Jumat, 18 September 2009

Khotbah Ekspositori (Bagian 2)

Tidak lama setelah saya mem-post kan artikel yang pertama dari topik ini, seorang pembaca langsung mengajukan pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan khotbah ekspositori? Apakah contohnya? Itulah alasannya mengapa saya melanjutkan pembahasan topik ini ke bagian yang kedua. Saya berpikir ke depan bahwa artikel ini akan cukup panjang sehingga membutuhkan penjelasan yang lebih lanjut teristimewa bagi mereka yang belum familiar dengan khotbah ekspositori.

Di bagian yang pertama saya telah menyatakan secara gamblang dan umum bahwa khotbah ekspositori adalah khotbah yang mengekspos, memaparkan dan menjelaskan apa yang tertulis di dalam Alkitab, apa adanya.

Haddon. W. Robinson penulis Cara Berkhotbah yang Baik (Penerbit ANDI), mendefenisikan bahwa Khotbah Ekspositori merupakan komunikasi atas suatu konsep alkitabiah, yang diperoleh dan disampaikan melalui studi: historis gramatikal kesusastraan atas suatu nukilan Alkitab sesuai dengan konteksnya, yang pertama-tama diterapkan oleh Roh Kudus kepada pribadi dan pengalaman pengkhotbahnya, baru kepada para pendengarnya.

Richard Mayhue dalam buku Rediscovering Expository Preaching hlm.11 - Dallas: Word, 1992 menyebutkan bahwa Khotbah Ekspositori adalah menjelaskan Alkitab dengan menjabarkan teks kepada pandangan khalayak supaya dapat menyatakan artinya, menjelaskan apa yang sulit dipahami, dan membuat aplikasi yang pas.

Lebih jelas lagi, inilah yang saya lakukan ketika saya menyampaikan khotbah ekspositori. Yang pertama, saya membaca ayat, perikop atau pasal dari Alkitab. Kemudian saya menjelaskan ayat, perikop atau pasal yang saya baca sebagaimana yang semestinya atau seharusnya dimaksudkan. Latar belakang bahasa, kultur, budaya, historis, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan apa yang telah saya baca tentu diperlukan, khususnya, terhadap teks yang relatif sukar dimengerti atau dipahami. Di samping itu, saya juga memastikan bahwa penjelasan saya juga singkron dan didukung oleh ayat atau tulisan-tulisan yang lain di dalam Alkitab. Selanjutnya, saya akan mengkomunikasikan implikasi yang ada yang saya temukan dari apa yang telah saya jelaskan dan paparkan. Setelah itu barulah saya akan mengkomunikasikan apa yang penting, yang harus atau yang berguna untuk diterapkan atau diaplikasikan ke dalam hidup sehari-hari. Mudah-mudahan, Anda sudah semakin jelas sampai di sini.

Ada terdapat empat dasar keyakinan yang penting yang dimiliki oleh seorang ekspositor sejati. Yang pertama adalah bahwa firman Tuhanlah yang bekerja di dalam diri orang yang percaya dan yang terbuka hatinya. Alkitab sangat konsisten mengatakan hal ini. Baca dan perhatikanlah kutipan tulisan-tulisan Alkitab berikut ini:

I Tesalonika 2 ayat 13: ”Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.”

Yesaya 55 ayat 11: ”demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya”

Kisah Para Rasul 16 ayat 14 memberi gambaran tentang bagaimana firman diterima dan bekerja di dalam diri orang yang terbuka hatinya. Di sana disebutkan bahwa seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.

Ketika kita sadar dan mengerti bahwa firman Tuhan-lah yang bekerja di dalam diri orang yang terbuka hatinya, maka kita tidak akan takut atau kuatir di dalam pelayanan dan penginjilan kita. Tidak sedikit orang Kristen yang sibuk tidak karuan dan tidak menentu di dalam penginjilan atau pelayanan mereka karena tidak tahu atau tidak sadar akan hal ini yaitu bahwa firman Tuhan-lah yang bekerja di dalam diri orang-orang yang terbuka hatinya. Kita hanyalah alat atau media untuk menyampaikannya. Oleh karena itu, sampaikanlah firman Tuhan sebenar-benarnya, semurni-murninya, dan sesungguh-sungguhnya. Alhasil, jika keadaan tampak kurang sesuai ekspektasi kita, kita tidak menjadi frustrasi, sebaliknya, bersandar dan berserah kepada Tuhan. Dan jika kita berhasil, kita tidak akan sombong, membanggakan diri apalagi memuliakan diri kita, melainkan Tuhan dan firmanNya.

Yang kedua adalah bahwa firman Tuhan adalah nutrisi satu-satunya yang dibutuhkan oleh orang Kristen bagi kehidupan dan pertumbuhan rohaninya. 1 Petrus 2 ayat 2 mengatakan: ”Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Artinya, jika kita mengkonsumsi nutrisi rohani yang tepat dan benar maka kita akan sehat dan bertumbuh secara rohani. Jika tidak, maka kita akan mengalami kekurangan gizi rohani atau mengalami gangguan kesehatan rohani, bahkan tidak menutup kemungkinan kita menderita keracunan makanan. Seperti halnya secara jasmani atau fisik, jika kita mengkonsumsi sampah, makanan yang mengandung racun, kuman, atau bibit penyakit, kita akan menderita penyakit seperti kanker, kolesterol, diabetes, tekanan darah tinggi, serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan lain sebagainya. Timbul pertanyaan bagi kita, nutrisi rohani apakah yang kita konsumsi selama ini? Apakah itu nutrisi yang tepat, yang benar, yang sehat, yang bergizi, yang berasal dari Tuhan atau yang lain, yang bukan berasal dari Tuhan?

Yang ketiga adalah bahwa seorang ekspositor sejati hanya akan menyampaikan firman Tuhan saja. Ini sangat berkaitan dengan yang kedua. Rasul Paulus mengatakan di dalam suratnya 1 Korintus pasal 2 ayat 2:”Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Di ayat selanjutnya yaitu 22 sampai 24, Paulus memperjelas maksudnya dengan menyatakan: ”orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” Sekali lagi, seorang ekspositor sejati hanya akan menyampaikan firman Tuhan saja.

Yang keempat adalah bahwa Tuhanlah yang empunya jemaat bukan kita. Lebih daripada itu, Dialah yang akan membangun jemaatNya bukan kita (band. Matius 16:18). Kita hanyalah orang-orang yang mendapat anugerah yang luar biasa sebagai hamba, pekerja, pelayan, mitra dan sahabat Dia. Itu artinya bahwa kita semestinya sadar bahwa kita tidak boleh atau tidak patut memimpin jemaatNya dengan semau kita, sesuka hati kita. Semestinya, jangan kita menggembalakan jemaatNya dengan cara-cara kita sendiri, dengan pikiran kita, keinginan kita, dan kepentingan-kepentingan kita yang duniawi, yang berdosa, yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Kita semestinya tidak mengajar jemaatNya hal-hal yang bukan firmanNya, yang tidak Alkitabiah, atau yang tidak berasal daripadaNya. Hal ini juga dapat berarti kedamaian, ketentraman, dan ketenangan bagi mereka yang bekerja, memimpin atau melayani jemaat. Mereka akan terhindar dari stress, depresi, tekanan mental, atau pun beban psikis yang tidak semestinya mereka tanggung. Mengapa? Karena, sekali lagi, Tuhanlah yang empunya jemaat dan Dialah yang akan membangunNya, bukan kita, apalagi kita seorang diri.



Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Tidak ada komentar: