Rabu, 28 Oktober 2009

Menjadi Kristen yang Sejati (Bagian 1)

Ketika saya menyebut “Kristen yang Sejati” itu juga berarti bahwa ada terdapat “Kristen yang Tidak Sejati”. Sebagai buktinya, di zaman Yesus, tidak semua orang yang mengikut Dia adalah murid-muridNya. Ada tiga kategori besar orang yang terdapat di sana. Yang pertama adalah keduabelas rasul, yang kedua adalah murid-muridNya, dan yang ketiga adalah orang-orang yang penasaran terhadap Yesus. Orang-orang yang penasaran terhadap Yesus tentunya tidak mempunyai komitmen apa-apa terhadap Dia. Mereka hanya ingin tahu, ingin melihat atau menyaksikan apa yang Ia katakan dan lakukan saja. Berbeda dengan keduabelas rasul dan murid-muridNya, mereka mengikut Yesus untuk belajar. Dalam bahasa Yunani, murid-murid tersebut disebut dengan “mathetes”, sedang dalam bahasa Inggris disebut dengan “student” yaitu “pelajar” (dalam bahasa Indonesia yang serupa dengan “murid”).

Yesus adalah seorang Rabi atau Guru pada zamanNya. Di mata publik, Ia setara dengan rabi-rabi Yahudi yang lain. Hanya saja, Ia tidak diterima atau ditolak oleh para rabi atau guru-guru yang ada pada masa itu yakni orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena dianggap tidak sepaham atau sealiran dengan mereka. Di dalam sejumlah peraturan, ritual, tradisi, dan legalisme yang telah ditetapkan, Yesus sangat berbeda bahkan bertolak belakang dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Tetapi, meskipun Yesus tidak diterima atau diakui orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Ia mempunyai pengikut yang sangat banyak, bahkan lebih banyak daripada rabi-rabi yang lain. Sehingga, dengan demikian, tentu saja, sukar menolak, atau tidak menyebutNya sebagai rabi karena Ia sudah membuktikan diriNya berperan dan berfungsi sebagai rabi bahkan tidak seperti rabi-rabi yang lain. Injil Matius pasal 7 ayat 28 dan 29 mengatakan:

”takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”

Sebelum membahas lebih jauh tentang “Kristen yang Sejati”, perlu dimengerti terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan Kristen adalah sama dengan murid Yesus atau sebaliknya murid Yesus adalah sama dengan Kristen (band. Kis 11:26). Dengan demikian, Anda dan saya tidak bingung atau rancu dengan kedua istilah tersebut. Di kitab Kisah Para Rasul, sangat jelas disebutkan bahwa anggota-anggota jemaat adalah murid-murid Yesus. Orang percaya, yang lahir baru, yang hidup baru, pengikut Kristus adalah sama dengan murid-murid Yesus (band. Kis 6:1,7;9:1,19b;11:26). Dengan kata lain, di antara Kristen dan murid Yesus tidak terdapat standar atau kualitas yang berbeda. Biasanya, orang Kristen yang berdiskusi dengan saya tentang topik ini beranggapan atau berpendapat bahwa orang Kristen lebih rendah level rohaninya dibandingkan dengan murid-murid Yesus, atau sebaliknya murid-murid Kristus lebih tinggi level rohaninya dibandingkan dengan orang Kristen. Anggapan atau pendapat tersebut tentu saja salah secara historis, secara leksikal, secara arti atau makna kata, maupun secara Alkitabiah.

Sekarang, mari mempelajari ciri atau tanda Kristen yang sejati menurut Yesus. Yang pertama, kesejatian seorang Kristen ditandai atau dicirikan oleh sikap yang rela menyangkal diri dan memikul salib setiap hari. Apakah artinya pernyataan tersebut? Di zaman Yesus ada lebih kurang 30.000 penyaliban yang pernah terjadi atau dilakukan oleh bangsa Romawi. Tujuannya adalah sebagai eksekusi yang paling menyakitkan secara fisik maupun mental. Orang yang akan disalib terlebih dahulu akan dipermalukan di depan publik dengan cara berjalan di depan umum menuju Golgota atau Bukit Tengkorak. Sambil memikul salib yang beratnya lebih kurang 135 kg, orang tersebut akan dikenakan tulisan sebagai informasi kepada publik tentang mengapa ia disalib. Mungkin, pada Yesus saat itu dituliskan “penyesat”. Selain itu, orang-orang yang disalibkan biasanya juga ditelanjangi di depan umum bukan mengenakan sehelai kain seperti yang biasanya digambarkan di dalam karya-karya seni lukis. Penyaliban biasanya dilakukan terhadap penjahat nomor wahid, pemberontak, budak, atau yang dianggap hina dan tidak mempunyai martabat atau harga diri. Saya akan menjelaskan tentang salib di lain kesempatan, tetapi, dari gambaran atau informasi ini, kita dapat menemukan arti “menyangkal diri dan memikul salib” yaitu sikap yang rela menahan malu, memikul beban, kesulitan, kesukaran, demi mengikut Yesus.

Pada zaman Yesus orang-orang yang mengikut Dia akan dikucilkan oleh rabi-rabi Yahudi, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, bangsa Romawi, dan orang-orang yang tidak percaya kepadaNya. Jika di dalam satu rumah atau keluarga, ada terdapat salah seorang yang menjadi murid Yesus, maka sangat besar kemungkinannya ia juga akan dikucilkan di dalam rumah atau keluarganya. Jika tidak, maka keluarga itulah yang akan dikucilkan. Fakta ini jelas digambarkan di dalam kisah tentang seorang yang sembuh dari buta sejak lahirnya. Orang tua pemuda yang buta itu sampai tidak berani mengakui atau memberi kesaksian bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan anaknya dari kebutaan sejak lahir (band. Yohanes 9:20-22). Tidak heran mengapa Yesus berkata:

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.” (band. Mat 10:34-36).

Apakah sikap menyangkal diri dan memikul salib masih relevan hingga saat ini? Bukankah Yesus sudah sangat popular dan dapat dikatakan “diterima” oleh banyak orang? Apakah contoh atau permisalan yang dapat memperjelas sikap tersebut? Tentu saja masih sangat relevan. Di dalam lingkungan pekerjaan, misalnya, seorang Kristen yang sejati tidak akan terlibat di dalam perselingkuhan, perbincangan porno atau gossip dengan rekan-rekan kerjanya meskipun mereka mengejeknya sebagai orang yang “sok suci”. Di samping itu, terlepas dari kesibukan atau aktifitas kerjanya, ia akan tetap tekun berdoa dan memelajari Kitab Suci, menghadiri kebaktian, bersekutu, dan berjemaat. Jika ia bekerja dengan jadwal shift, ia akan mengatur dan membicarakannya dengan rekan ataupun pimpinannya sebagai ekspresi penyangkalan dirinya demi mengikut Yesus. Apakah itu berarti bahwa ia akan menjadi karyawan yang buruk dan berkualitas rendah? Tidak. Sebaliknya ia bekerja jauh lebih baik bukan karena alasan-alasan duniawi melainkan karena Tuhan. Kolose pasal 3 ayat 22-23 mengatakan:

”Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.”

Dengan kata lain, itulah yang akan menjadi prinsip kerjanya. Sesuatu yang lebih tinggi mengatasi Rule & Regulation ataupun SOP yang ada. Ia bukan saja patuh dan taat kepada Rule & Regulation, SOP, atau kepada pimpinan, tetapi kepada Tuhan sebagai pimpinan yang tidak kelihatan yang senantiasa melihatnya bekerja.


(bersambung)



Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Selasa, 27 Oktober 2009

Q & A Session - Single Class



Speaker: Takeshi, Manami, Harliem & Vania
Sunday, October 18, 2009
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Single Class



Speaker: Takeshi (Japan)
Sunday, October 18, 2009
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Jumat, 23 Oktober 2009

Komentar Pembaca NMQT

Katherin (Singapore): Thanks, bro atas postingannya.. learn much.

Fitri (Medan): bener bngt

Yuanita (Jakarta): Bro, thx bwt sharing nya. Tiap orang punya hot button yg memicu kemarahannya. Bwt saya, paling gampang marah kalo anak saya tidak disiplin mengerjakan PR nya. Atau kalo karyawan tidak melakukan arahan & tugasnya. Jadi malu deh...ternyata Yesus marah thd hal2 yg jauh lbh berharga.
Belajar utk lebih lemah lembut & mengontrol diri...

Lily (Jakarta): Tx ya..., mudah2an bisa lebih ngerem kl marah ama suami....

Katherin (Singapore): Thanks, bro, for posting your thought

Rewensi (Batam): Amen :)...!!! Thks Bro

Yuanita (Jakarta): Thx utk sharing nya, Naek. Jadi TUhan tdk menilai berapa byk aktifitas rohani yg kt lakukan, tp motivasi kita utk melakukannya. Hrs rajin2 cek hati ya...

Christresia (Jakarta): Makasih bro.. Pointnya dalam banget dan sering terlupakan : Orang yang miskin di hadapan Allah berbuat baik dan melakukan tindakan atau aktifitas rohaninya karena sadar siapa dirinya di hadapan Tuhan bukan apa yang ia lakukan. Bahwa ia miskin dan butuh bergantung dan bersandar kepada-Nya.

Ricky (Surabaya): Sa-te kamu bagus neak kamu dapat dari mana?

Rinto (Jakarta): Artikel yg membantu...
thank you.

Stenus (Jakarta): Thanks bro buat artikelnya bro.

Yuanita (Jakarta): yeah... cara pandang & sikap yg benar thd wanita seperti yg diajarkan Yesus pasti membuat wanita2 berbahagia.

Yohanes (Bandung): Bro, bagus banget. Jd makin semangat jd seorang brother yg bs mengaplikasikan kasih spt Kasih Yesus kpd sisters kt. Kasih yg tulus dgn penuh kemurnian. Trims.

Kharisma (Jakarta): thanks, I get new perspective about Jesus & women.. Thanks utk blessing yg kamu bagikan..

Kharisma (Jakarta): wah bagus bro.. masih bisa lihat sisi manusiawinya Jesus, dan cara dia LOVE nya yg dalem kpd Prtobatan..
thx a lot

Andes (Bekasi): thank's ya bro.

Paco (Washington): great job brother

Ruth (Jakarta): Thanks ya bang Naek........

Wury (Bali): Thx Naek! Kebetulandi Bali lg ada study slh p'nikahan, ini sgt m'bantu. Thx Brother, God bless ur heart!

Dian (Bekasi): thank you Naek.. I think this note should be published not only to the disciples in our group but also to others and to non disciple friends.. :)

Lucia (Medan):
Awe Some bro,Believe bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. God always you ya

Erg (Jakarta): thx bro renungannya, rasanya gak brani ngebayangin deh
saya setuju banget the last 2 line
andai iya..... rasanya bakal bikin supernova, bahan bakunya matahari

Katherin (Singapore): Yes! Thanks, bro..

Yuanita (Jakarta):
Bro, renungan ini sangat menggugah perasaan & pikiran saya.
Tuhan, ajar aku utk memiliki buah2 Roh dalam karakterku dan bukan menganggap diri sendiri sbg "Tuhan". amin.

Erwin (Jakarta): thx GOD sdh ingatkan saya...

Christresia (Jakarta):
berasa digampar bro dengan perenungan diatas!
Melihat kembali ke diri, saat ini apakah aku fokus terhadap diri sendiri atau kepada Tuhan.
Thanks bro... sangat menginspirasi

Mahalia (Jakarta): Phuiiifph, i'm speechless!
Jangan sampe saya ngerasa Tuhan apalagi Juruslamat...Bahayaa mengancam
Thanks bro...dalem dan menginspirasi:)

Bani (Jakarta): Uch dalam banget!

Flora (Jakarta):
Thanks u renungannya, daleeem bgt!
hah betapa kecilnya aku..,
dengan semua kuasa yang Tuhan punya.
betapa sombongnya aku berpikir "aku bisa"
Ya yang bisa kulakukan hanya bersyukur.., Dia masih beri aku kesempatan.

Rewensi (Batam): WoW!!
...Dapet insight baru!!, thanks to share this brotha!

Rewensi (Batam):
thanks sudah memberi pengetahuan baru bro :)

Paco (Washington):
thank you bro. aku sering terperangkap dan salah dalam menyingkapi hal2 itu. (iman dan perbuatan)

Mahalia (Jakarta):hmmm deeper...awesome!!

Paco (Washington):
semakin dalam bro. bagus. cant wait to read the whole book of Never Missing Quiet Time.

Ricky (Surabaya):
Neak ini sa-te (saat teduh) kamu?
wah asik ya ,sate kamu..

Yenty (Jakarta):
=) amin.. yuks mulai kenali siapa Tuhan & kehendak-Nya.

Wenchy (Batam):
I Love this blog, karena jg di dukung gambar2 lucu..jdi mirip komik bible..love it..thks Bro

Mahalia (Jakarta):
thanks bro...
Ia (Yesus) harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil...

Lily (Jakarta):
Buat QT ahh......Tx ya Naek.

Katherin (Singapore):
Wow!!! John (the apostle) is awesome! Thanks, bro, you are so thoughful

Ariandy (Bekasi):
wah.... kalo yang ini saya setuju bro....

Paco (Washington):
wow. Interesting, compelling, and deep.

Dian (Bekasi):
thank you, Bro..

Christresia (Jakarta):
Makasih bro sdh mengingatkan kembali untuk waspada dan waspada, dan tidak terlena dengan kenikmatan yang sedang mengelilingi kita. Thank u..

Yuanita (Jakarta):
Thx Naek, renungan ini membantu sy utk menjaga kasih kpd Tuhan lebih drpd keduniawian yg fana.Juga harus bertekun selalu. GBU

Lolo (Jakarta):
thank you for the beautiful note... it strengthen me today.

Ben (Jakarta):
thanks ya...

Wury (Bali):
God bless U, Naek! Thx a lot! Insight yg beda n p'umpamaan yg m'bedah pointnya jd lbh dalam, clear n praktikal. Buat kita cepat bangkit dr kenyamanan n self focus. Keep on sharing, Brother!

Ruth (Jakarta):
Like the article "Alasan hidup yang lebih tinggi" dan "Kebenaran tentang kebangkitan Yesus". Happy easter ya bang naek...salam buat kel..GBU

Lily (Jakarta):
Salut buat Naek, kebangkitan Yesus semakin nyata menjawab pertanyaan2 orang2 yang kurang percaya menjadi percaya. Yesus mati dan telah bangkit.

Stenus (Bekasi):
Thanks bro, atas artikel ttg easter, slamat paskah bro..

Wenchy (Batam):
thanks for the share bro.., ..Feel blessed with your sharing, show that you had a deep conviction..its impactful :) ..GBU

Sharon (Jakarta):
Hope everyone will be blessed with this article :) happy Easter!

Ariandy (Bekasi):
Thank's Pak
orang lain bisa berpendapat tapi hanya orang yang dianggap muridNya yang tahu kebenaranNya...
"Selamat Paskah"

Rinto (Jakarta):
Thanks for the articel
Happy easter to all of you...
the truth is Jesus really raised up...
He died and raised up for us, and He is still a life...
So Let us have life like He lives. ... Read More
Amien

Ariandy (Bekasi):
Thank's Bro.....
Tapi saya minta alamat "FACEBOOK TUHAN" dong untuk mau saya add..?
hehehe..

Wenchy (Batam):
what a deep insight..
Thanks bro, mengingatkan bahwa sbnarnya cara pandang thd Tuhan lebih kreatif, ya spt Facebook :D, kt perlu log in untuk bs masuk acct di Facebook..sama spt Tuhan, kt perlu Log In dgn Tuhan utk punya tempat di Surga..
Keep it on bro..GBU

Yenty (Jakarta):
wow.. righteous.. love the bible.. much..
bro keren bgt tulisannya.. thanks.. for reminds us..

Pierre (Washington):
Luar Biasa...! Saya merasa benar apa yang dikatakan Firman Tuhan dan pembahasan kamu bro.

Saya banyak sekali terjebak untuk memampukan diri sendiri atau untuk mencapai kenyamanan diri tanpa melihat tujuan sebenarnya kenapa saya melakukan itu? Akhirnya hidup menjadi kosong dan tak menentu. Hidup saya di "drive" oleh keinginan duniawi yang nggak habis2 nya dan terus merasuki pikiran tapi saya nggak merasa hebat2 juga.

Kasihlah yang sebenarnya harus menjadi motivasi saya. Saya harus selalu memberi, tujuan saya dalam melakukan segala sesuatu harus berdasar kasih. Saya yakin, gampang sekali bagi saya untuk berjanji dan mengucapkan tapi kenyataan di lapangan saya harus berjuang untuk mengasihi. Masih banyak yang saya tetap harus belajar bro. thank you untuk selalu mengasihi.

Great God, Great Word, Great Brother!

Rinto (Jakarta):
Great notes bro...betul pencobaan2 bkn datang dari Tuhan tapi dari diri sendiri dan iblis. and God have a wonderful plan for all of us with the way He treats us. for our goodness and our life become more like Him...absolutely God is good and no one can deny that.

Yuanita (Bekasi):
Bro, thx utk notes ini. Benar sekali...sy merasa seringkali kt mghadapi pencobaan justru karena kebodohan n kesalahan sendiri. Tuhan sangat mengasihi kita jd Ia mau bentuk kita utk lebih baik dimataNya.

Sharon (Jakarta):
Couldn't agree more, bro!

Katherin (Singapore):
Jd ingat buku "Why Bad Thing Happen to Good People", mau baca tp ngga sempet...Thx,Bro,the best is the last result.. that reward from God is better than anything.

Pierre (Washington)
thanks brother as always great notes and from a great heart

Ariandy (Bekasi):
wah....terimakasih pak saya dapat inside yang bagus .....

Stenus (Bekasi):
Thanks catatannya bro, kayanya sy harus sering buka...untuk dapat banyak selipan alkitab dan catatan kamu...

Yohannes (Bandung):
Thank u bro... Sate mu yg kw tulis di facebook mendorongku utk melakukan hal yg serupa... God bless u... Tetep semangat ya...

Katherin (Singapore):
Thank you.. I can see clearly now.

Stenus (Bekasi):
Thanks bro, it's good note...

Ariandy (Bekasi):
thank's for the information...

Tuberta (Jakarta):
thank's for sharing...GBU

Pierre (Washington):
ya bagus. share ke lebih banyak orang lagi bro.

Tuberta (Jakarta):
thank you...bro... kamu ingatkan aku untuk tetap setia n tetap kembali walau apapun yang terjadi dalam hidup ini karena dia yang empunya kehidupan ....amin.

Sylvie (Jakarta):
thank you, bro...buat sharing-nya......reminding me klo Tuhan keep bringing us back walau kitanya dah lari kesana kemari.....amiinn:)

Yuanita (Jakarta):
Ya..sy jg sgt bersyukur TUhan mo menarik sy kembali pd saat hati ini sdh begitu keras, amin.

Katherin (Singapore):
Wow.. aku dikejar-kejar Tuhan..
Thanks, bro

Nova (Jakarta):
Thanks for the sharing, kapan bukunya terbit?

Gustina (Jakarta):
Thanks alot Bro for ur sharing, it's a deep lesson. Gw ampe berkaca2 bacanya neh... Mengingat bgmn bandelnya sy & gmn GOD sgt b'usaha utk attract my attention & love to HIM. Especially GOD's love through HIS son, the CROSS. Thx again... Keep shining Bro...

Rinto (Jakarta):
thanks for sharing Bro...we always know that God never leave us and use many ways to find out us to Him....

Pierre (Washington):
thank you bro untuk pelajaran2 nya. sangat membantu untuk kita punya kedalaman akan firman dan mengaplikasikannya

mantap brother. keep it up GBU.

Chris (Malaysia):
Saya merasa begitu terdorong sekali membaca posting ini. Walaupun saya orang Malaysia, posting dalam Bahasa Indonesia "moden" sebegini banyak membantu pemahaman saya.

Secara peribadi ia mendorong saya untuk lebih bersemangat lagi dalam pelayanan saya di dalam Kerajaan Allah. Ia juga memberi saya semangat untuk mendorong saudara dan saudari saya untuk turut lebih bersemangat dalam pelayanan masing-masing. Dan saya percaya saudara dan saudari saya juga akan lebih bersemangat mendorong saudara dan saudari yang lain untuk sama-sama lebih bersemangat lagi dalam pelayanan mereka di dalam Kerajaan Allah.

Semangat bersatu sebegini sudah pasti akan meninggikan lagi nama dan kemulian Tuhan. Amen:)

Greetings from Malaysia!

Stenus (Bekasi):
Thanks bro atas qt kamu, blog ini bisa menambah spirit saya untuk bisa mempunyai quite times yang never missing, thanks bro atas ide-ide dan bantuan kamu untuk kemuliaan Tuhan, semoga Tuhan selalu memberkati kamu dan keluarga dalam setiap langkah kamu.

Pierre (Washington):
great. learn alot from this blog. will support. To God be the Glory

Sahat (Tangerang):
Great job. Banyak membantu saya.



Copyright (c) 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Rabu, 21 Oktober 2009

The Word of God (Part 2B)



Speaker: Harliem Salim
Sunday, October 26, 2008
Copyright (c) 2008 by Berean Recording

The Word of God (Part 2A)



Speaker: Harliem Salim
Sunday, October 26, 2008
Copyright (c) 2008 by Berean Recording

The Word of God (Part 1B)



Speaker: Harliem Salim
Sunday, October 19, 2008
Copyright (c) 2008 by Berean Recording

The Word of God (Part 1A)



Speaker: Harliem Salim
Sunday, October 19, 2008
Copyright (c) 2008 by Berean Recording

Minggu, 18 Oktober 2009

Strong Conviction (Side 2)



Speaker: Takeshi (Japan)
Sunday, October 18, 2009
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Strong Conviction



Speaker: Takeshi (Japan)
Sunday, October 18, 2009
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Sabtu, 17 Oktober 2009

Komuni - "I Love Jesus"



Speaker: Manami (Japan)
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Jumat, 16 Oktober 2009

When You Believe



Artist: Mariah Carey & Whitney Houston

Kamis, 15 Oktober 2009

The Kingdom of God (Part 2)



Speaker: Harliem Salim
Produced by Berean Recording
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

The Kingdom of God (Part 1)



Speaker: Harliem Salim
Produced by Berean Recording
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Be thankful! (Part 2)



Speaker: Harliem Salim
Produced by Berean Recording
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Be thankful! (Part 1)



Speaker: Harliem Salim
Produced by Berean Recording
Copyright (c) 2009 by Berean Recording

Rabu, 14 Oktober 2009

Proverbs of Solomon



Coming soon the 3rd music album of Pierre Jacobs!
Produced by Berean Recording
Copyright (c) 2009 by Berean Recording


For further info & order, please contact:
Berean Corner Bookstore & Gifts
Menara Kuningan Unit F2
Phone: 62 21 300 15 792; E-mail: letters.berean@gmail.com

God Will Make A Way



Artist: Don Moen

God will make a way
Where there seems to be no way
He works in ways we cannot see
He will make a way for me

He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength
For each new day
He will make a way
He will make a way

By a roadway in the wilderness
He'll lead me
And rivers in the desert will I see
Heaven and earth will fade
But His Word will still remain
He will do something new today

Open the Eyes of My Heart



Artist: Michael W. Smith

Open the eyes of my heart, Lord
Open the eyes of my heart
I want to see You
I want to see You

Open the eyes of my heart, Lord
Open the eyes of my heart
I want to see You
I want to see You

To see You high and lifted up
Shinin' in the light of Your glory
Pour out Your power and love
As we sing holy, holy, holy

Open the eyes of my heart, Lord
Open the eyes of my heart
I want to see You
I want to see You

Open the eyes of my heart, Lord
Open the eyes of my heart
I want to see You
I want to see You

To see You high and lifted up
Shinin' in the light of Your glory
Pour out Your power and love
As we sing holy, holy, holy

(Repeat two more times)

Holy, holy, holy
We cry holy, holy, holy
You are holy, holy, holy
I want to see you

Holy, holy, holy
Holy, holy, holy
You are holy, holy, holy
I want to see you

Holy, holy, holy
Holy, holy, holy
Holy, holy, holy,
I want to see you

(Repeat five more times)

Allah Sumber Kuatku by Glenn Fredly

Selasa, 13 Oktober 2009

Kebenaran Alkitabiah tentang Keselamatan (Bagian 4)

Bacaan: Matius 7:13-27; Ibrani 10:19-26

Di tiga artikel sebelumnya, kita sudah mempelajari 10 hal penting tentang keselamatan dan apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan keselamatan itu. Secara nyata atau yang dapat dilihat oleh mata, keselamatan adalah berarti menjadi muridNya. Mengapa? Karena yang dimaksud dengan pintu yang sesak, jalan yang sempit menuju kehidupan adalah Yesus Kristus sendiri. Ia berkata:” Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput (band. Yohanes 10:9)” Di Yohanes 14 ayat 6, Ia juga mengatakan:”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Saya tertarik dengan penggunaan kata “pintu” dan “jalan” karena itu menggambarkan tentang sesuatu yang kita temukan bukan yang kita usahakan. Agama, sesungguhnya, adalah usaha manusia untuk mencapai Tuhan dan untuk sampai kepada Dia, tetapi, Yesus berkata bahwa Dialah yang menganugerahkan pintu atau jalan menuju keselamatan, manusia tidak dapat membuat pintu atau jalan mereka sendiri menuju ke sana. Yohanes 14 ayat 6b mengatakan:”Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Sorga), kalau tidak melalui Aku.” Dengan kata lain, itu berarti bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan yang lain selain Dia. Itu juga berarti bahwa pintu atau jalan yang lain tidak akan menghantarkan atau menibakan seseorang sampai ke Sorga. Ibrani 10 ayat 19 dan 20 juga mengatakan hal yang sama dan semakin meneguhkannya. Baca dan perhatikanlah ayat tersebut berikut di bawah ini:

”…oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,..”

Sekali lagi, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, secara nyata atau yang dapat dilihat oleh mata, keselamatan adalah berarti menjadi muridNya bukan yang lain. Tentang siapa atau yang manakah murid Yesus yang sejati adalah hal yang lain. Di artikel sebelumnya, kita sudah mengetahui melalui Alkitab bahwa murid-murid Yesus atau jemaat juga akan mengalami ujian, seleksi, dan penghakiman. Menurut saya, itulah yang final, jika kita ingin mengetahui siapa atau manakah murid Kristus yang sejati dan siapa atau manakah yang bukan. Matius 7:25-27, 1 Korintus 3:10-15, 1 Petrus 4:17, 1 Korintus 11:19, dan 1 Yohanes 2:19 mengatakan demikian. Apa dan bagaimana semestinya seorang murid Yesus bersikap sebelum ujian, seleksi dan penghakiman itu datang, itulah hal yang sangat amat penting untuk dimiliki oleh setiap murid Yesus.

Di artikel ini, saya akan membahas 7 sikap yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap murid Yesus atau yang sudah diselamatkan.

Yang pertama adalah “tekun”. Memasuki pintu yang sesak dan sempit seperti yang digambarkan oleh oleh Matius pasal 7 ayat 13 dan 14 membantu kita mengerti bahwa seorang murid Yesus harus tekun. Demikian juga ayat 24 menggambarkan hal yang serupa yaitu tentang dasar rumah yang didirikan di atas batu. Sesuatu yang tidak mudah dibandingkan dengan mendirikan rumah di atas pasir. Seseorang yang mendirikan rumahnya di atas batu adalah orang yang sabar. Ia tahu bahwa suatu waktu nanti akan datang hujan, banjir, dan angin yang akan melanda semua jenis rumah. Jika ia tidak membangun rumah yang kokoh di atas dasar yang kuat yaitu batu, maka nanti rumahnya akan rubuh dan rusak seperti halnya rumah yang didirikan di atas pasir. Di ayat 24, ketekunan dan kesabaran yang dimaksud bahkan sangat spesifik disebutkan yaitu di dalam hal mendengar dan melakukan firman Tuhan. Seorang murid Kristus yang sejati akan tekun mempelajari firmanNya dan melakukannya. Demikian juga di dalam menangani permasalahan-permasalahan dalam hidupnya, ia akan senantiasa mendasari pilihan, keputusan, dan tindakannya atas dasar prinsip-prinsip dan nilai-nilai alkitabiah.

Yang kedua, selain sikap yang tekun dan sabar, seorang murid Yesus juga harus waspada atau antisipatif. Mengapa? Karena bukan saja akan ada hujan, banjir, atau angin, tetapi juga penipu-penipu yaitu pengajar-pengajar yang sesat atau nabi-nabi palsu. Mereka akan berupaya menggiring murid-murid Yesus untuk tidak tekun dan setia untuk masuk melalui pintu yang sesak dan jalan yang sempit melainkan melalui pintu yang lebar dan jalan yang luas. Ayat 15 pasal 7 Injil Matius mengatakan;”Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”

Orang-orang Kristen perlu waspada, teliti, detil dan spesifik terhadap kekristenan dan terhadap firman Tuhan (band. Kisah 17:11). Tidak semua pengajar, pengkhotbah, penginjil, pendeta, atau pemimpin Kristen adalah sejati. Saya tidak sedang menciptakan polemik dengan menyatakan ini, tetapi, Alkitab menyebutkan kata “menyamar seperti domba” terhadap nabi-nabi palsu. Itu berarti bahwa nabi-nabi palsu tersebut mempunyai kemiripan atau tampak serupa dengan yang asli. Jika mereka jelas-jelas nyata sangat berbeda tentu Alkitab tidak perlu mengingatkan “Waspadalah!”

Salah satu indikasi dari nabi-nabi palsu disebutkan di ayat 16 yaitu bahwa mereka dapat dikenali dari buah-buahnya yaitu sikap hidup mereka. Contohnya adalah sikap yang sombong, arogan, egois, materialistis, tidak tulus, penuh rekayasa, licik, manipulatif, dan lain sebagainya yang berbeda dan bertolak belakang dengan sikap seorang nabi yang sejati. Cobalah membaca dan memerhatikan sikap nabi-nabi yang sejati di kitab Perjanjian Lama. Mereka adalah orang yang patuh, taat, setia, rendah hati, tulus, murni, penuh pengabdian, penuh pengorbanan, dan bahkan nabi-nabi tersebut menderita penganiayaan di zaman mereka (band. Matius 5:12).

Sikap yang ketiga yang semestinya dimiliki oleh seorang murid Kristus adalah tulus. Ibrani 10 ayat 22 mengatakan:”…marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” Seorang murid Kristus harus tulus mengikut Tuhan. Bukan mengikut Dia demi mencari keuntungan diri sendiri semata. Janganlah berdoa hanya memohon berkat atau kesuksesan semata. Tetapi, bersyukurlah di dalam hidup ini bukan malah menjadi serakah atau “take it for granted”.

Orang Kristen yang tulus adalah juga orang yang fokus terhadap Tuhan. Tidak ada yang paling Ia inginkan lebih daripada Tuhan. Seperti yang diungkapkan oleh Mazmur 73:25:”Tiada yang kuingini di bumi selain Engkau.” Orang Kristen yang tulus adalah tidak duniawi dan tidak menginginkan apa pun yang menjadikannya setara dengan Tuhan, dengan firmanNya, dengan keselamatan, dan segala sesuatu tentangNya. Orang-orang awam menyebut orang yang tulus sebagai orang yang lurus dan tidak neko-neko. Itu tidak berarti bahwa mereka adalah orang yang tidak waras atau tidak normal, tetapi, jika diperhadapkan kepada pilihan antara Tuhan dengan yang lain, mereka pasti akan memilih Tuhan bahkan dengan sangat mudah dan tidak butuh waktu yang lama untuk memilih atau memutuskannya.



Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Rabu, 07 Oktober 2009

Kebenaran Alkitabiah tentang Keselamatan (Bagian 3)

Bacaan: Matius 7:13-24

Di artikel yang pertama dan yang kedua, saya telah menjelaskan sepuluh hal penting tentang keselamatan. Sepuluh hal tersebut adalah sebagai berikut: Yang pertama adalah bahwa keselamatan itu bukanlah hal yang mudah. Yang kedua adalah bahwa keselamatan bukan kerja, bukan pencapaian, dan bukan cara manusia tetapi cara Tuhan. Yang ketiga adalah bahwa keselamatan bukan hal yang tidak jelas atau tidak pasti. Yang ke-empat adalah bahwa keselamatan adalah iman dan kepatuhan terhadap firman dan kehendak Tuhan. Yang kelima adalah bahwa keselamatan bukanlah hal yang mustahil. Yang ke-enam yaitu bahwa keselamatan hanya didapati oleh sedikit orang. Yang ketujuh adalah bahwa di tengah jalan menuju jalan keselamatan terdapat penipu-penipu yaitu nabi-nabi palsu. Yang ke-delapan adalah bahwa orang-orang yang diselamatkan dan yang ada disekitar atau disekeliling mereka akan mengalami ujian, seleksi, atau penghakiman. Yang kesembilan adalah bahwa keselamatan hanya ada satu jalan. Yang kesepuluh adalah bahwa keselamatan adalah Cuma-Cuma.

Sekarang, apakah yang dimaksud dengan keselamatan itu? Apakah Matius 7 ayat 13 sampai 24 berbicara mengenai keselamatan? Jika ya, darimanakah kita dapat mengetahui hal tersebut?

Matius pasal 7 ayat 13 dan 14 adalah tentang keselamatan karena ia merupakan lanjutan dari Khotbah di Bukit yang terdapat di pasal 5 dari Injil Matius. Khotbah di Bukit berbicara tentang bagaimana seseorang dapat mempunyai Kerajaan Sorga, bagaimana seseorang dapat melihat Allah, dan bagaimana ia dapat disebut anak-anak Allah (band. Matius 5: 3, 8, 9, 10). Semua itu mengartikan atau merujuk kepada keselamatan yaitu tentang menjadi warga atau ahli waris KerajaanNya, menjadi anak-anakNya, dan yang akan bertemu dan bertatap muka dengan Dia di Sorga.. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Matius pasal 7 ayat 13 dan 14 adalah berbicara mengenai keselamatan.

Ditinjau dari lambang-lambang atau sejumlah kata yang digunakan, Matius 7 ayat 13 dan 14 adalah singkron dan diperjelas oleh Yohanes pasal 10 ayat 9 yang mengatakan:”Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” Di samping itu juga oleh Yohanes 14 ayat 6 yang mengatakan:”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Lambang-lambang atau sejumlah kata yang terdapat di ayat-ayat tersebut adalah pintu, jalan, kebenaran dan kehidupan. Baca dan perhatikanlah ayat-ayat tersebut sekali lagi di bawah ini:

”Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yohanes 10: 9)

”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14: 6)

”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya” (Matius 7:13-14)


Dengan kata lain, yang dimaksud dengan pintu yang sesak, jalan yang sempit, kebenaran dan kehidupan adalah Yesus sendiri. Atau, dengan lebih jelas lagi, yang dimaksud dengan “masuk melalui pintu yang sesak dan jalan yang sempit” adalah sama dengan menjadi murid Yesus yang sejati. Dan, menjadi murid Yesus yang sejati adalah sama dengan selamat. Itulah sebabnya mengapa Yesus berkata sebelum Ia naik ke Sorga:”…pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (band. Matius 28:19-20). Karena, sekali lagi, keselamatan adalah menjadi muridNya dan menjadi muridNya adalah berarti selamat.

Secara historis, kebenaran ini dapat semakin dimengerti juga. Di zaman Yesus banyak orang yang mengikut Dia. Alkitab mencatat hal tersebut berulangkali. Tetapi, tidak semua orang-orang yang mengikut Yesus pada masa itu adalah murid-muridNya. Mereka dapat kita kategorikan ke dalam tiga kelompok. Kelompok yang pertama adalah keduabelas rasul. Kelompok yang kedua adalah murid-murid Yesus dan kelompok yang ketiga adalah kelompok yang tertarik atau yang ingin tahu tentang Yesus, tentang apa yang Ia katakan dan apa yang Ia lakukan (band. Yohanes 6:66-67).

Menjadi murid Yesus di zaman itu bukanlah hal yang mudah. Itu sama seperti masuk melalui pintu yang sesak dan jalan yang sempit. Apa alasan saya mengatakan demikian? Karena Yesus mengajarkan hal yang berbeda sama sekali dengan manusia. Tidak seorang pun manusia yang pernah berpikir, berbicara, dan mengajar seperti Dia. Matius 7 ayat 28 dan 29 mengatakan:”…takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat…” Salah satu contoh, agama-agama di zaman Yesus termasuk orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat percaya bahwa keselamatan dapat dibeli dengan tindakan, perbuatan, aktifitas relijius, ritual, dan lain sebagainya. Bagi mereka, keselamatan seperti sebuah barang yang mahal yang ingin dibeli, dan untuk itu mereka mengumpulkan uang yang sesuai atau dapat mengimbangi harga yang diminta oleh si pemilik atau si penjual barang. Tetapi, Yesus seolah berkata:”Itu salah besar.” Mengapa? Karena justu sebaliknya, kita harus sadar bahwa kita tidak sanggup atau tidak mampu untuk membeli keselamatan. Sebaliknya Dialah yang membeli kita. Semestinya kita menilai diri kita miskin di hadapan Allah. Kita memandang diri tidak layak, tidak sanggup dan tidak mampu berbuat apa pun juga untuk selamat. Sehingga dengan demikian, kita memohon belas kasihan dan kemurahan Tuhan. Bahkan lebih dari itu, kita mengemis kepada Dia dan rela patuh, tunduk, taat, dan setia kepadaNya (band. Matius 5:3; 7:21,24). Jadi, bukannya membeli keselamatan dari Tuhan melainkan dibeli dan dibayar lunas oleh Tuhan.

Bagaimana dengan agama-agama yang lain di zaman Yesus? Apakah mereka mengajarkan hal yang sama seperti Yesus? Sama sekali tidak sama, meskipun jumlah agama tersebut cukup banyak dan sangat bervariasi, tetapi tidak satu pun yang sama atau serupa dengan Yesus. Bahkan, sebagian diantaranya sangat buruk secara moral. Agama-agama besar pada zaman itu berasal dari kerajaan-kerajaan yang besar pula seperti: Mesir, Romawi, Yunani, Babilonia, dan lain sebagainya. Secara keseluruhan, kecuali agama Yahudi, agama-agama di zaman Yesus tidak jauh dari politheisme, pantheisme, atau mistisme. Mereka membuat patung-patung dewa-dewa, membangun atau mendirikan kuil-kuil, mempersembahkan korban, dan melakukan aktifitas agamawi yang biasanya juga disertai dengan kemabukan, pesta-pora, percabulan, pembunuhan, sihir, dan lain sebagainya. Sejumlah film-film layar lebar tentang kerajaan Romawi seperti Alexander The Great, The Troy, Julius Cesar, dan lain-lain juga memberikan gambaran yang semacam itu. Dan pada dasarnya agama-agama tersebut termasuk agama Yahudi versi orang Farisi dan ahli Taurat, menurut Yesus, adalah sama saja. Mereka bukan pintu, bukan jalan, bukan kebenaran, dan bukan hidup (band. Yohanes 14:6). Dengan kata lain, menurut Dia, semua agama adalah sama secara esensial yaitu bahwa mereka adalah merupakan produk atau hasil pemikiran manusia sendiri, cara manusia, dan buatan manusia sendiri yang tidak dapat menganugerahkan keselamatan. Sekali lagi, Yesus berkata:”Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (menjadi muridKu).” (band. Yohanes 14: 6. Penekanan di dalam tanda kurung oleh saya).


(bersambung)



Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Senin, 05 Oktober 2009

Kebenaran Alkitabiah tentang Keselamatan (Bagian 2)

Bacaan: Matius 7:13-24

Di bagian pertama artikel ini saya telah membahas lima kebenaran alkitabiah tentang keselamatan. Yang pertama adalah bahwa keselamatan itu bukanlah hal yang mudah. Yang kedua adalah bahwa keselamatan bukan kerja, bukan pencapaian, dan bukan cara manusia tetapi cara Tuhan. Yang ketiga adalah bahwa keselamatan bukan hal yang tidak jelas atau tidak pasti. Yang ke-empat adalah bahwa keselamatan adalah iman dan kepatuhan terhadap firman dan kehendak Tuhan. Dan yang kelima adalah bahwa keselamatan bukanlah hal yang mustahil.

Sekarang, mari kita membahas yang ke-enam yaitu bahwa keselamatan hanya didapati oleh sedikit orang. Menyatakan hal ini cukup sulit bagi saya dan saya yakin juga bagi banyak orang termasuk Anda yang mendengarnya. Saya yakin, manusia pada umumnya cukup sentimental soal selamat atau tidak selamat. Satu hal yang penting untuk dinyatakan sebelum membahas hal ini lebih lanjut adalah bahwa tidak seorang pun termasuk Anda dan saya yang layak atau patut untuk mengetuk palu seperti seorang hakim dan menyatakan siapa selamat dan siapa yang dihukum. Tetapi, Tuhan telah menganugerahkan kepada Anda dan saya hikmat yang menuntun kepada keselamatan yaitu Alkitab (band. 2 Timotius 3:15-17). Sehingga, atas dasar itu, kita dapat menentukan pilihan, memutuskan dan mengambil langkah ke mana jalan yang akan kita tempuh atau lalui.

Ada tiga hal yang mungkin menyebabkan mengapa hanya sedikit orang saja yang mendapati jalan yang menuju kehidupan atau keselamatan tersebut. Kemungkinan yang pertama adalah keengganan untuk masuk melalui pintu yang sesak. Mengapa? Karena orang-orang yang enggan itu menganggap bahwa mereka tidak membutuhkan atau memerlukan keselamatan. Kemungkinan yang kedua adalah karena tertipu oleh diri sendiri. Orang-orang yang memilih pintu yang lebar mungkin tidak mau bersusah payah atau tidak mau repot, sebaliknya, mereka menyukai kemudahan. Orang-orang yang memilih pintu yang lebar mungkin beranggapan bahwa pintu yang lebar atau yang sesak sama saja tujuan atau hasilnya akhirnya. Orang-orang seperti mereka biasanya berkata:”Banyak jalan menuju Roma.” Kemungkinan yang ketiga adalah karena tertipu oleh orang lain. Ayat 17 sampai dengan ayat 23 menunjukkan adanya orang-orang yang demikian. Mereka menyangka bahwa diri mereka selamat padahal tidak. Sesuatu yang sangat menyedihkan, bukan? Padahal, di ayat-ayat tersebut disebutkan bahwa mereka bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan, dan mengadakan banyak (bukan sedikit) mujizat demi nama Tuhan. Apakah arti dari semua ini? Akan saya jelaskan kemudian.

Yang ketujuh adalah bahwa di tengah jalan menuju jalan keselamatan terdapat penipu-penipu yaitu nabi-nabi palsu. Matius 7 ayat 15 mengatakan:”Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” Nabi-nabi palsu tidak berpenampilan asing atau aneh dibandingkan dengan nabi-nabi yang asli. Sebaliknya, mereka sangat sukar dibedakan karena sangat mirip atau persis menyerupai yang asli.

Pertanyaannya, bagaimanakah kita dapat membedakan keduanya? Ada tiga ciri atau tanda yang utama dari nabi-nabi palsu. Ciri atau tanda yang pertama adalah bahwa mereka mengajarkan yang lain, yang tidak alkitabiah, dan berbeda dari firman Tuhan (band. 1 Tim 1:3; 1 Tim 6:3; 2 Tim 2:18). Dampak atau akibat dari ajaran-ajaran nabi-nabi palsu tersebut adalah kerusakan terhadap iman dan kefasikan yang semakin meningkat (band. 2 Tim 2:16, 18). Ciri atau tanda yang kedua adalah bahwa mereka mencari keuntungan secara finansial (band. Titus 1:11). Nabi-nabi palsu bukanlah orang-orang yang iseng atau kurang kerjaan melainkan mereka mempunyai tujuan yang sangat jelas yaitu mencari keuntungan secara finansial sehingga dengan demikian dapat memperkaya diri sendiri. Dan yang ketiga, ciri atau tanda dari nabi-nabi palsu adalah bahwa mereka berfokus kepada atraksi atau spektakularisme dari karunia-karunia seperti penglihatan, karunia mengusir setan, karunia mengadakan mujizat, bahasa roh, dan lain sebagainya. Atraksi atau spektakularisme tersebut bertujuan untuk mempesona dan mengelabui banyak orang supaya mereka tertipu, diperdaya, dan disesatkan. Nabi-nabi palsu tidak fokus terhadap kehendak Tuhan atau firman Tuhan (band. Matius 7:21, 24).

Saya tidak subyektif dalam hal ini tetapi Alkitab-lah yang menyatakannya. 2 Tesalonika pasal 2 ayat 9 mengatakan:”Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.” Wahyu pasal 13 ayat 13 mengatakan tentang nabi palsu:”…ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengna tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu…”

Yang ke-delapan adalah bahwa orang-orang yang diselamatkan dan yang ada disekitar atau disekeliling mereka akan mengalami ujian, seleksi, atau penghakiman. Matius 7 ayat 25 sampai 27 menggambarkan ujian terhadap dasar bangunan yaitu hujan, banjir, dan angin yang datang melanda dua jenis rumah. 1 Korintus 3 ayat 10 sampai dengan 15 menggambarkan hal yang serupa tetapi bukan terhadap dasar melainkan terhadap apa yang dibangun di atas dasar tersebut. 1 Petrus 4 ayat 17 mengatakan bahwa penghakiman dimulai pertama-tama pada rumah Allah sendiri. Sedangkan 1 Korintus 11 ayat 19 dan 1 Yohanes 2 ayat 19 berbicara tentang seleksi terhadap orang-orang di dalam rumah atau bangunan Allah yaitu jemaat.

Yang kesembilan adalah bahwa keselamatan hanya ada satu jalan. Ini sesuatu yang cukup berat untuk dinyatakan karena seseorang mungkin akan dinilai sombong, arogan atau tidak toleran ketika menyatakan hal ini, padahal, agama-agama yang lain tidak seperti demikian. Agama Hindu misalnya, ia sangat toleran dan percaya bahwa setiap individu dapat selamat melalui agama dan kepercayaan masing-masing. Begitu juga agama-agama yang lain seperti Islam, Buddha, dan lain sebagainya, menyebut Yesus sebagai pribadi yang spesial dan luar biasa. Tetapi, sebaliknya, sangat berbeda dengan Yesus, Ia tidak menyebutkan sesuatu pun tentang mereka malah Ia berkata:”Akulah jalan, dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Ravi Zacharias di dalam bukunya Jesus Among Other Gods mengatakan bahwa setiap agama sesungguhnya mempunyai ekslusifitas masing-masing. Dan menurut saya, inilah ekslusifitas dari kekristenan yaitu bahwa ia percaya keselamatan hanya ada satu jalan. Sesuatu yang mungkin sangat menantang bagi setiap orang Kristen yang mengatakannya demikian pula orang-orang non-Kristen yang mendengarnya.

Yang kesepuluh adalah bahwa keselamatan adalah Cuma-Cuma. Anda hanya butuh masuk melalui pintu yang sesak dan sempit itu dan mendapatinya. Anda tidak perlu membayar atau membeli keselamatan Anda sebab Kristus sudah rela datang ke dunia sebagai manusia, hidup di tengah-tengah kita, menjadi hamba, melayani, menderita, disalibkan, mati, dikuburkan, dan bangkit pada hari yang ketiga untuk membayar dan menebus dosa-dosa kita. Sesuatu yang tidak dapat dianugerahkan oleh siapapun kecuali oleh Tuhan (band. Ef 2:8-9).



Related link:
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
http://en.wikipedia.org/wiki/Jesus


Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/

Jumat, 02 Oktober 2009

Kebenaran Alkitabiah tentang Keselamatan

Bacaan: Matius 7:13-24

7:13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
7:14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
7:15 "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
7:16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
7:18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
7:19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
7:20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu


Tidak sedikit orang yang menawarkan keselamatan. Tidak sedikit agama, kepercayaan, atau keyakinan yang menawarkannya. Banyak doktrin atau pengajaran tentang hal tersebut. Jangankan berbicara tentang agama atau kepercayaan yang lain, di dunia Kristen saja ada terdapat banyak variasi doktrin atau pengajaran yang berbeda-beda tentang keselamatan.

Saya percaya bahwa ada orang-orang tertentu yang mempunyai minat yang besar untuk mengetahui dan mempelajarinya dengan serius, sungguh, dan tekun. Tetapi tentu saja ada juga terdapat orang-orang yang kurang menaruh minat bahkan tidak peduli sama sekali mengenai hal ini. Selain itu, ada pula orang-orang yang hanya suka membicarakan dan mendebatkannya seperti halnya pembicaraan ala warung kopi.

Apapun realitanya tentang hal itu, Alkitab menginformasikan 10 (sepuluh) hal penting tentang keselamatan. Yang pertama adalah bahwa keselamatan itu tidak mudah. Apa dasar atau alasan saya sehingga sampai kepada pernyataan atau kesimpulan tersebut? Jawabnya ada pada apa yang dilakukan oleh Tuhan terhadap keselamatan. Anak Allah berinkarnasi menjadi manusia yaitu Yesus Kristus, menjadi seorang hamba, melayani, mengorbankan diriNya, menderita aniaya, disalibkan, mati dan dikuburkan, tetapi bangkit pada hari yang ketiga. Itu bukanlah hal yang mudah. Tidak bagi manusia tidak juga bagi Tuhan. Jika keselamatan adalah hal yang mudah, mungkin Tuhan tidak perlu melakukan yang seperti itu.

Anda mungkin berpikir atau mencoba berargumentasi bahwa memang Tuhan melakukannya dengan tidak mudah tetapi manusia yang memperoleh keselamatan tersebut menerimanya dengan sangat mudah. Itu salah dan tidak alkitabiah. Matius 7 ayat 13 dan 14 mengatakan: ”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Artinya adalah bahwa keselamatan itu sangat tidak mudah dan sebaliknya kebinasaan itu sangat amat mudah diperoleh. Pintu menuju keselamatan adalah sesak sedangkan pintu menuju kebinasaan adalah lebar dan jalannya pun luas.

Dengan demikian, atas dasar ini, maka penginjil, pengkhotbah atau pengajar yang menyatakan secara langsung atau tidak langsung bahwa keselamatan adalah hal yang mudah atau gampang, patut diragukan atau dipertanyakan.

Yang kedua adalah bahwa keselamatan bukan kerja, bukan pencapaian, dan bukan cara manusia tetapi cara Tuhan. Tadi, memang saya menyatakan bahwa keselamatan itu tidak mudah tetapi tidak berarti bahwa tingkat kesulitannya ada pada kerja, usaha, atau pencapaian yang harus dilakukan oleh manusia. Mengapa? Karena jalan menuju keselamatan hanya berasal dari Tuhan. Dialah yang datang dari Sorga, turun ke dunia, hadir di tengah-tengah kita dan yang kembali ke sana (band. Fil 2:6-10). Dialah yang tahu alamatNya dan jalan menuju ke sana. Tidak seorang pun yang dapat tiba ke alamat yang tidak ia ketahui. Tidak seorang kurir, tidak seorang tukang pos, seorang pengantar surat, atau siapapun juga melainkan Tuhan saja. Yohanes pasal 14 ayat 2 dan 3 mengatakan: ” Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Dengan kata lain, tanpa Tuhan menyatakan jalan keselamatan, apapun kerja, usaha, atau pencapaian yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh atau mendapatkannya tidak akan pernah berhasil. Tidak akan pernah. Sampai kapan pun. Kecuali, sekali lagi, jika Tuhan menyatakannya.

Yang ketiga adalah bahwa keselamatan bukan hal yang tidak jelas atau tidak pasti. Barusan saya menyatakan bahwa keselamatan bukanlah cara manusia tetapi cara Tuhan. Tetapi, pernyataan ini bukan berarti sikap yang menyerah dengan segala ketidaktahuan, dengan segala misteri dan ketidakpastian tentang keselamatan. Bukan…bukan yang seperti itu. Keselamatan bukanlah hal yang tidak jelas atau tidak pasti, sebaliknya ia dapat ditemukan atau didapati.

Kata “mendapati” di ayat 14 dari Matius pasal 7 tadi diterjemahkan di dalam Alkitab berbahasa Inggris dengan kata “find it”. Artinya adalah bahwa keselamatan itu sudah dinyatakan kepada kita, tinggal kita yang menemukannya. Yeremia pasal 29 ayat 13 mengatakan: ”…apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati,…” Dari ayat ini dapatlah diperoleh janji atau syarat menemukan Tuhan dan tentunya juga keselamatan yang Ia anugerahkan yaitu jika kita mempunyai sikap yang segenap hati mencari Dia dan menanyakanNya. Jika tidak, maka sebaliknya kita tidak akan menemukan Dia (band. Kis 17: 27).

Yang ke-empat adalah bahwa keselamatan adalah iman dan kepatuhan terhadap firman dan kehendak Tuhan. Matius pasal 7 ayat 21 mengatakan: ”Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Selanjutnya, ayat 24 mengatakan: ”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Dua ayat ini menggambarkan dua jenis orang yaitu yang tidak berkenan di hadapanNya dan yang berkenan di hadapanNya. Yang tidak dikenanNya adalah orang yang tidak melakukan kehendak Bapa sedang yang berkenan dihadapanNya adalah orang yang melakukan perkataanNya.

Dengan kata lain, keselamatan adalah iman dan kepatuhan terhadap firman dan kehendak Tuhan. Inilah yang membedakan antara keselamatan yang alkitabiah dengan yang tidak. Konsep keselamatan yang tidak alkitabiah adalah bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui kerja, upaya, pencapaian dan cara-cara manusia. Atau, pada ekstrim yang lain, yaitu bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan begitu mudahnya sampai-sampai tidak perlu atau tidak butuh iman dan kepatuhan terhadap firman dan kehendak Tuhan.

Yang kelima adalah bahwa keselamatan bukanlah hal yang mustahil. Meskipun keselamatan itu tidak mudah tetapi ia bukanlah hal yang mustahil. Murid-murid Yesus pernah bertanya kepadaNya: ”Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Mereka menanyakan pertanyaan ini setelah menyaksikan perbincangan antara Yesus dan seorang pria muda yang kaya dan relijius. Usai perbincangan tersebut, Yesus mengatakan bahwa orang yang seperti pria itu sangat sukar sekali diselamatkan atau masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mengapa? Karena ia lebih mencintai harta kekayaannya lebih daripada percaya kepada Yesus dan patuh kepada kehendakNya. Dengan kata lain, meskipun keselamatan bukanlah hal yang mustahil, tetapi ia sangat sukar sekali bagi orang-orang yang mencintai yang lain lebih daripada Yesus (band. Mat 10:37; Luk 14:25-26).


(bersambung)



Copyright © 2009 by Naek @ NEVER MISSING QUIET TIME
http://www.nevermissingqt.blogspot.com/