertentu. Mengapa? Karena mungkin dengan mengikuti atau menerapkan komponen ini, maka akan timbul oposisi di dalam gereja, pengunduran diri, penurunan jumlah anggota, pengurangan kas, dan lain sebagainya. Hal serupa juga pernah terjadi di zaman Yesus, setelah Ia berkhotbah dengan tegas dan berterus terang, banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (band. Yoh 6:66). Ini menunjukkan bahwa Yesus lebih mementingkan pertobatan daripada jumlah anggota. Lagipula, apalah artinya jumlah anggota yang besar jika Tuhan tidak berkenan. Percuma saja, bukan?

Gereja yang sejati bukan terdiri dari sekadar fans, penggemar, tamu atau pengunjung. Orang-orang yang seperti itu sesungguhnya bukanlah anggota gereja. Alkitab malah menggambarkan orang-orang yang tidak mau bertobat tetapi tetap tinggal di dalam gereja adalah seperti lalang di antara gandum. Mereka dapat menimbulkan permasalahan, merusak bahkan menghancurkan gereja dan kekristenan. Sejarah mengungkapkan semua itu. Gereja bahkan pernah dipimpin oleh politisi yang korup, yang mencampur adukkan gereja dengan politik. Akibatnya, orang-orang Kristen tidak mendapatkan pengajaran Alkitab yang benar bahkan sangat amat jauh dari kebenaran firman. Bagaimana kita mengetahui hal tersebut? Terbukti, perang salib terjadi berulang kali, korban jiwa berjatuhan termasuk anak-anak, kebencian, kepahitan, dan konsekuensi demi konsekuensi hingga kini masih dapat terasa membekas dan memilukan hati.


(bersambung)



Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: