Di ayat pertama dari Injil Yohanes menyatakan:”Pada mulanya adalah firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah.” Pernyataan ini dapat disebut sebagai inti dari injil ke-empat yang ditulis oleh rasul Yohanes tersebut. Adapun kisah-kisah yang ia tuliskan selanjutnya tentang Yesus adalah merupakan penjelasan atau konfirmasi yang menyatakan bahwa Yesus adalah firman yang berinkarnasi menjadi manusia. Ia sudah ada pada mulanya, bersama-sama dengan Allah dan Ia adalah Allah. Sesuatu yang tidak dapat dimengerti dengan ”human intellect” tetapi dengan iman. Dan memang ”iman” adalah salah satu kata kunci yang ada di dalam Injil Yohanes. Di pasal 3 ayat 16, Yohanes berkata bahwa barangsiapa yang percaya kepada Yesus Kristus akan selamat tetapi yang tidak percaya telah berada di bawah hukuman.
Rasul Yohanes tampak sangat ”black & white” (tegas) dengan tulisannya. Ia sangat sederhana di dalam kata-kata dan konsep tulisannya. Itulah sebabnya mengapa di dalam tulisan-tulisannya tersebut kita dapat menemukan kata-kata: terang atau gelap, hidup atau mati, percaya atau tidak percaya, dan lain sebagainya.
Mari perhatikan beberapa dari antara kisah yang pertama yang disampaikan oleh rasul Yohanes. Di pasal yang pertama, Yohanes menampilkan afirmasi yang diberikan oleh Yohanes Pembaptis terhadap Yesus. Dilanjutkan dengan menampilkan kemampuan Yesus dalam mengetahui isi hati dan pikiran dari Natanael yang kemudian menjadi murid Yesus. Di pasal yang kedua, Yesus dapat mengubah air menjadi anggur dan dilanjutkan dengan menampilkan bahwa Yesus dapat mem-prediksi tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Di samping itu, Ia juga mempunyai keberanian dan otoritas di dalam membersihkan Bait Allah dari kemunafikan dan keserakahan. Di pasal yang ketiga, rasul Yohanes menampilkan bahwa Yesus mempunyai pengetahuan dan pengertian yang ilahi tentang sorga, keselamatan, dan hidup yang kekal. Hal itu dikontraskan terhadap Nikodemus yang meskipun terpandang dan dihormati banyak orang, hanyalah seorang manusia biasa yang legalis, ritualis, dan tidak tahu apa-apa. Sebaliknya, Yesus adalah pribadi yang telah datang dan turun dari sorga (band. Yoh 3:13). Ia bahkan sudah ada sebelum Abraham (band. Yoh 8:58). Di pasal yang ke-empat, rasul Yohanes menampilkan bahwa Yesus mengetahui rahasia hidup dan hati dari seorang perempuan Samaria yang sangat tertutup dan terkucil di tengah masyarakat. Ia juga menampilkan pribadi Yesus yang sangat mengasihi meski terhadap orang yang tersisihkan atau terpinggirkan. Demikian seterusnya, rasul Yohanes terus meyakinkan para pembaca melalui kisah-kisah Yesus sambil menyampaikan pesan-pesan rohani dan ilahi.
Kepenulisan
Injil Yohanes ditulis pada tahun 80 (+/-) oleh rasul Yohanes yang ketika itu sedang berada di Efesus. Di masa itu jemaat telah tersebar di berbagai tempat – hampir di seluruh bagian atau belahan dunia atau dengan kata lain, jemaat-jemaat bukan lagi terdiri dari sebagian besar orang Yahudi melainkan orang-orang non-Yahudi. Kekristenan bukan lagi dikenal sebagai sekte dari agama Yahudi melainkan keyakinan yang dianut oleh orang-orang non-Yahudi dalam jumlah dan prosentase yang jauh lebih besar. Dan dari antara orang-orang non-Yahudi, orang Yunani adalah orang-orang yang keras dan kuat di dalam rasio dan intelektual-nya. Mereka percaya bahwa Tuhan adalah pribadi yang intelek dan intelektualitas adalah berasal atau bersumber dari Tuhan. Tampaknya, rasul Yohanes mencermati hal ini sehingga ia menggunakan kata ”firman (Yunani: logos)” terhadap Yesus. Dengan demikian, rasul Yohanes dapat menyapa dan menarik perhatian orang Yunani. Bahkan bukan saja orang Yunani tetapi juga orang Yahudi karena orang Yahudi juga sangat menghormati dan menjunjung tinggi firman sebagai sesuatu yang berasal dan bersumber dari Allah. Tetapi tentu saja tujuan dari rasul Yohanes bukan semata-mata hanya untuk menarik perhatian orang Yunani dan orang Yahudi melainkan karena pernyataan yang ia sampaikan itu adalah benar dan sungguh disampaikan oleh Tuhan dan Roh Kudus kepadanya untuk diberitakan.
Karakteristik
Dibanding dengan ketiga injil yang lain, Injil Yohanes mempunyai perbedaan yang sangat khas. Jika tulisan Matius, Markus, dan Lukas berisi semacam catatan atau dokumentasi tentang Yesus, tulisan Yohanes berisi tentang arti atau makna tentang kedatangan Yesus dan tentang Yesus sendiri. Memang, keempat injil tersebut pun mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lain tetapi mereka semua tidak kontradiktif. Ada kisah-kisah tertentu di dalam Injil Yohanes yang tidak terdapat di dalam injil-injil yang lain demikian pula sebaliknya. Contohnya, tentang mujizat di Kana, tentang Perempuan Samaria di tepi sumur, tentang pengunduran diri sejumlah besar murid di pasal 6, dan lain sebagainya. Jika Matius berfokus pada pesan yang berkata bahwa Yesus adalah Raja di atas segala raja, Markus berfokus pada pekerjaan dan perbuatan dan kuasa mujizat Yesus sebagai Hamba yang Melayani. Injil Lukas berfokus pada pesan bahwa Yesus adalah Anak Manusia. Sedangkan Injil Yohanes berfokus pada pesan yang berkata bahwa Yesus adalah Allah.
Dari kisah atau cerita yang terdapat dalam Injil Yohanes dapat ditemukan latarbelakang budaya, agama, dan wawasan Yahudi yang tampak sangat jelas kelihatan. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan bahwa penulis besar kemungkinannya bukanlah orang Yunani atau non-Yahudi melainkan orang Yahudi dan dia adalah rasul Yohanes, murid yang dikasihi oleh Yesus Kristus. Selain itu, rasul Yohanes juga sering menyebut kata ”kasih” di dalam tulisannya sehingga Ia pun dikenal sebagai Rasul Kasih.
Tujuan Penulisan
Injil Yohanes ditulis dengan tujuan agar para pembaca mengetahui dan mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan, dan tidak ada keselamatan yang dapat diperoleh di bumi atau di dunia ini kecuali melalui Dia yaitu Tuhan Yesus Kristus (band. Yoh 14:6; Yoh 20:31). Pesan tersebut ditujukan kepada orang-orang Yunani dan non-Yahudi yang menyembah dewa-dewa atau allah-allah lain dan kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan atau Allah.
Ditinjau dari waktu penulisannya, Injil Yohanes ditulis pada dekade ke-enam terhitung sejak jemaat pertama lahir di Yerusalem yaitu tahun 29 M (+/-). Pada masa itu, rasul-rasul telah tiada (kecuali rasul Yohanes) dan jemaat sepertinya telah memasuki generasi yang ketiga. Itulah yang mungkin menjadi alasan mengapa Yohanes menuliskan Injil tersebut yaitu juga sebagai semacam suatu penjelasan atau penegasan terhadap ketiga injil sinoptik. Sehingga dengan demikian tulisan rasul Yohanes tersebut dapat berguna juga bagi jemaat dan bagi generasi yang akan datang.
Kanonisasi Injil Yohanes
Tidaklah sukar untuk menerima Injil Yohanes sebagai kanon dalam Alkitab karena ditinjau dari umur penulis-nya yang hidup relatif lama yaitu hingga mencapai tahun 98 M. Jika jarak antara satu generasi ke generasi berikutnya adalah 25 tahun, itu berarti bahwa rasul Yohanes hidup dalam tiga generasi terhitung sejak jemaat baru berdiri yaitu tahun 29 M. Dengan kata lain, banyak orang Kristen yang masih melihat dan menyaksikan kehidupan dan pelayanan rasul Yohanes di dunia. Di antaranya adalah bapa gereja yang bernama Papias yang menyebut Yohanes sebagai ”the living and abiding voice for God”.
Kesimpulan
Injil Yohanes adalah Injil yang di-ilhamkan dan di-inspirasikan oleh Allah Roh Kudus melalui rasul Yohanes. Ia tidak bertentangan dengan ketiga injil sinoptik dan kitab-kitab lain di dalam Alkitab melainkan singkron dan konsisten dalam isi dan pesannya. Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengasihi. Tidak ada keselamatan yang dapat diperoleh selain melalui Yesus Kristus. Kita patut percaya dan beriman kepada Dia untuk selamat. Jika tidak, itu berarti bahwa kita tetap berada di bawah hukuman.
Copyright (c) 2010 by Naek @ NMQT
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Rasul Yohanes tampak sangat ”black & white” (tegas) dengan tulisannya. Ia sangat sederhana di dalam kata-kata dan konsep tulisannya. Itulah sebabnya mengapa di dalam tulisan-tulisannya tersebut kita dapat menemukan kata-kata: terang atau gelap, hidup atau mati, percaya atau tidak percaya, dan lain sebagainya.
Mari perhatikan beberapa dari antara kisah yang pertama yang disampaikan oleh rasul Yohanes. Di pasal yang pertama, Yohanes menampilkan afirmasi yang diberikan oleh Yohanes Pembaptis terhadap Yesus. Dilanjutkan dengan menampilkan kemampuan Yesus dalam mengetahui isi hati dan pikiran dari Natanael yang kemudian menjadi murid Yesus. Di pasal yang kedua, Yesus dapat mengubah air menjadi anggur dan dilanjutkan dengan menampilkan bahwa Yesus dapat mem-prediksi tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Di samping itu, Ia juga mempunyai keberanian dan otoritas di dalam membersihkan Bait Allah dari kemunafikan dan keserakahan. Di pasal yang ketiga, rasul Yohanes menampilkan bahwa Yesus mempunyai pengetahuan dan pengertian yang ilahi tentang sorga, keselamatan, dan hidup yang kekal. Hal itu dikontraskan terhadap Nikodemus yang meskipun terpandang dan dihormati banyak orang, hanyalah seorang manusia biasa yang legalis, ritualis, dan tidak tahu apa-apa. Sebaliknya, Yesus adalah pribadi yang telah datang dan turun dari sorga (band. Yoh 3:13). Ia bahkan sudah ada sebelum Abraham (band. Yoh 8:58). Di pasal yang ke-empat, rasul Yohanes menampilkan bahwa Yesus mengetahui rahasia hidup dan hati dari seorang perempuan Samaria yang sangat tertutup dan terkucil di tengah masyarakat. Ia juga menampilkan pribadi Yesus yang sangat mengasihi meski terhadap orang yang tersisihkan atau terpinggirkan. Demikian seterusnya, rasul Yohanes terus meyakinkan para pembaca melalui kisah-kisah Yesus sambil menyampaikan pesan-pesan rohani dan ilahi.
Kepenulisan
Injil Yohanes ditulis pada tahun 80 (+/-) oleh rasul Yohanes yang ketika itu sedang berada di Efesus. Di masa itu jemaat telah tersebar di berbagai tempat – hampir di seluruh bagian atau belahan dunia atau dengan kata lain, jemaat-jemaat bukan lagi terdiri dari sebagian besar orang Yahudi melainkan orang-orang non-Yahudi. Kekristenan bukan lagi dikenal sebagai sekte dari agama Yahudi melainkan keyakinan yang dianut oleh orang-orang non-Yahudi dalam jumlah dan prosentase yang jauh lebih besar. Dan dari antara orang-orang non-Yahudi, orang Yunani adalah orang-orang yang keras dan kuat di dalam rasio dan intelektual-nya. Mereka percaya bahwa Tuhan adalah pribadi yang intelek dan intelektualitas adalah berasal atau bersumber dari Tuhan. Tampaknya, rasul Yohanes mencermati hal ini sehingga ia menggunakan kata ”firman (Yunani: logos)” terhadap Yesus. Dengan demikian, rasul Yohanes dapat menyapa dan menarik perhatian orang Yunani. Bahkan bukan saja orang Yunani tetapi juga orang Yahudi karena orang Yahudi juga sangat menghormati dan menjunjung tinggi firman sebagai sesuatu yang berasal dan bersumber dari Allah. Tetapi tentu saja tujuan dari rasul Yohanes bukan semata-mata hanya untuk menarik perhatian orang Yunani dan orang Yahudi melainkan karena pernyataan yang ia sampaikan itu adalah benar dan sungguh disampaikan oleh Tuhan dan Roh Kudus kepadanya untuk diberitakan.
Karakteristik
Dibanding dengan ketiga injil yang lain, Injil Yohanes mempunyai perbedaan yang sangat khas. Jika tulisan Matius, Markus, dan Lukas berisi semacam catatan atau dokumentasi tentang Yesus, tulisan Yohanes berisi tentang arti atau makna tentang kedatangan Yesus dan tentang Yesus sendiri. Memang, keempat injil tersebut pun mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lain tetapi mereka semua tidak kontradiktif. Ada kisah-kisah tertentu di dalam Injil Yohanes yang tidak terdapat di dalam injil-injil yang lain demikian pula sebaliknya. Contohnya, tentang mujizat di Kana, tentang Perempuan Samaria di tepi sumur, tentang pengunduran diri sejumlah besar murid di pasal 6, dan lain sebagainya. Jika Matius berfokus pada pesan yang berkata bahwa Yesus adalah Raja di atas segala raja, Markus berfokus pada pekerjaan dan perbuatan dan kuasa mujizat Yesus sebagai Hamba yang Melayani. Injil Lukas berfokus pada pesan bahwa Yesus adalah Anak Manusia. Sedangkan Injil Yohanes berfokus pada pesan yang berkata bahwa Yesus adalah Allah.
Dari kisah atau cerita yang terdapat dalam Injil Yohanes dapat ditemukan latarbelakang budaya, agama, dan wawasan Yahudi yang tampak sangat jelas kelihatan. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan bahwa penulis besar kemungkinannya bukanlah orang Yunani atau non-Yahudi melainkan orang Yahudi dan dia adalah rasul Yohanes, murid yang dikasihi oleh Yesus Kristus. Selain itu, rasul Yohanes juga sering menyebut kata ”kasih” di dalam tulisannya sehingga Ia pun dikenal sebagai Rasul Kasih.
Tujuan Penulisan
Injil Yohanes ditulis dengan tujuan agar para pembaca mengetahui dan mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan, dan tidak ada keselamatan yang dapat diperoleh di bumi atau di dunia ini kecuali melalui Dia yaitu Tuhan Yesus Kristus (band. Yoh 14:6; Yoh 20:31). Pesan tersebut ditujukan kepada orang-orang Yunani dan non-Yahudi yang menyembah dewa-dewa atau allah-allah lain dan kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan atau Allah.
Ditinjau dari waktu penulisannya, Injil Yohanes ditulis pada dekade ke-enam terhitung sejak jemaat pertama lahir di Yerusalem yaitu tahun 29 M (+/-). Pada masa itu, rasul-rasul telah tiada (kecuali rasul Yohanes) dan jemaat sepertinya telah memasuki generasi yang ketiga. Itulah yang mungkin menjadi alasan mengapa Yohanes menuliskan Injil tersebut yaitu juga sebagai semacam suatu penjelasan atau penegasan terhadap ketiga injil sinoptik. Sehingga dengan demikian tulisan rasul Yohanes tersebut dapat berguna juga bagi jemaat dan bagi generasi yang akan datang.
Kanonisasi Injil Yohanes
Tidaklah sukar untuk menerima Injil Yohanes sebagai kanon dalam Alkitab karena ditinjau dari umur penulis-nya yang hidup relatif lama yaitu hingga mencapai tahun 98 M. Jika jarak antara satu generasi ke generasi berikutnya adalah 25 tahun, itu berarti bahwa rasul Yohanes hidup dalam tiga generasi terhitung sejak jemaat baru berdiri yaitu tahun 29 M. Dengan kata lain, banyak orang Kristen yang masih melihat dan menyaksikan kehidupan dan pelayanan rasul Yohanes di dunia. Di antaranya adalah bapa gereja yang bernama Papias yang menyebut Yohanes sebagai ”the living and abiding voice for God”.
Kesimpulan
Injil Yohanes adalah Injil yang di-ilhamkan dan di-inspirasikan oleh Allah Roh Kudus melalui rasul Yohanes. Ia tidak bertentangan dengan ketiga injil sinoptik dan kitab-kitab lain di dalam Alkitab melainkan singkron dan konsisten dalam isi dan pesannya. Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengasihi. Tidak ada keselamatan yang dapat diperoleh selain melalui Yesus Kristus. Kita patut percaya dan beriman kepada Dia untuk selamat. Jika tidak, itu berarti bahwa kita tetap berada di bawah hukuman.
Copyright (c) 2010 by Naek @ NMQT
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar