Kisah Para Rasul adalah tulisan Lukas yang kedua setelah Injil Lukas. Tulisan itu dialamatkan kepada pribadi yang sama yaitu Theofilus yang Mulia. Kisah Para Rasul merupakan lanjutan dari Injil Lukas. Di ayat yang pertama dari kitab tersebut, Lukas mengatakan bahwa di Injil Lukas ia menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, tetapi, di kitab Kisah Para Rasul, Kristus menjanjikan turunnya Roh Kudus dan murid-murid-Nya menjadi saksi bagi Dia di Yerusalem, dan di seluruh Yudea, dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (band. Kis 1:8).
Sejumlah Alasan: Lukas sebagai Penulis Kisah Para Rasul
Bapa-Bapa Gereja secara langsung dan tidak langsung mengatakan bahwa Lukas adalah penulis kitab Kisah Para Rasul. Irenaeus dalam mengutip bagian tulisan berulang kali menggunakan frase berikut: "Lukas murid dan pengikut Paulus mengatakan demikian." Clement dari Alexandria, mengutip pidato Paulus di Athena, dengan menggunakan frase, "Jadi Lukas dalam Kisah Para Rasul menghubungkan." Eusebius mengatakan: "Lukas telah meninggalkan kita dua volume yang meng-inspirasi, Injil dan Kisah Para Rasul."
Selain itu, penulusuran dengan menggunakan metode “we section” mulai dari Kisah Para Rasul pasal 16 dan seterusnya juga mengarah kepada Lukas sebagai penulis. Di samping itu juga alamat penulisan juga adalah sama seperti Injil Lukas yaitu Theopilus yang Mulia.
Perkataan dan Janji Yesus kepada Murid-murid-Nya
Di ayat ke 4 pasal 1 dari Kisah Para Rasul disebutkan bahwa Yesus melarang murid-murid-Nya untuk pergi meninggalkan Yerusalem. Meskipun mereka mungkin sudah sangat antusias untuk memberitahukan kepada banyak orang bahwa Kristus telah bangkit, Yesus justru menyuruh mereka tinggal di suatu tempat sampai Roh Kudus turun ke atas mereka. Hal ini sangat konsisten dengan apa yang dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis di waktu-waktu sebelumnya. Yohanes Pembaptis pernah berkata:”Aku membaptis kamu dengan air tetapi Dia yang datang setelah aku, akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Dan itu memang terjadi, setelah Yesus naik ke Sorga, sepuluh hari setelahnya, Roh Kudus turun ke atas murid-murid-Nya. Mereka berbicara dengan berbagai bahasa sehingga setiap orang yang hadir dari berbagai tempat dapat mengerti dan heran terhadap rasul-rasul itu.
Di Kisah Para Rasul pasal 2 disebutkan bahwa orang-orang yang hadir dan menyaksikan rasul-rasul itu datang ke Yerusalem sebenarnya adalah untuk merayakan hari raya Pentakosta tetapi mereka justru mendapatkan pengalaman yang istimewa dan luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, Roma, Kreta, Arab, dan lain-lain. Seketika setelah rasul Petrus selesai berkhotbah, orang-orang itu merasa terharu (NIV Bible: cut to the heart), bertobat, dan dibaptis. Jumlah mereka ada kira-kira tiga ribu jiwa. Hari raya Pentakosta pada saat itu menjadi hari raya yang paling berkesan dan merupakan momen penting dalam hidup mereka yang hadir di sana pada saat itu karena mereka mendapatkan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus dan Jemaat Kristus yang pertama pun telah lahir.
Apa yang terjadi pada saat itu membuktikan kebenaran dari perkataan Yesus. Di Yohanes pasal 16 ayat 8, Yesus berkata:”…kalau Ia (Roh Kudus) datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman;…” Dan itulah yang terjadi pada hari raya Pentakosta pada saat itu. Segera setelah Roh Kudus turun, orang-orang merasa terharu, bertobat, sadar akan dosa-dosa mereka dan dibaptis.
Peran, Kerja, dan Kuasa Roh Kudus
Di kitab Kisah Para Rasul kita akan melihat Roh Kudus berperan di dalam diri murid-murid Kristus dan Jemaat. Ini adalah sejumlah hal yang dilakukan-Nya yang disebutkan di dalam kitab Kisah Para Rasul:
Hal ini menunjukkan bahwa peran Roh Kudus sangat penting di dalam pemberitaan Injil – di dalam menjadi saksi bagi Kristus. Itulah sebabnya mengapa Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya agar mereka jangan pergi dulu meninggalkan Yerusalem sebelum menerima atau dibaptis dengan Roh Kudus. Meskipun mereka sudah mempunyai bukti atau evidence tentang kebangkitan-Nya, itu tidaklah cukup untuk dapat menjadi saksi-Nya. Dengan kata lain, tanpa kuasa dan kekuatan dari Roh Kudus mereka tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Roh Kudus mutlak dibutuhkan dan sesungguhnya Dia-lah yang bekerja melalui murid-murid-Nya (jemaat).
Pertumbuhan Jemaat yang Pertama
Selain kerja dan kuasa Roh Kudus, kita juga akan melihat pertumbuhan jemaat pertama di kitab Kisah Para Rasul. Seperti yang dijanjikan oleh Yesus bahwa murid-murid-Nya akan menjadi saksi bagi Dia di Yerusalem, di Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Itulah yang juga terjadi pada masa itu. Di Kisah Para Rasul pasal 6 ayat 7 disebutkan bahwa firman Allah makin tersebar dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. Kisah Para Rasul pasal 9 ayat 31 mengatakan:”Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” Artinya, pada waktu itu jemaat sudah ada di Yudea, Galilea, dan Samaria. Dan jemaat-jemaat itu tentunya adalah jemaat-jemaat yang berasal dari Yerusalem dan tersebar dari sana. Kisah Para Rasul pasal 7 dan pasal 9 memberikan latarbelakang terjadinya penyebaran itu yaitu penganiayaan terhadap Stefanus dan kisah Saulus yang berjibaku menganiaya jemaat dan murid-murid Yesus di masa itu.
Setelah Yudea, Galilea, dan Samaria di pasal 9, jemaat terus bertumbuh sampai ke Antiokhia. Kisah Para Rasul pasal 12 ayat 24 mengatakan:”…firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak di dengar orang.” Kisah Para Rasul pasal 16 ayat 5 mengatakan:”…jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya.” Waktu itu jemaat sudah sampai ke Asia Kecil dan Galatia. Kisah Para Rasul pasal 19 ayat 20 mengatakan:”Dengan jalan ini makin tersebarlah firman Tuhan dan makin berkuasa.” Jemaat pada waktu itu sudah ada di Efesus, Korintus, dan bahkan sampai ke Roma. Kisah Para Rasul pasal 28 ditutup dengan mengatakan:”Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia (rasul Paulus) memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.” Dengan kata lain, jemaat terus bertumbuh oleh kerja dan kuasa Roh Kudus, dan apa yang dijanjikan oleh Yesus Kristus terbukti benar dan sungguh-sungguh terjadi (band. Kis 1:1-8).
Dua Rasul Besar (Petrus dan Paulus)
Di kitab Kisah Para Rasul dikisahkan tentang dua rasul besar yaitu rasul Petrus dan rasul Paulus. Rasul Petrus dikisahkan dari Kisah Para Rasul pasal 1 sampai 12, sedangkan rasul Paulus dikisahkan dari Kisah Para Rasul pasal 13 sampai 28. Selain itu di sana juga tercatat tiga kali perjalanan misi Paulus yaitu di pasal 13, pasal 15, dan pasal 18.
Di kitab Galatia dikisahkan juga tentang rasul Paulus yang menegur rasul Petrus karena meninggalkan meja saudara-saudara non-Yahudi untuk bergabung dan makan bersama dengan saudara-saudara dari bangsa Yahudi (band. Gal 2:11-14; Kis 15). Orang Yahudi memang sejak dulu beranggapan bahwa orang non Yahudi adalah orang ‘kelas dua’ di mata Tuhan. Mereka bukan keturunan Abraham dan mereka tidak selamat. Orang Yahudi menganggap haram makan semeja atau sehidangan dengan orang non-Yahudi dan bahkan tidak boleh menginjakkan kaki dan masuk ke dalam rumah mereka. Meskipun mereka sudah dibaptis dan bergabung dengan jemaat Yahudi, orang non-Yahudi masih saja tetap dianggap ‘kelas dua’ atau lebih inferior. Mereka diposisikan di sisi luar Bait Suci di dalam setiap acara atau ritual keagamaan. Begitu jelasnya permasalahan ini sehingga penulis kitab Galatia juga menyebutkan bahwa bukan saja Kefas (Petrus) yang melakukan hal seperti itu tetapi juga Barnabas.
Hal ini menunjukkan sesuatu yang harus dijawab dan diselesaikan oleh rasul-rasul pada masa itu. Kisah Para Rasul pasal 15 mengatakan bahwa rasul-rasul mengadakan sidang atau rapat dan mereka menyadari bahwa orang Yahudi maupun orang non-Yahudi adalah sama di mata Tuhan. Kisah Para Rasul pasal 10 dan pasal 11 juga mengatakan hal yang sama kepada rasul Petrus melalui peristiwa Kornelius, seorang perwira pasukan Italia.
Dua Jemaat Besar
Kisah Para Rasul juga menyebutkan dua jemaat besar yang ada pada masa itu yaitu jemaat Yerusalem dan jemaat Antiokhia. Dua jemaat tersebut dapat disebut sebagai pusat atau center dari murid-murid Yesus pada masa itu. Hal itu ditunjukkan oleh sejumlah murid-murid dari Yerusalem yang datang mengunjungi jemaat Antiokhia, begitu juga rasul Petrus, Paulus, dan Barnabas juga ada disebutkan berada di sana. Dan di Antiokhia, murid-murid Yesus untuk pertama kalinya disebut Kristen (band. Kis 11:26).
Berdasarkan letak atau posisi wilayahnya, maka secara otomatis, jemaat Yerusalem adalah jemaat yang terdiri dari sejumlah besar orang Yahudi, sedangkan jemaat Antiokhia adalah jemaat yang terdiri dari sejumlah besar orang non-Yahudi.
Konsistensi Doktrin atau Pengajaran
Di dalam kitab Kisah Para Rasul juga dapat ditemukan adanya konsistensi pengajaran atau doktrin yang berlaku atau diterapkan oleh rasul-rasul dan murid-murid Yesus yang ada pada masa itu. Rasul Petrus berkata di Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 38:”Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Rasul Paulus juga melakukan hal yang sama bahkan ia membaptis lagi orang-orang yang sudah menerima baptisan Yohanes di dalam nama Yesus Kristus (band. Kis 19:5; Rom 6:3-4). Di samping itu juga ada terdapat sejumlah kisah yang mengatakan hal yang sama yaitu Sida-sida dari Etiophia yang dibaptis oleh Filipus (Kis 8), Saulus yang dibaptis oleh Ananias (Kis 9), dan Kornelius yang dibaptis oleh Petrus (Kis 10).
Empat Kesimpulan Penting
Pertama, Tuhan Yesus selalu menepati setiap janji dan perkataan-Nya. Ia berjanji bahwa Roh Kudus akan turun dan murid-murid-Nya akan menjadi saksi di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Itu sungguh terjadi dan terbukti benar.
Kedua, Tuhan sangat berkuasa. Ia menginjili dunia dengan orang-orang yang biasa dan sederhana dalam kurun waktu 30 tahun saja.
Ketiga, kekuatan Roh Kudus mutlak dibutuhkan. Strategi, teknik, metode penginjilan, evidence, pengalaman, pengetahuan tentang Kristus dan kebangkitan-Nya, dan lain sebagainya tidak dapat berdiri sendiri tanpa Tuhan – tanpa kuasa dan kekuatan dari Roh Kudus-Nya. Kita tidak boleh mengandalkan kekuatan atau kemampuan diri sendiri atau demi kepentingan diri sendiri. Jemaat dan penginjilan it’s all about His power and glory.
Ke-empat, Pekerjaan penebusan sudah selesai. Itu dilakukan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Pekerjaan Penginjilan belum selesai. Kita (Jemaat) bersama dengan Dia masih terus bekerja melakukannya hingga saat ini. Dia masih incharge sampai sekarang. Yesus berkata di Matius pasal 28 ayat 18 sampai 20:
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pergilah dan Kristus menyertai anda dan saya!
Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Sejumlah Alasan: Lukas sebagai Penulis Kisah Para Rasul
Bapa-Bapa Gereja secara langsung dan tidak langsung mengatakan bahwa Lukas adalah penulis kitab Kisah Para Rasul. Irenaeus dalam mengutip bagian tulisan berulang kali menggunakan frase berikut: "Lukas murid dan pengikut Paulus mengatakan demikian." Clement dari Alexandria, mengutip pidato Paulus di Athena, dengan menggunakan frase, "Jadi Lukas dalam Kisah Para Rasul menghubungkan." Eusebius mengatakan: "Lukas telah meninggalkan kita dua volume yang meng-inspirasi, Injil dan Kisah Para Rasul."
Selain itu, penulusuran dengan menggunakan metode “we section” mulai dari Kisah Para Rasul pasal 16 dan seterusnya juga mengarah kepada Lukas sebagai penulis. Di samping itu juga alamat penulisan juga adalah sama seperti Injil Lukas yaitu Theopilus yang Mulia.
Perkataan dan Janji Yesus kepada Murid-murid-Nya
Di ayat ke 4 pasal 1 dari Kisah Para Rasul disebutkan bahwa Yesus melarang murid-murid-Nya untuk pergi meninggalkan Yerusalem. Meskipun mereka mungkin sudah sangat antusias untuk memberitahukan kepada banyak orang bahwa Kristus telah bangkit, Yesus justru menyuruh mereka tinggal di suatu tempat sampai Roh Kudus turun ke atas mereka. Hal ini sangat konsisten dengan apa yang dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis di waktu-waktu sebelumnya. Yohanes Pembaptis pernah berkata:”Aku membaptis kamu dengan air tetapi Dia yang datang setelah aku, akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Dan itu memang terjadi, setelah Yesus naik ke Sorga, sepuluh hari setelahnya, Roh Kudus turun ke atas murid-murid-Nya. Mereka berbicara dengan berbagai bahasa sehingga setiap orang yang hadir dari berbagai tempat dapat mengerti dan heran terhadap rasul-rasul itu.
Di Kisah Para Rasul pasal 2 disebutkan bahwa orang-orang yang hadir dan menyaksikan rasul-rasul itu datang ke Yerusalem sebenarnya adalah untuk merayakan hari raya Pentakosta tetapi mereka justru mendapatkan pengalaman yang istimewa dan luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, Roma, Kreta, Arab, dan lain-lain. Seketika setelah rasul Petrus selesai berkhotbah, orang-orang itu merasa terharu (NIV Bible: cut to the heart), bertobat, dan dibaptis. Jumlah mereka ada kira-kira tiga ribu jiwa. Hari raya Pentakosta pada saat itu menjadi hari raya yang paling berkesan dan merupakan momen penting dalam hidup mereka yang hadir di sana pada saat itu karena mereka mendapatkan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus dan Jemaat Kristus yang pertama pun telah lahir.
Apa yang terjadi pada saat itu membuktikan kebenaran dari perkataan Yesus. Di Yohanes pasal 16 ayat 8, Yesus berkata:”…kalau Ia (Roh Kudus) datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman;…” Dan itulah yang terjadi pada hari raya Pentakosta pada saat itu. Segera setelah Roh Kudus turun, orang-orang merasa terharu, bertobat, sadar akan dosa-dosa mereka dan dibaptis.
Peran, Kerja, dan Kuasa Roh Kudus
Di kitab Kisah Para Rasul kita akan melihat Roh Kudus berperan di dalam diri murid-murid Kristus dan Jemaat. Ini adalah sejumlah hal yang dilakukan-Nya yang disebutkan di dalam kitab Kisah Para Rasul:
Hal ini menunjukkan bahwa peran Roh Kudus sangat penting di dalam pemberitaan Injil – di dalam menjadi saksi bagi Kristus. Itulah sebabnya mengapa Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya agar mereka jangan pergi dulu meninggalkan Yerusalem sebelum menerima atau dibaptis dengan Roh Kudus. Meskipun mereka sudah mempunyai bukti atau evidence tentang kebangkitan-Nya, itu tidaklah cukup untuk dapat menjadi saksi-Nya. Dengan kata lain, tanpa kuasa dan kekuatan dari Roh Kudus mereka tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Roh Kudus mutlak dibutuhkan dan sesungguhnya Dia-lah yang bekerja melalui murid-murid-Nya (jemaat).
Pertumbuhan Jemaat yang Pertama
Selain kerja dan kuasa Roh Kudus, kita juga akan melihat pertumbuhan jemaat pertama di kitab Kisah Para Rasul. Seperti yang dijanjikan oleh Yesus bahwa murid-murid-Nya akan menjadi saksi bagi Dia di Yerusalem, di Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Itulah yang juga terjadi pada masa itu. Di Kisah Para Rasul pasal 6 ayat 7 disebutkan bahwa firman Allah makin tersebar dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. Kisah Para Rasul pasal 9 ayat 31 mengatakan:”Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” Artinya, pada waktu itu jemaat sudah ada di Yudea, Galilea, dan Samaria. Dan jemaat-jemaat itu tentunya adalah jemaat-jemaat yang berasal dari Yerusalem dan tersebar dari sana. Kisah Para Rasul pasal 7 dan pasal 9 memberikan latarbelakang terjadinya penyebaran itu yaitu penganiayaan terhadap Stefanus dan kisah Saulus yang berjibaku menganiaya jemaat dan murid-murid Yesus di masa itu.
Setelah Yudea, Galilea, dan Samaria di pasal 9, jemaat terus bertumbuh sampai ke Antiokhia. Kisah Para Rasul pasal 12 ayat 24 mengatakan:”…firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak di dengar orang.” Kisah Para Rasul pasal 16 ayat 5 mengatakan:”…jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya.” Waktu itu jemaat sudah sampai ke Asia Kecil dan Galatia. Kisah Para Rasul pasal 19 ayat 20 mengatakan:”Dengan jalan ini makin tersebarlah firman Tuhan dan makin berkuasa.” Jemaat pada waktu itu sudah ada di Efesus, Korintus, dan bahkan sampai ke Roma. Kisah Para Rasul pasal 28 ditutup dengan mengatakan:”Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia (rasul Paulus) memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.” Dengan kata lain, jemaat terus bertumbuh oleh kerja dan kuasa Roh Kudus, dan apa yang dijanjikan oleh Yesus Kristus terbukti benar dan sungguh-sungguh terjadi (band. Kis 1:1-8).
Dua Rasul Besar (Petrus dan Paulus)
Di kitab Kisah Para Rasul dikisahkan tentang dua rasul besar yaitu rasul Petrus dan rasul Paulus. Rasul Petrus dikisahkan dari Kisah Para Rasul pasal 1 sampai 12, sedangkan rasul Paulus dikisahkan dari Kisah Para Rasul pasal 13 sampai 28. Selain itu di sana juga tercatat tiga kali perjalanan misi Paulus yaitu di pasal 13, pasal 15, dan pasal 18.
Di kitab Galatia dikisahkan juga tentang rasul Paulus yang menegur rasul Petrus karena meninggalkan meja saudara-saudara non-Yahudi untuk bergabung dan makan bersama dengan saudara-saudara dari bangsa Yahudi (band. Gal 2:11-14; Kis 15). Orang Yahudi memang sejak dulu beranggapan bahwa orang non Yahudi adalah orang ‘kelas dua’ di mata Tuhan. Mereka bukan keturunan Abraham dan mereka tidak selamat. Orang Yahudi menganggap haram makan semeja atau sehidangan dengan orang non-Yahudi dan bahkan tidak boleh menginjakkan kaki dan masuk ke dalam rumah mereka. Meskipun mereka sudah dibaptis dan bergabung dengan jemaat Yahudi, orang non-Yahudi masih saja tetap dianggap ‘kelas dua’ atau lebih inferior. Mereka diposisikan di sisi luar Bait Suci di dalam setiap acara atau ritual keagamaan. Begitu jelasnya permasalahan ini sehingga penulis kitab Galatia juga menyebutkan bahwa bukan saja Kefas (Petrus) yang melakukan hal seperti itu tetapi juga Barnabas.
Hal ini menunjukkan sesuatu yang harus dijawab dan diselesaikan oleh rasul-rasul pada masa itu. Kisah Para Rasul pasal 15 mengatakan bahwa rasul-rasul mengadakan sidang atau rapat dan mereka menyadari bahwa orang Yahudi maupun orang non-Yahudi adalah sama di mata Tuhan. Kisah Para Rasul pasal 10 dan pasal 11 juga mengatakan hal yang sama kepada rasul Petrus melalui peristiwa Kornelius, seorang perwira pasukan Italia.
Dua Jemaat Besar
Kisah Para Rasul juga menyebutkan dua jemaat besar yang ada pada masa itu yaitu jemaat Yerusalem dan jemaat Antiokhia. Dua jemaat tersebut dapat disebut sebagai pusat atau center dari murid-murid Yesus pada masa itu. Hal itu ditunjukkan oleh sejumlah murid-murid dari Yerusalem yang datang mengunjungi jemaat Antiokhia, begitu juga rasul Petrus, Paulus, dan Barnabas juga ada disebutkan berada di sana. Dan di Antiokhia, murid-murid Yesus untuk pertama kalinya disebut Kristen (band. Kis 11:26).
Berdasarkan letak atau posisi wilayahnya, maka secara otomatis, jemaat Yerusalem adalah jemaat yang terdiri dari sejumlah besar orang Yahudi, sedangkan jemaat Antiokhia adalah jemaat yang terdiri dari sejumlah besar orang non-Yahudi.
Konsistensi Doktrin atau Pengajaran
Di dalam kitab Kisah Para Rasul juga dapat ditemukan adanya konsistensi pengajaran atau doktrin yang berlaku atau diterapkan oleh rasul-rasul dan murid-murid Yesus yang ada pada masa itu. Rasul Petrus berkata di Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 38:”Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Rasul Paulus juga melakukan hal yang sama bahkan ia membaptis lagi orang-orang yang sudah menerima baptisan Yohanes di dalam nama Yesus Kristus (band. Kis 19:5; Rom 6:3-4). Di samping itu juga ada terdapat sejumlah kisah yang mengatakan hal yang sama yaitu Sida-sida dari Etiophia yang dibaptis oleh Filipus (Kis 8), Saulus yang dibaptis oleh Ananias (Kis 9), dan Kornelius yang dibaptis oleh Petrus (Kis 10).
Empat Kesimpulan Penting
Pertama, Tuhan Yesus selalu menepati setiap janji dan perkataan-Nya. Ia berjanji bahwa Roh Kudus akan turun dan murid-murid-Nya akan menjadi saksi di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Itu sungguh terjadi dan terbukti benar.
Kedua, Tuhan sangat berkuasa. Ia menginjili dunia dengan orang-orang yang biasa dan sederhana dalam kurun waktu 30 tahun saja.
Ketiga, kekuatan Roh Kudus mutlak dibutuhkan. Strategi, teknik, metode penginjilan, evidence, pengalaman, pengetahuan tentang Kristus dan kebangkitan-Nya, dan lain sebagainya tidak dapat berdiri sendiri tanpa Tuhan – tanpa kuasa dan kekuatan dari Roh Kudus-Nya. Kita tidak boleh mengandalkan kekuatan atau kemampuan diri sendiri atau demi kepentingan diri sendiri. Jemaat dan penginjilan it’s all about His power and glory.
Ke-empat, Pekerjaan penebusan sudah selesai. Itu dilakukan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Pekerjaan Penginjilan belum selesai. Kita (Jemaat) bersama dengan Dia masih terus bekerja melakukannya hingga saat ini. Dia masih incharge sampai sekarang. Yesus berkata di Matius pasal 28 ayat 18 sampai 20:
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pergilah dan Kristus menyertai anda dan saya!
Copyright © 2010 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar